He told me that stupid life is about take and give and that our life is about give and give …
Page 22 of 210
Hari Kamis dan Jumat ini aku habiskan di Jakarta. Pertemuan internal Telkom yang menarik tentang sinergi kegiatan2 komunitas antar divisi, berlokasi di Wisma Antara, Jakarta. Melelahkan, karena dua hari pertemuan itu bener2 pertemuan, dengan silang pendapat yang nyaring dan demokratis. Terlalu menarik, sampai aku tega nggak mengunjungi event Insync di Ritz dan ISS di JCC sama sekali. Beda dengan rapat2 serupa di Supratman, dimana yesmen lebih banyak, dan rapat bukannya melelahkan tapi … cape dehhh. Yaa, hasilnya nggak ditulis di sini deh. Kebanyakan. Tapi nanti bakal dikomunikasikan sama komunitas2 di Bandung. Kapan neh, KLuB ngumpul2 lagi? Batagor? BHTV? Hmmm …
Yang kurang di Wisma Antara itu snack. Berat badanku sedang terjun menembus batas psikologis 50. Dan aku jadi doyan makan. Jadi aku bawa bekal cokelat buat dimakan di tengah rapat. Nggak sopan. Gue banget :). Dan selesai rapat, aku kabur cari snack. Ada Sbux di Thamrin. Menikmati cinnamon roll kesukaanku sama grande ice caramel macchiato sendirian, aku siap buat acara berikutnya: blogger gathering w/ Nokia. Meluncur dengan busway ke sana. Hey, syukur aku sempat makan dan ngopi. Salah gedung aku rupanya. Gedung Stanchart sudah berubah nama jadi ANZ, dan aku harus jalan kaki ke Stanchart baru.
Nokia, seperti perusahaan keren lainnya, mengundang 10 blogger buat memperkenalkan produk terbarunya. Produk itu ialah Nokia N78. Mobile terminal ini dirasa pas buat kaum blogger yang selalu haus untuk sharing personal experience. Ia telah dilengkapi dengan GPS client. Kamera 3.2 megapixel berlensa Carl Zeiss menghasilkan gambar yang bisa langsung dimetadatai dengan informasi lokasi dari GPS. Dikirimkan langsung ke Flickr (via sebuah client, bukan MMS), ia menghasilkan gambar di web dengan informasi lokasi, siap untuk diblogkan. Keren kan? Mudah2an API-API lain bisa dimanfaatkan para programmer kita untuk mulai bikin aplikasi2 context-aware yang bakal luar biasa. N78, dan penerusnya nanti, bisa bikin revolusi budaya kesekian yang diakibatkan oleh teknologi mobile dan Internet. Yang versi sekarang, sayangnya, masih lemah penerimaan GPS-nya untuk indoor. Aku pikir bisa diakalin. Tapi cobanya nggak bisa lama sih. Keburu waktunya makan :).
Sorry, nggak ada gambarnya, nggak dikasih gambar sama pihak Nokia. Cari sendiri di Google ya :). Tapi aku dikasih sebuah ransel berukuran sedang. Pas untuk travelling ringan. Dan sebuah gadget bernama World Charger. Benda ini bisa mengalahkan hotel paling arogan di Indonesia (yang plug listriknya selalu sok asing) dengan menyediakan multi plug (in/out) dan masih plus USB charger. Wow, bisa langsung dicoba nih. Hihi, bukannya mereview N78 malah mereview charger. Abisan, yang bisa dicoba lama2 emang yang ini :).
Internetworking Indonesia:
Indonesian Journal of ICT and Internet Development
Deadline for submissions: 30 October 2008
Notification of acceptance: 30 December 2008
Author Final Revision (CRC): 30 January 2009
Internetworking Indonesia is a semi-annual journal devoted to the timely study of the Information and Communication Technology (ICT) and Internet development in Indonesia. The journal seeks high-quality manuscripts on the challenges and opportunities presented by information technology and the Internet in Indonesia.
FOCUS & SCOPE
Internetworking Indonesia aims to become the foremost publication for practitioners, teachers, researchers and policy makers to share their knowledge and experience in the design, development, implementation, and the management of ICT and the Internet in Indonesia.
