Ruang dan waktu, menurut asas relativitas, tak terpisahkan. Maka pilot wave versi David Bohm seharusnya bergerak dalam segala ruang-waktu, bukan ruang saja. Artinya, segala interaksi yang terjadi kini, bukan saya dikenali oleh partikel di mana saja, tetapi juga oleh seluruh waktu.
Artinya, selain mempengaruhi masa depan, ia juga mempengaruhi masa lalu. Ini harus dipahami secara fisika, bukan metafisika. Tapi kenapa nggak?
Di milis is-lam@, membahas soal “peristiwa fisika”, ada yang menyebut bahwa doa oleh manusia juga cuma aksi fisika. Barangkali sih. Tapi apa salahnya? Jadi akhirnya dicontohkan, misalnya seorang ibu berdoa agar anaknya lulus ujian, dan doa itu dikabulkan, maka balik ke masa lalu, proses pembentukan embrio si anak diatur agar si anak bisa lahir dengan sehat dan tidak mudah sakit, dan ke masa yang lebih lalu, lingkungan sosial diatur agar si anak bisa tumbuh di tempat yang mendukung interaksi yang sehat, dll. Jadi satu doa mempengaruhi berbagai hal di masa lalu dan masa depan.
Aku chat sama Ziggyt soal ini sebelum mulai proyek di LEN. Waktu itu di KA. Dan kita berdoa untuk sesuatu yang ‘mustahil’, karena harus menembus waktu. Waktu ternyata apa yang diharapkan itu benar-benar terjadi, kita juga surprise bener.
Hal-hal ini barangkali mempengaruhi pola pikirku. Halangan fisika, termasuk halangan waktu, bukan jadi penghambat buat doa dan harapan. Ada kekuatan mahabesar yang menguasai seluruh semesta, termasuk waktu, dan sekaligus jadi kekuatan mahakasih mahasayang.