Page 93 of 210

Tentang Beberapa Musik

Rap, musik yang sempat dimusuhi BJ Habibie. Padahal rap kadang kerasa enak. Malahan Rap yang di plug in pada “Another One Bites The Dust” punya Queen sempat bikin aku kecanduan juga.

Kali musik itu soal kebiasaan ya. Orang bisa digeser seleranya dengan melakukan embedding jenis musik lain pada musik yang dia suka. Perpaduan yang bagus, manis, dan menyeret paksa, haha :). Soalnya, kalau rap nggak ditanam di Queen, gimana caranya rap bisa bikin aku kecanduan?

Kayaknya aku sempat stuck di Wagner gara-gara itu. Dari Bach, aku yakin. Terus tergeser ke Beethoven. Terus ke Wagner dan (Richard) Strauss. Akhirnya stuck di Wagner. Abis, dari Wagner mau ke mana? Yang mungkin sih ke Kitaro, haha. Coba aja dengerin Kitaro abis Wagner, kan kerasa ada link-nya.

Kalau abis itu sempat ada Debussy dan Stravinsky, itu adalah kesengajaan, bukan akibat mood. Waktu akhirnya Debussy memenuhi ruang-ruang, aliran mood membawa lagi ke Wagner. Duh, itu orang memang egois bukan kepalang. Semua musik bermuara ke dia, tapi dia nggak ngasih ide buat cari musik jenis lain.

Queen sendiri dari mana sih? Dari kebiasaan aja. Terus ada suasana real art di sana, yang bikin musiknya nggak kalah-kalah amat dengan Debussy misalnya.

Eh, jadi inget Rhoma Irama zaman dulu. Maunya berdakwah dengan dangdut. Akhir ceritanya kayaknya bukan pedangdut jadi santri. Malah para santri yang tadinya soleh jadi doyan dangdut dan suka goyang goyang. Idih, amit-amit.

Ketidakpastian Heisenberg Ngebut

Heisenberg ngebut. Seorang polisi menghentikannya.
«Anda melanggar batas kecepatan,» kata si polisi.
«Berapa kecepatan saya tadi?» tanya Heisenberg.
«90 km/jam,» kata si polisi.
«Anda yakin?»
«Tentu, saya yakin sekali.»
«Kalau demikian, Anda tidak dapat menuntut saya. Anda tidak akan dapat menunjukkan di mana saya ngebut tadi.»

Ini cerita fiktif sih. Tapi tidak pasti juga.

Suka Kerja Keras

Emang kelihatannya aku jadi pemalas buat ngurusin web. Web ini, dan terutama web komunikasi.org. Tapi sebenernya aku lagi aktif merenovasi website. Cuman yang ini tempatnya di intranet kantor, dan nggak bisa diakses dari Internet. Tapi bisa dibayangin lah, kira-kira kayak apa hasilnya kalo aku ngedesign webpage. Nggak beda jauh sama site ini. Dan yang jelas kalah jauh sama webdesigner yang profesi utamanya siswa sekolah.

Eh bener loh, beberapa temen aku yang anaknya masih di SD udah bisa bikin website yang desainnya lumayan juga. Cuman pakai FrontPage sih. Tapi desainnya bagus bener. Bisa keren dah masa depan Indonesia di bidang aplikasi informasi. Insya Allah.

Nah, di tengah-tengah renovasi web, ternyata si webserver bermasalah. Khas lah, kalau nekat pakai webserver dengan OS bikinan Microsoft. Servernya nggak bisa diakses secara lokal. Remote aja yang bisa, tapi kan terbatas. Jadi sementara aku backup aja, persiapan reinstalasi webserver. Tapi masih gatel juga, jadi aplikasi-aplikasi baru masih ditambah.

Good news tapi, pagi ini si boss ke meja aku, dan bilang kalau beliau udah punya doku buat beli webserver baru. Ugh, sedappp. Nggak usah reinstalling. Beli baru aja sekalian. Pakai apa ya. Mau pakai Linux, tapi kurang menantang. Ntar virus sama bug lain kan susah masuk. Enaknya pakai Windows lagi ah.

Kita kan suka kerja keras.

Tentang Nol

Kelihatannya rekan-rekan kamu kehilangan integritas.

Lalu?

Dan kompetensi.

Masih ada. Aku lihat masih ada.

Apa yang masih ada.

Dua-duanya. Kompetensi, ya, integritas, juga.

Kayaknya kita bakal mengulangi diskusi lama: apakah nol sebuah bilangan.

Programmer Yang Baik

Bill Venners, pada bulan Januari 2003, menghadiri KTT “Writing Better Code” yang diorganisir Scott Meyers dan Bruce Eckel. Sambil ber-KTT, dia berkeliling mewawancarai para big shots dalam dunia programming, buat menanyakan: bagaimana sih cara mereka mencari programmer yang baik?

Hasilnya adalah sebuah tulisan di www.artima.com/wbc/interprogP.html, membahas berbagai cara untuk menyeleksi programmer untuk perusahaan atau proyek kita. Para programmer bisa mempelajari essay ini untuk menilai diri sendiri dan melakukan improvement untuk menjadi programmer yang lebih terpercaya.

89420069

The easiest thing, yet the most difficult: be yourself.

Is there such a thing as “yourself”?

As a psychological entity in reality?

89420059

Aku ketemu kode aneh kayak gini di sebuah web. Aslinya pakai ASP. Aku nggak tahu siapa programmernya, tapi yang jelas aku jadi bener-bener khawatir.


if bl=1 then

bln=”Januari”

endif

if bl=2 then

bln=”Februari”

endif

…..

Emang di ASP nggak ada yang namanya array yach? Kalaupun nggak ada, masa sih harus kayak gitu. Eh, ada lagi di bawahnya.


if bln=”Januari” then

blnlalu=”Desember”

endif

if bln=”Februari” then

blnlalu=”Januari”

endif

…..

Aku harus bilang apa ya?

89308135

Berita lain, Altavista dibeli Overture.

Sebelum masa Google, aku jadi pemakai Altavista. Waktu itu alamatnya masih di altavista.digital.com, punya Digital, yang kemudian diakuisisi Compaq, dan terakhir merger dengan HP. Altavista terlalu cuek dengan urusan domain, jadi domain Altavista keburu dibeli tukang bajak domain. Altavista akhirnya menebus nama domain ini cukup mahal. Tapi konsep pencarian Altavista sendiri nggak cukup menarik, dan akibatnya nggak cukup kompetitif.

Beginilah akhirnya ternyata. Barangkali Overture berharap ini jadi awal yang baru buat Altavista. Tapi kalau style kerjanya nggak diubah, Altavista boleh tetap ditinggal di sejarah — sebagai mesin pencari yang pernah lebih baik dan lebih inovatif dari Yahoo.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