TOPICS
Internetworking Indonesia welcomes and strongly encourages submissions based on interdisciplinary approaches focusing on ICT & Internet development and its related aspects in the Indonesian context. These include (but not limited to) information technology, communications technology, computer sciences, electrical engineering, and the broader social studies regarding ICT and Internet development in Indonesia.
Possible topics include, but are not limited to:
- Information technology and information systems
- Communications technology
- Software and hardware engineering
- Applications and services
- Broadband and telecommunications technologies
- Mobile and wireless networks
- Internet infrastructure systems, protocols and technologies
- Technical challenges and developments of computer networks in Indonesia
- Internet Infrastructure development in Indonesia
- Multimedia and content development
- Education and distant learning
- Communications policy development and regulatory issues in the Indonesian context
- E-Government in Indonesia
- Internet governance in Indonesia
- Open source software development and deployment
- Social and economic impact of ICT and Internet technologies to the Indonesian society.
- Social networks, Peer-to-Peer computing and blogging
SUBMISSION GUIDELINES
Internetworking Indonesia accepts a variety of manuscripts in both English and Bahasa Indonesia. Please review the descriptions below and identify the submission type best suited to your intended submission:
- Research Paper: Research papers are theoretically driven, focusing on an area listed in the Topics.
- Technical paper: Technical papers present advances and research results in a given area study.
- Policy Viewpoint: Policy Viewpoints explore competing perspectives in the Indonesian policy debate that are informed by academic research.
- Teaching Innovation: Teaching Innovation papers explore creative uses of information technology tools and the Internet to improve learning and education in Indonesia.
- Book Reviews: A review of a book, or other book-length document, such as a government report or foundation report. (3 pages max.)
SUBMISSION LANGUAGE
Manuscripts in English and Bahasa Indonesia are accepted.
MANUSCRIPT SUBMISSION
Manuscripts should be submitted according to the IEEE Guide for authors, and will be refereed in the standard way. Manuscript pages should not exceed 7 pages of the IEEE 2-column format, preferably submitted electronically in an MS-Word file format.
All manuscripts should be submitted electronically. Please visit www.InternetworkingIndonesia.org for more information.
Manuscripts submitted to Internetworking Indonesia must not have been previously published or committed to another publisher under a copyright transfer agreement, and must not be under consideration by another journal.
Authors of accepted papers are responsible for the Camera Ready Copy (CRC) in the IEEE 2-column format (MS-Word file). Authors are advised that no revisions of the manuscript can be made after acceptance by the Editor for publication. The benefits of this procedure are many, with speed and accuracy being the most obvious. We look forward to working with your electronic submission which will allow us to serve you more efficiently.
CO-EDITORS
- Thomas Hardjono, PhD (Wave Systems, USA)
- Budi Rahardjo, PhD (ITB, Indonesia)
- Kuncoro Wastuwibowo, MSc (PT. Telkom Indonesia)
EDITORIAL ADVISORY BOARD
- Mark Baugher, MA (Cisco Systems, USA)
- Lakshminath Dondeti, PhD (Qualcomm, USA)
- Prof. Merlyna Lim, PhD (Arizona State University, USA)
- Prof. Bambang Parmanto, PhD (University of Pittsburgh, USA)
- Prof. Wishnu Prasetya, PhD (Utrecht University, The Netherlands)
- Prof. Jennifer Seberry, PhD (University of Wollongong, Australia)
- Prof. Willy Susilo, PhD (University of Wollongong, Australia)
OPEN ACCESS PUBLICATION POLICY
The Internetworking Indonesia journal provides open access to all of its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge. This is the philosophy of the Open Journal Systems (see the Public Knowledge Project at pkp.sfu.ca). The journal will be published electronically and there are no subscription fees. Such access is associated with increased readership and increased citation of an author’s work.
Ini mirip serbuan mendadak. Syukurlah, untuk hal2 inti, kita selalu siap. Wachsamkeit ist der Preis der Freiheit, gitu ada di buku Papap entah tahun berapa. Tujuan serangan adalah Markas Kostrad.
Awal cerita adalah kerjasama IT (non komersial) antara Telkom dan Kostrad. Ujudnya berupa penyerahan bantuan komputer sekian unit. Dan kemudian pihak Kostrad meminta juga sebuah website untuk public display (bukan utilitas). Tentu yang kami siapkan adalah portal open source. Tim memutuskan menggunakan Joomla. Site kemudian kami siapkan dengan sebuah domain sementara. Dan minggu ini kami harus menyampaikan pelatihan mendadak ke Makostrad.
