Page 42 of 210

Telkomnet

Di mail list mus-lim@isnet.org, Mas Fahmi bercerita tentang Koran Tempo yang memelintir berita, seolah2 Gusdur diusir dst, dst. Bantahan itu sendiri dirilis oleh Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia. Lepas beberapa hari, Mas Harry Sufehmi memasang salinan rilis itu di weblognya: harry.sufehmi.com. Aku tentu udah lama kehilangan minat sama dunia Pergusduran. Atau JIL :). Nggak tau juga, kenapa kawan Harry yang cerdas ini masih doyan membahas JIL. Tingkah mereka yang cuman cecentilan itu nggak sepantasnya mendapat perhatianmu, kawan Harry :).
Yang aku lihat tadinya bahwa Mas Fahmi masih pakai alamat email di telkom.net. Hari gini? — gitu kali pikiran kita. Tapi aku mikirnya lain. Tokoh yang setia menggemakan suara Hizbut Tahrir ini tentulah lebih suka memakai produk lokal Indonesia, daripada pakai produk Amerika macam Yahoo, Gmail, Hotmail. Aku jadi lebih yakin lagi waktu baca di bagian bawah rilis, sang jubir juga menyediakan alamat kontak di telkom.net, selain di domain hizbut-tahrir.or.id sendiri. Yang ada, aku jadi malu: kok aku malah doyan pakai Gmail yach?

Tentu, Gmail menyediakan 2GB, sama dengan Yahoo dan Hotmail, sementara Telkomnet hanya bisa memberi recehan. Tapi, to be honest, mail2 penting sebenernya aku download ke harddisk, dan yang tertinggal di server2 itu, hilang pun tak masalah. Tinggal mengembalikan kebiasaan kuno untuk rajin menghapus mail, kita bisa mulai menunjukkan kemandirian kita kembali. Dan memulai penghematan bandwidth, biarpun nggak seberapa dibanding keterlanjuran kita menghosting web di luar negeri (gratis atau berbayar) dan menggunakan mail list di Yahoo atau Google juga.

Mail kuncoro@telkom.net masih aktif, btw.

Dunia Tanpa Rokok

Sambil ikut memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006 pada hari ini, maka kami, penulis blog yang peduli dengan masalah ini, bermaksud untuk memperingatkan kita semua akan bahaya merokok:

  1. Mengingatkan kembali bahwa segala macam konsumsi tembakau adalah berbahaya, baik bagi diri sendiri, maupun terutama bagi lingkungan (perokok pasif: para orang keren, para balita, para manula, dll); dalam bentuk apa pun: rokok, rokok pipa, bidi, kretek, rokok beraroma cengkeh, snus, snuff, rokok tanpa asap, cerutu. Semuanya berbahaya.
  2. Juga mengingatkan kembali bahwa semua bahwa tembakau dalam jenis, nama dan rasa apapun sama bahayanya. Tembakau berbahaya dalam samaran apa pun. Mild, light, low tar, full flavor, fruit flavored, chocolate flavored, capuccino flavored, natural, additive-free, organic cigarette, PREPS (Potentially Reduced-Exposure Products), harm-reduced … semuanya berbahaya. Label-label tersebut tidak menunjukkan bahwa produk-produk yang dimaksud lebih aman dibandingkan produk lain tanpa label-label tersebut.
  3. Terutama: menuntut Pemerintah Republik Indonesia untuk sesegera mungkin meratifikasi WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) demi kesehatan penerus bangsa. Memalukan: Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang belum menandatangani perjanjian internasional ini.

Internet, 31 Mei 2006
Koen

Yogya Hari Ini

“Mas Koen ke Yogya saja. Kan libur empat hari.”
“Ya nih, Pak Agus. Tapi keponakan saya mau datang ke Bandung. Lain hari saja deh.”

Setelah letusan Merapi yang ditangani dengan cukup baik, pagi ini Yogya dan sekitarnya diguncang gempa cukup kencang. 5,9 dalam skala Richter, gempa ini menghancurkan bangunan di tiga provinsi, dan merengut di atas 2000 nyawa manusia dari kabupaten2 di sekitar Yogya hingga Klaten dan pantai selatan Jawa Timur. Pusat pemerintahan Bantul, makam Imogiri Yogya, dan candi Prambanan, termasuk yang mengalami kerusakan. Pemerintah sedang mempertimbangan untuk menyatakan bencana nasional.

