Di sebelah kiri bis, kebun yang luas yang seluruhnya berwarna kuning tanpa cela. Di kanan, peternakan luas tempat puluhan sapi bersantai, ditemani burung-burung hitam, dan ratusan kelinci coklat yang ikut bermalasan di atas rumput (gemes). Si pelarian melintasi puri Kenilworth sambil mengintip si puri di kejauhan. Kota Kenilworth terlewati, melintasi jalan raya, dan masuk ke kota yang asri. “Alcohol is illegal here” adalah sapaan pertama.
Konon sejak pendudukan Romawi, kota Leamington adalah tempat peristihatan. Sampai sekarang gaya hidup di kota ini memang lebih anggun dari Coventry, atau bahkan Birmingham. Gedung-gedung berwarna krim. Di toko Waterstone’s banyak buku-buku yang sulit dicari di Coventry (barangkali di Coventry bukunya dihabisin para engineer dan student).
Art centre di Leam — begitu sebagian orang menyebut kota ini — tidak terlalu mencolok. Isinya pun tidak sebanyak di Coventry. Tapi buat cita rasa aku, karya yang dipamerkan sangat menarik, dan pantas dicermati satu-satu (kemewahan yang hanya bisa dirasakan kalau sedang sendirian). Lukisan Hughes, The Property Room, tampak bercahaya dan turut menyinari ruangan. Di sebelahnya, Rally menggambar anak perempuan yang sedang tertidur di bawah cahaya lampu-lampu kecil. Dan satu dinding dilobangi untuk memuat lukisan Lowry yang bolak-balik (satu kanvas). Itu sebenarnya lukisan yang gagal, dan Lowry menggambar kembali di baliknya, tapi terbalik (upside down). Yang punya museum aja iseng. Di sebelah ruang lukisan ada tempat apresiasi seniman. Dan di seberangnya ada pameran kemarik yang bentuknya aneh-aneh dari Cooper.
Kalau toh kita harus terdampar, pilihlah tempat terdampar yang mampu membangkitkan kehidupan di dalam diri kita. Tapi lutut … aduh …