Mbak Ida cerita-cerita tentang Feynman di milis mus-lim@. Memang fisikawan yang ini, selain minatnya sangat luas, dan kecakapannya tinggi, juga pintar berkomunikasi. Selalu banyak hal yang menarik di buku-buku Feynman. Nah, aku sekarang mau bercerita tentang Feynman dan Faust. Kebetulan, dua-duanya pernah dibahas di site ini secara terpisah.

Sebagai mahasiswa fisika, Feynman juga disuruh ikut kuliah di bidang yang non sains, biar agak berbudaya. Salah satunya, sastra. Di kuliah ini, dia diminta bikin essay tentang Faust, tulisan Goethe. Usai baca Faust sekilas, Feynman merasa kurang tersambung, jadi dia tidak mau menulis. Salah satu temannya bilang: daripada tidak menulis apa-apa, lalu dibilang malas, lebih baik menulis essay tentang hal lain. Jadi Feynman menulis essay tentang keterbatasan akal, dikaitkan dengan pengetahuan dan budaya. Tapi begitu essay selesai, teman yang lain bilang: essay itu bakal ditolak, kecuali kalau dia bisa mengait-ngaitkan dengan Faust. Feynman menurut lagi. Jadi dia tambahkan di bagian awal, bahwa menurut interpretasinya, Faust melambangkan jiwa, dan Mephistopeles melambangkan akal (reasoning). Dan interaksi keduanya .. dst … dst … masuk ke essay aslinya dia.

Essay itu diterima si dosen dengan nilai cukup bagus. Namun ada catatan kecil bahwa referensi langsung ke naskah asli tidak terlalu banyak.