Kontak Yudha of KLuB, untuk urusan Joomla aku dianjurkan menculik Rolly, dan Rolly mengajak Daus. Tim dari Telkom sendiri aku, Sony BW, & Kokoh Kabul. Tim berangkat ke Jakarta Senin menjelang tengah malam. Pelatihan berlari dua hari di Makostrad, Medan Merdeka Timur. Host oleh Kapen Kostrad, Letkol Husni. Hari pertama (Selasa), training diisi dengan refreshing atas Internet, web, dan web Kostrad. Hari kedua (Rabu), training dibagi dalam track2, yaitu track teknis (instalasi Joomla, maintenance, dll), track content (pengisian content web Joomla), dan track info Internet untuk yang baru mulai memperdalam soal Internet. Kami beruntung, prajurit Kostrad memang prajurit pilihan. Jadi knowledge transfer berjalan cukup smooth dengan interaksi intens.
Foto di atas diambil pada penutupan pelatihan hari kedua. Jumlah peserta sudah tak sebanyak hari pertama yang mencapai satu ruang penuh. Foto2 lain disimpan di Flickr.
Selesai menduduki Makostrad selama 2 hari, pasukan ditarik mundur ke Bandung. Sempat mampir untuk celebration di Excelso café di Km-57.
Sebagai bagian dari acara WOCN 2008 awal Mei ini, panitia lokal dari ITS membawa kami dalam kunjungan sosial ke lokasi bencana semburan lumpur di Kecamatan Porong, Sidoarjo. Perjalanan melalui tol langsung menemui realita visual yang tajam: jalan tol yang diputus paksa akibat kehancuran lingkungan di sana, rumah2 yang tampak tenggelam (kata penduduk, yang tampak itu adalah rumah tingkat — yang tak bertingkat tak tampak lagi), dan daerah ekonomi di luar tanggul yang juga sudah ditinggalkan (nampaknya pernah terkena luberan lumpur). Daerah yang terhancurkan mencapai kawasan di tiga kecamatan.
Info mengenai penyebab dan penanggulangan bencana lumpur porong ini dapat disimak cukup lengkap di Wikipedia versi Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Berlawanan dengan klaim berbagai kelompok ilmuwan dan satgas yang meneliti; pemerintah memutuskan bahwa peristiwa ini adalah bencana alam yang tak terkait dengan kegiatan Lapindo (salah satu perusahaan Bakrie); dan dengan demikian seluruh kerugian masyarakat dan lingkungan akan ditanggung dengan anggaran negara. Tidak perlu merasa bersalah: waktu kita memilih presiden dan wakil rakyat dulu, kita tidak tahu bahwa mereka perilakunya seperti itu.
Tanggal 29 Mei ini, genap dua tahun bencana semburan lumpur itu terjadi. Pun setelah dua tahun, semburan masih berlangsung, dan kadang masih bisa dahsyat. Informasi di Wikipedia masih terupdate hingga 25 Mei 2008.
Mengutip ujar penduduk setempat: “Mboten napa-napa. Gusti mboten saré.”
Ini joke lama yang aku ceritakan ke Abdoul Karim waktu kami sedang menyantap makan siang kami di suatu akhir pekan. Aku terjemahkan ya :).
“Bon appetit, Koen.”
“Merci, Abdoul. Hei, dulu konon di sebuah hotel di suatu pagi, ada orang Perancis memberi salam ‘bon appetit’ kepada orang Arab. Si orang Arab mengira ditanyai namanya. Jadi dia jawab ‘Abbas Hassan’.”
“Hahaha.” (Tertawa 1)
“Belum selesai. Nah, siangnya mereka ketemu lagi waktu makan siang. Orang Perancis memberi salam lagi ‘bon appetit’, dan si Arab menjawab lagi ‘Abbas Hassan’. Tapi lalu dia curiga. Masa orang bertanya nama dua kali.”
“Lalu?”
“Ya, dia ke toko buku kecil di situ, cari kamus Perancis-Arab. Dan akhirnya tahu ‘bon appetit’ artinya ‘selamat menikmati’.”
