Tahun 1897, atas perintah presiden Kongres Zionis Pertama, Theodor Herzl, dua rabbi Austria datang ke Palestina menjajagi kemungkinan membuat negara di sana.
“Pengantinnya cantik,” demikian telegram yang dikirim ke Herzl, “tetapi sudah menikah dengan orang lain.”
Si orang lain adalah bangsa Arab Palestina yang sudah tinggal di kawasan itu. Tak bergeming, Herzl memaksakan program emigrasi Yahudi ke Palestina.
Buku di sebelah ini ditulis bukan ditulis oleh “teroris Arab” atau “pemikir tipikal Islam Indonesia”, tetapi oleh orang Yahudi sendiri, tentang sejarah Israel yang lebih adil. Aku nggak berkomentar lebih jauh. Ntar katanya tipikal pula.