Update dari Isnet: Bambang Prastowo et.al. sudah mensetup helpjogja.net. Selanjutnya semua update info dapat diperoleh di sana.

Const ?

Kalau menyebut humor matematika, aku selalu nggak sengaja ingat yang itu: ei? = -1, turunan dari de Moivre. Humor dari abad kedelapan belas. Sekaligus konspirasi: bagaimana bilangan-bilangan lucu yang diperkenalkan ke dalam hidup kita secara terpisah itu tahu-tahu bergabung dalam satu persamaan sederhana. Huh, sederhana? Hmmm, setidaknya singkat :).

Barangkali memang karena hidup kita dialirkan secara praktis, bukan formulatif (hush). Nggak boleh disangkal :), soalnya yang dinamai praktis itu hal yang mengalir mudah bersama hidup, kan? Haha :). Kita mengenali banyak hal dari sekumpulan pengalaman yang seolah terpisah. Padahal sebenernya itu satu narasi yang saling terkait secara singkat. Begitu suatu hari kita melihat kaitan antar peristiwa, yang ternyata sederhana, kita barangkali akan menganggapnya juga sebagai humor. Aku serius. Humor. Lompatan logika yang melenceng dari harapan (harapan atas kerumitan — duh, kasihan deh kita).

Atau konspirasi. Const ?.

Hafal ? sampai berapa angka? Aku sampai … sebentar. 3,14159265358979323. 17. Nggak sampai 20. Ada yang mau2nya menghafal sampai ratusan. Dan ada prodigy yang bukan menghafal tetapi menghitung terus-terusan dengan kecepatan sekitar 0,8 detik per angka. Aku lupa namanya. Ntar aku cari. Ludolph Ceulen, dari abad ke-17, menghitung (dan menghafalkan) ? sampai 35 digit, dan meminta 35 angka itu ditulis di atas nisannya. Waktu baru belajar C sih, aku bikin program untuk menulis ? terus menerus. Makin lama makin lambat. Dan untuk e juga.

Oh ya, sekarang e. Hmmm, cuman sampai … 2,718281828. Eh, masa sih mirip bilangan rasional gini? Kok jadi nggak yakin. Hmm, gaswat. Soalnya bilangan panjang2 gini aku pakai untuk pin dan password numerik.

Dan i? Ah ini mah mainan sehari2 buat anak Elektro :). Sorry, tulisan ini nggak selesai. Mau pulang dulu ah.

Nonsecret Encryption

Siapa para tokoh di belakang public-key encryption? Orang akan menyebut nama RSA: Rivest, Shamir, Adleman. Atau lebih jauh: Diffie, Hellman, dan Merkle. Tapi beberapa tahun sebelum Diffie, bagian dari dinas rahasia Inggris sudah mengkaji konsep yang serupa. Cheltenham. Nama kota ini mengingatkan ke Ahmad Sofyan yang terus-menerus meyakinkanku bahwa inilah kota tercantik di England. Di sini ada Markas Komunikasi Pemerintah (GCHQ). Di sana John Ellis dulu bekerja, sebagai pegawai yang selalu penuh ide. Separuhnya konyol, dan separuhnya brilian. Sebelum ada kopi instan, ia sudah punya ide mencampur Nescafe dengan gula, dengan alasan efisiensi kerja.

Oh ya, cerita berhenti dulu untuk pesan sponsor. Pagi ini aku minumnya kopi Flores. Jadi agak-agak fly. Kurang banyak kali :).

Sampai mana tadi? Oh ya, di Bell Labs, akhir PD II, ada insinyur iseng membuat catatan bagaimana melakukan scrambling suara analog. Masukkan noise yang banyak dengan noise generator, gitu idenya. Campurkan noise ini ke suara dan kirimkan. Musuh akan menangkap sinyal kita, tetapi tak dapat memisahkan sinyal dari noise. Sementara, lanjut insinyur anonim itu, sekutu di ujung sana, yang punya noise generator yang sama, bisa melakukan pengurangan noise dari sinyal, dan menyisakan sinyal suara yang asli. Sederhana sekali. Tapi tak berguna waktu komunikasi lebih banyak dilakukan secara digital.