“Pintar.”
“Ya, masalahnya di toko buku itu tidak ada kamus Arab-Perancis. Jadi dia tidak tahu harus menjawab apa.”
“Lalu?”
“Malamnya, si Arab berpikir mendahului memberi salam; biar dia tahu apa seharusnya jawabannya.”
“Hahaha.” (Tertawa 2)
“Jadi begitu ketemu si Perancis, dia menguluk salam dulu: ‘bon appetit’. Ugh, sialnya … si Perancis malah menjawab … ‘Abbas Hassan’.”
“Kok gitu?”
“Ya, dia pikir jawaban untuk ‘bon appetit’ versi orang Arab memang ‘Abbas Hassan’.”
“Hahaha.” (Tertawa 3)
“Tahu nggak, aku baca joke itu dari siapa?”
“Siapa?”
“Mr Wahid, presiden kami.”
“Hahahahahahaha.” (Tertawa 4 dan panjang)
Ya, memang humor Mr Wahid itu multikultural dan bisa dinikmati orang berbagai dunia. Aku menikmati tulisan beliau sejak aku doyan baca kolom2 Abdurrahman Wahid di Tempo tahun 1980an. Budayawan yang cerdas, aku pikir waktu itu. Tapi politikus yang menyebalkan, dan presiden yang disastrous, aku pikir sekarang :).
Dalam rangka ingin menemui lagi Mr Wahid budayawan tersayang itu, aku datang ke pengajian Isnet lagi, di kediaman keluarga Motik, Menteng, Jumat malam — 8 jam setelah operasi mencabut geraham atas dan bawah.

Gusdur yang ini tidak mirip yang politikus. Ia berdamai dengan banyak pihak: Amien Rais, PAN, ahmadiyah, zionist. Perbaikan hanya bisa dilakukan dengan dialog, dia bilang. Kedekatannya pada kaum zionist diakuinya sebagai satu2nya langkah yang mungkin — kita loyo di kekuatan militer dan ekonomi, tetapi menginginkan adanya solusi. Maka sambil menerima penghargaan Simon Wiesenthal, ia juga mempertanyakan: mulai kapan Israel benar2 akan memulai demokrasi dan menghentikan diskriminasi rasialis.
Hal-hal yang sering kita dengar dari beliau juga diulangi. Misalnya bahwa pergerakan nasional didorong oleh orang2 Islam multialiran yang memiliki fundamental Islam dan nasionalisme. Juga hasil muktamar NU di Banjarmasin (sebelum kemerdekaan) bahwa cita2 yang dituju tidak berbentuk negara Islam. Sambil becanda, Gusdur juga bercerita bahwa menurut Hidayat Nur Wahid PKS itu bukan organisasi Islam, sementara menurut Tifatul Sembiring PKS itu organisasi Islam. Perbedaan fundamental dalam mendeskripsikan organisasi pun tidak membuat organisasi harus macet. Cuman mengenai soal PKB, Gusdur malah tegas. Kepemimpinan PKB dinilainya sudah berbau uang, dan harus dirombak total.
Ada beberapa halaman tulisanku tentang perbincangan malam itu. Mungkin aku save di tempat lain saja nantinya. Tapi yang aku cukup takjub adalah bahwa Gusdur betul2 demokrat budaya. Penanya boleh mengkritik dirinya cukup keras, termasuk menyebut bahwa Gusdur bukan presiden yang berhasil, serta menganjurkan Gusdur tidak maju lagi. Tapi ekspresi Gusdur tak berubah. Beliau tetap menjawab santun dan santai. Kadang selisih konteks juga sih :).
Terakhir, ada yang mau aku cuplik. Beliau menyebut kenapa komunikasi suka tak sampai. Bukan hanya soal salah konteks (eh, ini opini aku dink), tetapi terutama soal bahasa. Di Indonesia ada bahasa LSM/intelektual/mahasiswa, ada bahasa birokrat, dan ada bahasa rakyat. Ketiga bahasa itu belum menyatu. Hey, bahasa blogger di mana? Kayaknya di yang pertama ya. Pantas, sulit sekali memasyarakatkan blogger :)
Seperti gaya Gusdur yang berhenti bicara waktu pingin berhenti. Aku juga berhenti menulis waktu pingin berhenti. Mudah2an Gusdur tetap jadi Bapak Bangsa, dan tidak jadi presiden lagi :). Tentu yang terakhir ini juga diharapkan untuk Bu Mega dan Oom SBY. Kita pingin orang baru, bersemangat baru, lepas dari klik-klik lama.
