Tag: IET

Engineer Paling Berpengaruh

Edisi Januari jurnal E&T (dari IET) menampilkan 25 engineer yang dianggap paling berpengaruh. Judulnya Top Movers and Shakers. Lalu para pembaca (para anggota IET) diminta melakukan online-voting untuk memilih engineer yang paling berpengaruh. Survei masih berlangsung hingga akhir bulan ini. Sementara ini, urutan hasilnya adalah sbb:

Tim Berners-Lee 18%
Vinton Cerf 9%
Andrew Viterbi 9%
James Dyson 6%
Gordon Moore 6%
Jonathan Ive 5%
Alec Broers 5%
Julia King 4%
Rattan Tata 4%
Richard Stallman 3%
Adrian Newey 3%
David Eyton 3%
Victor Scheinman 3%
Tsugio Makimoto 3%
Gordon Conway 2%
Peter Coveney 2%
Nick Winser 2%
Tom Knight 2%
Andy Hopper 2%
Alex Dorrian 2%
Woo Paik 2%
Bob Ballard 2%
Kumar Bhattacharyya 2%
Ray Ozzie 1%
John Housego 1%

Kebetulan tiga nama teratas adalah nama yang jadi kandidat untuk aku pilih juga. Haha, aku nggak golput dalam hal ini. Dari tiga itu, akhirnya aku memilih Viterbi, dan tak terkejut melihat result sementara ini. Web (Berners-Lee), Internet (Cerf), digital mobile (Viterbi) menyusup cepat dan sudah jadi bagian significant dari hidup kita sekarang. Gerakan free software (Stallman) belum dianggap sepenting itu.

Viterbi — semua anak elektro pasti kenal nama ini — memformulasikan sebuah algorithm yang dapat mendekodekan data yang terkodekan secara terkonvolusi. Umumnya mahasiswa yang mendalami telekomunikasi pernah mencobai algoritma Viterbi ini secara grafis, sebelum mencobainya dalam bentuk algoritma komputasi. Algoritma ini memungkinkan proses dekode untuk dapat secara matematis mengkoreksi kesalahan yang dapat terjadi di saluran transmisi; tanpa harus meminta pengiriman ulang. Ini diaplikasikan pada komunikasi mobile (selular dan lain-lain), serta aplikasi lain seperti analisis DNA. Asiknya, Viterbi tidak mempatenkan algoritmanya, sehingga dapat digunakan oleh siapa saja. Peran lain Viterbi adalah membantu penyusunan standar komunikasi seluler dengan CDMA. Namun nampaknya nama Viterbi tak terlalu banyak disebut di luar disiplin elektroteknika (berbeda misalnya dengan Berners-Lee dan Cerf).

Selain survei untuk mencari engineer yang berpengaruh saat ini, E&T juga menampilkan engineer berpengaruh sepanjang masa. Nama yang disebut a.l. Da Vinci, Faraday, Marconi, Tsiolkovsky, Tesla, dan Wright bersaudara. Juga ditampilkan para engineer yang mengembangkan karir tidak di engineering. Da Vinci masuk daftar lagi, disertai Alfred Hitchcock, Rowan Atkinson, Fyodor Dostoyevsky, Jimmy Carter, Boris Yeltsin, Brian May, dll. Daftar lain menyingkap para engineer yang jadi politikus dan pemimpin, termasuk Carter lagi, Hu Jintao, dan Ahmadinejad. Habibie kok nggak disebut ya? Haha.

Dan bukan orang Inggris kalau nggak cecentilan (setidaknya kalau melihat gaya Direktur British Council di Jakarta yang sekarang, haha). Maka E&T juga menampilkan sepuluh engineer fiktif yang paling berpengaruh. Di antaranya ada nama Tony Stark (Iron Man), Ellie Arroway (bekerja di proyek SETI pada buku Contact dari Carl Sagan), dan Montgomery Scott (kepala insinyur di USS Enterprise).

Lalu, siapa engineer Indonesia yang kita anggap paling berpengaruh pada hidup kita?

IEEE

Majalah2 dan jurnal2 bertebaran di sekeliling kaki kasur. Itu hasil kegiatan tengah malam beberapa malam ini. Belum ketemu waktu luang lain selain tengah malam. “Sadar akan” keterbatasan waktu luang, sebenarnya jumlah majalah sudah aku kurangi. ACM, aku pindah ke versi online saja (biar nggak merasa berdosa kalau tak sempat dibaca). Majalah2 sains udah aku putus, selain Science&Vie (aku masih perlu belajar baca biar lancar). Tapi tentu nggak semua. Membaca dari kertas masih mengasyikkan :).

