<Kilas balik tentang komputer sebagai toolbox di telekomunikasi>

Kayak sarjana Indonesia lainnya, aku masuk lapangan kerja sambil rada gagap. Beda sekali apa yang ada di medan kerja dengan di lab kampus. Dan rekan-rekan yang umumnya jauh lebih tua itu nggak terlalu bisa mengadaptasikan orang baru. Sibuk saling berkompetisi.

Ada dua tipe switching di Bandung waktu itu, Siemens dan Lucent. Siemens udah dikuasai sekali, dan udah jadi lahan kompetisi, tapi Lucent masih cukup baru. Sentral Lucent agak diabaikan, soalnya pelanggannya lebih sedikit. Di network juga Lucent belum disentuh. Jadi aku pindahin tempat kerja aku ke Lucent. Sekedar belajar, bantu-bantu, dan memulai membuat program-program pengolahan data Lucent biar setara dengan Siemens yang sudah 10 tahun lebih dulu. Nggak susah, soalnya modelnya bisa disamakan dengan Siemens. Tapi nggak mudah juga. Pertama, nggak ada algoritma buat kalkulasi formula (yang akhirnya terpecahkan a.l. dengan mimpi segala). Kedua, data yang tersedia nggak kompatibel.

Betah lama-lama. Apalagi kalau bos di network lagi galak, ngabur aja ke sentral Lucent, bikin program, sambil chatting sama orang-orang galak di Lucent (hehe, temen galak lebih menarik daripada bos galak). Hobby bikin program juga dimanfaatkan temen-temen di sentral buat bantu mereka bikin pengolahan otomatis data berjumlah besar, kayak verifikasi billing. Namanya hobby, jalan aja. Akhir cerita, pengendalian network bisa total, soalnya semua macam switch sudah bisa diolah, trus orang sentral Lucent juga nggak pusing sama urusan manual network, trus punya banyak temen yang ramah juga. Nice start.