Tokoh Ellis kita membaca catatan itu, dan tidak menganggapnya konyol. Dia mulai memikirkan cara agar musuh, biarpun memperoleh sinyal yang sama, dan bahkan mengetahui teknologi enkripsi yang digunakan, tetap kesulitan melakukan dekripsi. Mungkinkah, tanyanya suatu malam. Dan malam itu, di tahun 1969, ia memperoleh jawabannya: bisa! Konsepnya seperti ini, dengan skema Bob mengirim ke Alice tapi diintip Eve. Alice membangkitkan angka yang besar dengan melakukan transformasi matematika dari sebuah bilangan yang dibuatnya. Bilangan yang dibangkitkan dikirimkan ke Bob. Bob mengenkripsi dengan angka yang dikirim Alice. Tapi enkripsi oleh Bob hanya bisa didekripsi oleh bilangan semula yang dibuat Alice. Eve, yang memperoleh baik angka panjang dari Alice mupun data terenkripsi kiriman Bob, tetap tidak bisa melakukan dekripsi. Dia memerlukan angka asli Alice, yang tentu tidak dikirimkan ke mana pun. Bilangan panjang dari Alice boleh dikirimkan melalui jaringan yang tidak aman. Bahkan boleh dipublikasikan :). Dan tetap saja siapa pun akan kesulitan melakukan dekripsi. Ellis menamai skema ini non-secret encryption.

Proyek berlanjut dengan mencari transformasi matematika yang dibutuhkan. Matematikawan Clifford Cocks, yang baru bergabung setelah lulus pascasarjana dari Oxford, memecahkan dalam semalam (juga). Ia melakukannya dengan mengalikan dua bilangan prima yang besar. Mengalikan dua bilangan prima yang besar itu relatif mudah. Yang jauh lebih sulit adalah menguraikan hasil kalinya menjadi dua faktor prima yang benar. Ia menyampaikan laporannya ke mentornya, Nick Patterson, sesama matematikawan. Patterson langsung berteriak di depan pintu: “Ini penemuan kriptografis terbesar sepanjang sejarah!”

Tapi tentu, ini adalah lembaga birokratik, seperti juga agen rahasia di mana pun. Hasil penemuan tersimpan di bawah selimut. Memberikan ruang kepada Diffie cs untuk menemukan kembali penemuan Ellis, dan RSA untuk menemukan kembali pememuan Cocks. Dan seterusnya sampai Zimmerman, PGP, GPG, GPP, EGP, dan semacamnya. Buat yang tidak pernah membaca soal ini, yang GPP dan EGP itu bohong. Tapi kita harus tahu: skema semacam inilah yang kini memungkinkan e-commerce berkembang di Internet.

Ada waktunya rahasia tentang Ellis ini dibocorkan ke Diffie. Whitfield Diffie yang terperanjat ingin menemui tokoh ini. Pertemuan itu terlaksana tahun 1982 di Cheltenham.

“Gimana rasanya menemukan non-secret encryption?” tanya Diffie.
“Siapa bilang?” sahut Ellis.
Diffie menyebutkan nama seorang tokoh NSA.
“Kamu kerja untuk dia?” tanya Ellis.

Percakapan mereka bersahabat, tapi Ellis enggan membahas soal enkripsi :). Ia kemudian hanya menyentil sekali, dengan mengatakan “You did more with it than we did,” lalu meneruskan kerahasiaannya. Cerita lebih lanjut, baca aja buku Crypto.

Citatah

gunung-kapur.jpg

Gunung kapur yang aku nggak tau namanya ini terletak di Citatah, antara Padalarang dan Rajamandala. Aku mengamati deretan gunung kapur ini mulai kecil, dalam serangkaian perjalanan Bandung-Jakarta, sejak Jagorawi belum ada, dan dalam kesempatan jalan-jalan ke Situ Ciburuy. Percayalah, bahwa Jagorawi pernah belum ada, atau bahwa Situ Ciburuy pernah enak buat jalan-jalan. Dan tentu saja gunung kapur itu bentuknya nggak seperti sekarang. Mereka terus tergerus untuk kebutuhan cucu Adam :).
Yang di atas ini pernah dalam hati aku namai Gunung Kingkong. Pernah mirip Kingkong sih, cuman wajahnya putih kapur. Sekarang udah nggak mirip, tentu. Gunung ini punya daya hipnosis ke aku. Selama masih di IT, setiap jalan ke luar kota, aku selalu tertidur waktu lewat gunung ini. Sekarang udah nggak. Tapi kadang masih iya sih. Pernah juga aku jadiin bahan diskusi panjang dengan Mas Sasongko, sepanjang perjalanan ke Puncak: apakah batu kapur itu senyawa karbon, atau setidaknya terikat melibatkan ikatan karbon. Juga dengan teman-teman dari Sentral: apakah benar daerah ini merupakan titik awal naiknya Pulau Jawa ke atas muka laut. Juga dengan Mas Khamdan: apakah fenomena penampakan hantu itu hanya halusinasi, yang dapat menular, dan dapat terbudayakan. Banyak diskusi lain mengalir dari tampilan2 di sekitar wilayah ini, yang lebih menarik daripada mendiskusikan urusan kantor :).
Nun dari sebelah utara sana, deretan gunung kapur ini juga tampak dari rel kereta ke Jakarta. Tapi ini bakal jadi cerita lain lagi. Bersambung ah :).