Yang terasa menarik, jurnal IET yang dulu (waktu masih IEE) terasa nggak membumi, sekarang jadi nyaman dibaca. Juga IEEE Computer, jadi lebih down-to-earth (biarpun pasti tokoh semacam BR bakal mengeluhkan bahwa majalah ini semakin awam). Haha, orang computer science juga harus lebih menyadari interaksi masyarakat, bukan melulu memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi masyarakat dari menara gading digital mereka :).Tema yang terakhir aku baca ist tentang Tantangan Security di Web 2.0 :). Membumi kan?

Di tahun2 lalu sih, IEEE bersifat menara gading sekali. Yang banyak dikaji adalah hal2 yang masih jauh di depan mata. VoIP dibahas waktu aku baru lulus kuliah. ADSL, lima tahun sebelum deployment komersial di USA (dan 10 tahun sebelum Speedy di Jawa Barat, haha). Yang kita baca bukan yang bisa dijadikan bahan obrolan di negeri Bandung (dengan asumsi bahwa negeri ITB dan negeri Telkom-RDC berada di luar negeri Bandung).

Obrolan 10 tahun yang lalu:

“Kun, DPG bisa dipakai untuk ATM?”
“Bener Pak ada yang mau pasang ATM? Siapa? Tapi jangan pakai DPG yang udah ada. Itu kan groupingnya di 2 mega.”
“Masa kurang?”
“Nggak pas. Siapa sih yang mau pasang ATM beneran?”
“Bank ….” (deleted –red)
“Oh, ATM yang itu. Maaf Pak. Saya kira …”
“Mbok kiro opo?”

Masih menatai jurnal2, sebuah amplop tiba. Kartu Anggota IEEE untuk tahun 2008. Berbeda dengan IET, IEEE memang memberikan kartu ini setiap tahun. Tapi, physically, kartunya jelek dan tipis. Baru sampai pun sudah tertekuk. IET memberikan kartu yang keren, tapi cuma sekali, kecuali status keanggotaan kita berubah. Ini yang dari IEEE (lihat ada masa berlakunya):

Then, entah malaikat apa yang mengatur, Mas Ary menelepon. IEEE Roadshow to Surabaya akan jadi dieksekusi. Wow, Surabaya, aku datang :).

The IET

Pulang dari Jakarta, sebuah amplop tebal menyambut. Dari IET. Berisi Kartu Anggota dan beberapa jurnal. Berbeda dengan IEEE yang mencetak kartu anggotanya sekenanya, IET lumayan menghargai anggotanya dengan memberikan kartu yang lumayan keren (huh, penggemar kartu).

myietcard.jpg

Tahun 2001 aku pernah menyebut keanggotaan ganda IEE dan IEEE, lengkap dengan lagunya (iee, ieee, oh she doesn’t know what she’s missing). Nah si IEE sudah bermerger dengan IIE, asosiasi engineer sebangsanya, membentuk IET. Proses ini berlangsung sejak 2003 dan mencapai final pada Maret 2006; dan dalam masa itu aku memutuskan tak terlibat dulu dengan organisasi2 ajaib itu. Tahun 2007 ini aku memutuskan bergabung lagi. Ternyata tak mudah. Sejarah keanggotaan lama di IEE tidak lagi diakui, dan harus dimulai dari awal. Korespondensi panjang terjadi, memecah potensi dispute. Tapi akhirnya segalanya terselesaikan.

Walau IET merupakan gabungan dari IEE (berfokus pada rekayasa elektroteknika) dan IIE (menyebar pada rekayasa lainnya), namun warna IET masih cukup kental pada berbagai cabang elektroteknika yang khas IEE, termasuk telekomunikasi. Warna IIE tampak pada transportasi dan manufacturing. Organisasi dioperasikan di Gedung Faraday, Stevenage, yang dulu dipakai mengoperasikan IIE. Kegiatan populer yang diwarisi dari IEE adalah Kuliah Faraday, yang memberikan pengajaran engineering secara populer ke khalayak di seluruh negeri, setiap tahunnya.

Jumlah anggota IET lebih dari 150 ribu (termasuk …, heh heh heh) dari 147 negara (angka yang digemari Telkom). IET juga menyumbangkan £433 ribu setiap tahun untuk beasiswa. Informasi lain ada di web IET di www.theiet.org.

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