Emosi lagi jelek bener. Lagi kangen berat sama orang-orang tersayang di tanah air, kayaknya. Cuman kok efeknya rada-rada destruktif gini yah :).
Enak kali kalau emosi bisa diatur, kayak Lt Commander Data di Star Trek. Tahun 1992 (waktu zaman bikin skripsi tuh), salah satu Star Trek TNG bertemakan si Data in love. Mesra sih di awal-awal cerita, tapi mesra khas Data gitu. Di akhir cerita, ceweknya merasa bahwa hubungan mereka nggak bisa diteruskan, soalnya bagaimana pun Data itu bukan manusia. Data dituduh cuman menyusun motivasi, menyusun emosi, bukan didorong oleh emosi. Jadi biarpun si Data-nya selalu penuh kasih sayang, tapi si ceweknya mikir bahwa itu karena memang si Data melakukan setting seperti itu. Sedih banget ceweknya waktu berusaha mutusin hubungan sama Data. Tapi Data menerima dengan tanang. Memang berat, katanya, tapi saya bisa mematikan setting emosi yang itu. Terus dia duduk diam ngedengerin musik. Aku kesel sekali. Maunya sih ngeliat reaksi dia yang lebih manusiawi. Enak aja, cuman matiin emosi, udah gitu ngedengerin musik pula. Maksud aku, kalau chip emosi kita mati, musik itu nggak akan lebih dari sekedar notasi matematika. Dan dia menikmatinya. Ironik bener.
OK, aku masih menikmati Konzert für Violine dari Beethoven. Yang ini aku nikmati bukan sebagai matematika.