Page 95 of 210

89131697

Bulan Juni 2002, astronom Chadwick Trujillo, mengamati salah satu
anggota sabuk Kuiper. Diameternya lumayan juga, 1250 km. Dia menamainya
Quaoar, diambil dari nama kekuatan yang konon menciptakan suku indian
Tongva. Quaoar berjarak 42 ua dari matahari.

Pluto, planet terakhir yang diakui sebagai planet, memiliki diameter
2300 km, masih lebih kecil dibandingkan bulan yang punya garis tengah
3480 km.

Ini tentu menimbulkan pertanyaan menarik: apakah Quaoar boleh disebut
planet? Quaoar, sedikit banyak mirip Pluto. Kalau Quaoar tidak cukup
layak disebut sebagai planet, barangkali status Pluto boleh digugat juga.

Ada beberapa alasan misalnya untuk menolak Quaoar. Planet seharusnya
memiliki lintasan yang baku, untuk membedakan dengan satelit yang
lintasannya terhadap matahari tidak sederhana. Tapi kita tahu
Pluto juga lintasannya aneh bin ajaib, dibandingkan dengan planet
lain. Lonjongnya luar biasa.

Soal lain yang suka disinggung adalah atmosfer. Tapi ini tidak bisa
juga digunakan, karena kita tahu Pluto nyaris tidak memiliki atmosfer.
Sebaliknya, Titan yang nggak pernah mengajukan diri jadi planet, justru
punya atmosfer.

Kalau Pluto berkeras jadi planet, seharusnya Quaoar diakui sebagai
planet juga. Dan setelah Quaoar, kandidat lainnya adalah Ixion (1000 km)
dan Varuna (900 km) — berderet membentuk barisan Transneptunian.

Tapi nggak usah terlalu dipusingkan. Itu kan cuma kategorisasi bikinan
manusia. Nggak berfungsi banyak selain buat jadi catatan anak sekolah.
Kalau Quaoar melejit mendekati matahari, dia bakal diyakini sebagai komet.
Kalau kemudian dia terperangkap di gravitasi Saturnus, dia malah jadi
satelit lagi.

89131692

«Ada berapa planet di tatasurya kita?» gitu pertanyaan
di majalah Science & Vie bulan ini. Planet, didefinisikan
sebagai benda-benda bulat menggemaskan yang ikut berputar-putar
mengelilingi matahari (duh, ini definisi dari mana sih). Tapi
bulan yang mengelilingi matahari tidak boleh disebut planet, soalnya
dia mengelilingi matahari sambil mengelilingi bumi. Komet juga nggak
disebut planet, soalnya … alasan bisa dicari. Soal aslinya adalah diskriminasi,
haha :), khususnya terhadap makhluk-makhluk mungil.

Di jarak 30 sampai 50 ua (unit astronomi) dari matahari, terdapat
wilayah yang dinamai sabuk Kuiper. Gerard Kuiper melempar sabuknya
tahun 1992 ke sana, untuk menandai kawasan tempat banyak komet
berasal. Sekitar 70000 jumlahnya, dan jejarinya sekitar 100 km.
Tapi terlalu jauh dari sini, jadi komet itu tidak nampak. Kalau
ada yang lintasan membuatnya mendekat ke matahari, mereka baru tampak,
khususnya kalau panas matahari menguapkan lapisan es di komet itu,
dan membuatnya nampak seperti bintang berekor.

Jadi … komet itu bukan planet, soalnya mereka berekor. Nah, waktu
mereka jauh dari matahari, dan tidak berekor, kenapa mereka nggak
boleh dinamai planet?

Tunggu aja lah sampai mereka demo ke markas besar IAU (perhimpunan
astronomi antarbangsa), untuk menuntut persamaan hak.

89069618

Apa yang istimewa hari ini? Segala macam iklan rokok, dalam bentuk poster, media cetak, dan media elektronik, tidak dianggap pantas lagi secara hukum. Waktunya tiba untuk menistakan pembodohan massa, dan mengusir jauh dari pandangan mata kita.