Geoffrey West

Daripada beli sekian buku biografi (apalagi autobiografi — idih, narciscist), mendingan baca Time, special issue, 8 Mei ini. 100 tokoh yang mempengaruhi dunia (khususnya AS, tentu saja), diulas oleh 100 tokoh. Bias? ah, kita udah biasa :). Hmm, Junichiro Koizumi ternyata penggemar Richard Wagner juga, hehe. Di halaman scientist & thinker, tokoh pertama adalah Jimmy Wales, pencipta Wikipedia.

Aku sedang berhenti di halaman di mana Murray Gell-Mann membahas Geoffrey West. Tokoh yang terakhir ini presiden Santa Fe Institute (yang a.l. didirikan Gell-Mann juga), yang sedang bermain dengan ilmu kompleksitas. Sains bukanlah dunia yang diskrit. Fisika, geologi, ekonomi, psikologi, hingga seni, bermain dalam metasistem di mana prinsip pada sebuah ilmu menyentuh ilmu lainnya.

Geoffrey West, bekerja dengan Jim Brown, tengah menyidik kaitan antara rerata berat spesies dengan tekanan darah dan kecepatan metabolismenya. Formulanya akurat sekali. Trus apa artinya? Spesies bisa berupa seekor ikan paus, misalnya. Atau sebuah perusahaan. Atau kota. Atau negara. Dengan mengkaji tata hidup sosial hewan, kita bisa mengkaji kerja kelompok bersenjata, baik tentara maupun teroris. Mengetahui cara kerja otak membantu kita merancang komputer yang lebih baik. Mempelajari perilaku sekelompok ikan dapat membantu memahami perilaku investor, dan mencegah bencana saham.

Yuk, kita simak lebih jauh.

Pindah Kantor

koen-masuk-kotak.jpgKeramaian biasanya nggak terlalu ternikmati. Biarpun judulnya “Grand Launching” sebuah produk Speedy. Pertama, perkalongan untuk persiapan pun cukup memutus rantai recovery kesehatan. (Cerita malam-1 ada di weblog satunya). Ditambah sambil harus mempersiapkan pindahan kantor di sela-sela waktu yang tak tersisa (Foto samping: bebenah di kantor lama). Mudah2an nggak error ngurusin soal pindahan. Entertainment pada Hari H tak cukup memulihkan, bahkan melipatkan kelelahan, biarpun aku bisa tertawa lepas lihat gaya si Aming, dan lega mendengar lantunan Andre Hehanusa.

Pagi ini, aku udah menempati kantor baru. Di kawasan Dago. Mejaku rapi, tapi/soalnya beberapa box di samping meja belum dibongkar. Belum sempat beberes. Pekerjaan langsung cukup banyak.

Sekarang aku lebih banyak bermain kembali di urusan teknologi. Dan engineering. Dan “engineering” … :). Bedanya apa sih engineering sama “engineering” … gitu kali yach? Yang kedua lebih banyak berada di luar kotak, I guess. Mudah2an :).

Sore ini langit merah merona jingga dan kemudian ungu. Apa pun itu, aku siap melangkah.

Sophie

Masih April, jadi rada tematis untuk cerita tentang seorang cewek keren. Namanya Sofya Vasilyevna Kovalevskaya (Софья Васильевна Ковалевская). Di textbook, nama ini mencuat dalam teorema persamaan diferensial Cauchy-Kovalevsky. Lahir pada 1850 di Moskva, dan diracuni salah seorang pamannya dengan matematika sejak usia dini, termasuk konsep ‘mengkotaki lingkaran’ dan asimptot.

Saat keluarganya pindah ke Kaluga, seluruh rumah dilapisi wallpaper yang dipesan dari Petersburg. Tapi kurang satu gulung. Dan malas pesan lagi cuma segulung. Maka kamar Sofya kecil dilapisi dengan gulungan kertas tua dari gudang, yang ternyata adalah catatan kuliah kalkulus diferensial dan integral dari Akademi Ostrogradsky, punya sang ayah. Sofya jadi membiasakan diri memelototi formula2 ajaib di tembok kamarnya. Beberapa di antaranya mengingatkannya akan ‘kuliah’ oleh pamannya. Sisanya, entah :). Tapi ia suka membaca2nya dan mencoba memengertinya. Banyak yang benar2 masuk ke memorinya.

Ayah Sofya tidak terlalu suka pendidikan pada wanita, jadi Sofya tidak sekolah, dan belajar aljabar sendiri di rumah. Keberuntungan terjadi waktu tetangganya, Profesor Tyrtov, membawa ke rumahnya makalah fisika dasar. Sofya mencoba ikut membacanya, tapi macet di trigonometri, yang belum pernah ia pelajari. Tapi ia mencoba memahami dengan melakukan eksperimen hitungan. Ia berhasil. Tapi waktu ia menceritakan kembali apa yang ia pahami ke Tyrtov (dengan tata istilah yang tidak standar), profesor itu langsung mendatangi ayahnya, dan berargumentasi bahwa Sofya harus dididik lebih serius.

Maka Sofya dikirim belajar ke Profesor Strannolyubsky di Petersburg. Di sana, ia ternyata cepat paham dan berhasil memecahkan soal matematika dengan sangat cepat. Seolah2 otaknya sudah terbiasa. Sementara itu, ia dan saudarinya jadi berminat pada pemikiran sosialis, nihilis, dan sastra. Sofya sempat menjadi teman Dostoyevsky. Tokoh Aglia dan Alexandra dalam novel Idiot dari Dostoyevksy konon diilhami oleh kepribadian Sofya dan saudarinya.

Masa itu di banyak negara Eropa, perempuan belum boleh kuliah. Agar bisa meneruskan kuliah, Sofya melakukan pernikahan pura-pura dengan Vladimir Kovalevskij, seorang paleontolog muda dan radikal, yang pertama menerjemahkan dan menerbitkan karya Darwin di Rusia. Pasangan ini berpindah dari Rusia ke Austria (Wien), lalu ke Jerman (Heidelberg), dan sempat ke Inggris (London), agar dapat meneruskan studi.

Kembali ke Jerman (Berlin), Sofya belajar pada matematikawan Karl Weierstrass (duh, langsung ingat huruf keriting). Weierstrass menolak halus dengan memberikan soal sulit untuk mengenyahkan Sofya. Tapi Sofya (oh ya, namanya kemudian dikenal sebagai Sophie) bisa memecahkannya dan Weierstrass langsung paham bahwa ia menghadapi bakat matematika yang hebat. Ia pun menjadi tutor, konselor, dan teman Sophie. Dengan dukungannya, Sophie berhasil menyelesaikan tesis doktoral di Universitas Gottingen dengan tiga paper: dua matematika murni dan satu astronomi teoretis. Sophie pulang kembali bersama suaminya di Russia. Tujuh tahun ia meninggalkan matematika.

Di Russia, kehidupan keluarga Kovalevsky kurang baik. Mereka jadi suami istri beneran, dan punya anak. Radikalisme Kovalevsky menyulitkannya mencari pekerjaan. Vladimir Kovalevsky akhirnya bunuh diri. Sementara itu, Sophie diundang ke Stockholm oleh matematikawan Swedia Gosta Mittag-Leffler, yang disuruh Weierstrass mencari Sophie ke Russia. Sophie membangkitkan kembali minat matematikanya, dan naik jenjang terus menerus hingga mencapai posisi Profesor Matematika. Ia wanita pertama yang memegang kursi keprofesoran di Eropa — Marie Curie menyusul 17 tahun kemudian. Sophie (yang di Swedia dinamai kembali sebagai Sonya) terus memberikan sumbangan penting bagi matematika. Salah satu paper mekanikanya memberoleh penghargaan dari Académie Française des Sciences, yang digandakan karena memiliki arti khusus juga bagi fisika teoretis.

Kemudian? Dia menjadi penulis. Novel, drama, dan artikel sastra. Sophie meninggal akibat wabah flu terkomplikasi pneumonia pada tahun 1891 pada usia 41 tahun.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