Di mana? Di Inggris, tentu saja. Masih jauh buat mengharapkan tindakan cerdas dari pemerintah seperti ini bisa diberlakukan di Indonesia. Tapi sementara itu … maju tak gentar …

88962756

Pada hari ini kita harus malu bahwa kita nyaris tidak pernah berqurban.

Pada hari ini kita harus malu karena hidup kita penuh keluh kesah.

Pada hari ini kita harus malu karena kita membutakan diri dari nikmat Allâh.

Pada hari ini kita harus malu bahwa kita masih menghamba pada bayangan semu murahan ciptaan kita, bukan menghamba pada keadilan Allâh.

88962740

Kenapa Ibrahim a.s. (a.k.a. Abraham) harus
pergi jauh dari kampung halamannya, terlunta lunta berjalan dari
satu tempat ke tempat lain, meninggalkan keluarganya dalam waktu tak
terbatas, dan harus mengorbankan puteranya dengan sengaja?

Kenapa Musa a.s. (a.k.a. Moshe) juga harus pergi dari keluarga angkatnya, memimpin
kaum yang selalu durhaka, menyeberangi lautan dan daerah-daerah gersang
tanpa makanan, dan menghadapi suku-suku yang kuat tak terlawankan?

Kenapa ‘Isa a.s. (a.k.a. Jeshua) harus hidup tanpa putus dari kejaran
tentara, polisi, dan intel, serta masyarakat mapan kala itu, harus hidup
dari satu lorong ke lorong?

Kenapa Muhammad s.a.w. harus diboikot masyarakat Makkah, dilempari baru di
Thaif, dibunuhi keluarga dan para sahabatnya, dan juga harus berpindah tempat
ke Madinah pada akhirnya?

Apa sih artinya kurban?

Jika Allâh menyayangi makhluknya, Allâh akan memuliakannya. Allâh memuliakan
makhluknya bukan dengan memberinya kemudahan hidup, landasan yang kuat untuk
berjuang, atau kekuatan visual; tetapi justru dengan cobaan yang pedih nyaris
tanpa putus, yang membuat mereka terus-menerus harus berjuang sepanjang
hidupnya, membawa hanya nama Allâh di dalam jiwanya.

Kita, makhluk yang merasa disayangi Allâh, apakah kita hidup seperti makhluk-
makhluk yang disayangi Allâh itu?

88839640

Yang menarik bukan bahwa pada skala kuantum itu waktu dan kausalitas
tidak ada; tapi bahwa pada skala fisika seperti yang kita rasakan ini,
waktu dan kausalitas jadi ada? Dari mana asalnya? Dari statistika
yang valid yang mewujud?

Statistika jadi lebih niscaya daripada kelihatannya. Einstein bukan bakal
cuma menolak (“Tuhan tidak bermain dadu” — menolak mekanika kuantum),
tapi sekarang bakal ketakutan setengah mati.

Oh ya … tapi bagaimana waktu tercipta ?

Lain kali aja ah.

Overwhelmed nih.

Fluktuasi Kausalitas

Pertanyaan yang belum terjawab dari tahun-tahun lalu: mengapa terjadi fluktuasi kuantum? Dulu pertanyaan ini dijawab dengan “karena ada ketidakpastian Heisenberg”, tapi kemudian soalnya bisa dibalik jadi “justru ketidakpastian Heisenberg terjadi akibat adanya fluktuasi kuantum”.

Yang lebih menarik, pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab sampai sekarang, setidaknya tidak dengan hukum fisika yang berlaku pada skala fisika (yaitu skala yang lebih besar daripada skala Planck). Kenapa? Ada ketidakkompakan antara hukum pada skala sekecil itu, dan skala yang lebih besar, di mana statistika mulai ambil bagian.

Misalnya, pada skala kuantum, sebenarnya tidak ada kausalitas (kausalitas seperti yang kita bayangkan). Tidak ada kausalitas artinya … tepat sekali … tidak ada waktu.

Tidak ada kausalitas juga artinya bahwa pertanyaan “mengapa” jadi tidak
valid lagi. Jadi pertanyaan di atas makin jauh dari jawaban.

88784263


Keyboard keluaran terbaru: virtual keyboard, dari Siemens. Keyboard yang di atas meja itu cuma hasil pancaran dari VKB. Kalau kita mengetukkan jari ke atas gambar keyboard itu, pola pantulan akan dikenali VKB, dan ia mengirimkan kode keyboard scan ke pengolah informasi kita, dalam bentuk notebook, PDA, HP, tablet, atau apa lah.

Yang jelas, user harus mengubah kebiasaan. Jangan lama-lama membiarkan jari di atas keyboard, soalnya bisa dianggap mengetik. Juga, harus belajar cuek kalau orang ngeliatin kita ngetik di atas gambar keyboard di meja atau di buku.

88643659

Yang ini versi NYPL (Amrik juga sih): Books of the Century untuk kategori Nature’s realm:

  • Maurice Maeterlinck. La vie des abeilles [The Life of the Bee] (1901)
  • Marie Sklodowska Curie. Trait? de radioactivit? [Treatise on Radioactivity] (1910)
  • Albert Einstein. The Meaning of Relativity (1922)
  • Roger Tory Peterson. A Field Guide to the Birds (1934)
  • Aldo Leopold. A Sand County Almanac (1949)
  • Konrad Z. Lorenz. Er redete mit dem Vieh, den V?geln und den Fischen: King Solomon’s Ring [King Solomon’s Ring: New Light on Animal Ways] (1949)
  • Rachel Carson. Silent Spring (1962)
  • Smoking and Health (known as The Surgeon General’s Report) (1964)
  • James Watson. The Double Helix: A Personal Account of the Discovery of the Structure of DNA (1968)
  • Edward O. Wilson. The Diversity of Life (1992)

Books That Shaped

Kiriman Mas Aria:
Books That Shaped a Century of Science: The Physical Sciences
by American Scientist:

Explorations:

  • Timothy Ferris, The Whole Shebang (1997)
  • George Gamow, One, Two, Three… Infinity (1947)
  • Stephen Hawking, A Brief History of Time (1988) ?
  • Douglas Hofstadter and Daniel Dennett, The Mind’s I (1981)
  • Kenneth Hsu and William Ryan, The Mediterranean Was a Desert (1983)
  • Georges Ifrah, From One to Zero: A Universal History of Numbers (1985)
  • Primo Levi, The Periodic Table (1984)
  • John McPhee, Annals of the Former World (1998)
  • Carl Sagan, The Pale Blue Dot (1994) ?
  • Steven Weinberg, Dreams of a Final Theory (1992)
  • Herman Weyl, Symmetry (1952)

Monographs:

  • John von Neumann and Oskar Morgenstern, Theory of Games and Economic Behavior (1944)
  • Paul Dirac, Quantum Mechanics (1930)
  • Albert Einstein, The Collected Papers of Albert Einstein:
    The Swiss Years: Writings, 1902-09 (1930)
  • Benoit B. Mandelbrot, Fractals (1977)
  • Linus Pauling, Nature of the Chemical Bond (1939)
  • Bertrand Russell and Alfred North Whitehead, Principia Mathematica (1910-13, 3 vols.)
  • Cyril Smith, Search For Structure (1981)
  • Norbert Weiner, Cybernetics (1948)
  • R. B. Woodward and Roald Hoffmann, Conservation of Orbital Symmetry (1970)
  • Albert Einstein, The Meaning of Relativity (1922) ?
  • Richard Feynman, QED (1985) ?
  • Donald Knuth, The Art of Computer Programming (1968)
« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