Malam minggu ini digunakan untuk menikmati performance dari Nusantara Symphony Orchestra di Balai Sarbini (Jakarta). Di bawah judul Heart and Passion, orkestra yang diketuai Miranda S Goeltom, serta dipimpin conductor-nya oleh Hikotaro Yazaki ini menampilkan Simfoni Kelima dari Beethoven dan cuplikan opera Carmen dari Bizet. Orkestra dikonduktori langsung oleh Hikotaro Yazaki (yang ternyata apprentice dari Seiji Ozawa).
Simfoni kelima barangkali adalah simfoni Beethoven yang paling terkenal. Dulu digunakan untuk menunjukkan “motif” dalam musik (dan kemudian dianut secara fanatik oleh Wagner). Motif empat nadanya ini langsung terpapar dari birama awal, berulang, dan berulang, kemudian bervariasi, dan memaksa kita terus mencari, sambil riang; sambil tersentuh, entah oleh bagian mananya. Aksen2 dipaparkan dengan kontral antara nada keras, nada lembut, dan disonansi. Ya, simfoni kelima ini juga termasuk pelopor disonansi dalam musik klasik. Konon ini menceritakan tentang suatu malapetaka dahsyat yang tertanggulangi dengan tekat membaja dan kekuatan hati yang mengagumkan.
Carmen juga masterpiece dari Bizet. Baru malam ini aku menseriusi opera Bizet (biasanya aku memilih yang versi nada tanpa kata saja). Dan baru baca ceritanya juga. Dibawakan dalam bahasa Perancis, Carmen menceritakan wanita petualang gipsi di Sevilla (Spanyol) yang terlibat cinta segitiga dengan serdadu Don Jose dan matador Escamillo. Gaya bernyanyi tokoh Carmen tentu harus dibuat urakan, dan baru melembut saat2 akhir, sebelum Jose membunuhnya, saat Escamillo tengah bertarung melawan seekor banteng. Vokal dibawakan oleh Sarah Sweeting sebagai Carmen, Aning Katamsi sebacai Micaela (tunangan Jose), Ndaru Darsono sebagai Jose, dan Harland Hutabarat sebagai Escamillo. Selain tentu harus kagum pada Sarah dan Aning, aku juga kagum pada suara Escamillo dari Harland. Hmm, dalam opera2 Nibelung, yang satu ini akan pantas jadi Hagen atau Alberich.
Ruang tertutup ini menarik juga untuk menyegarkan pikiran, plus menambah semangat; untuk kembali ke perjuangan di luar sana. Yuk.
Laporan yang lebih menarik telah ditulis oleh:
Hari2 ini, aku jadi sering harus main2 dengan SMS gateway, dan bikin aplikasi web mini dengan itu. Tentu dengan PHP dan MySQL lagi. Dan sebenernya aku ragu, apa scripting dengan PHP masih bisa kita anggap bagian dari programming, seperti zaman kita dulu masih boleh sering2 main2 dengan C++. Batasnya “etika”-nya apa sih? :) Aku selalu berpikir bahwa programming harus agak mengandung hacking, dengan meletakkan kreativitas personal ke dalam kode; yang membuat program ciptaan seorang programmer jadi suatu yang akan berbeda dengan program programmer lain. Atau mungkin aku — seperti biasa — salah menggunakan istilah lagi :).
Dengan bahasa C, aku pernah membandingkan deret untuk menghitung nilai e dan π. Tentu bilangan natural e melejit lebih cepat ke nilai asimptotiknya. Soalnya aku waktu itu cuma menghitung π sebagai arc tan 1 yang dideretkan sebagai 1 – 1/3 + 1/5 – 1/7 + 1/9 dst. Padahal mungkin programmer lain bisa lebih cepat dengan menggunakan π3/32 = 1 – 1/33 + 1/53 – 1/73 + 1/93 dst.
π3/32 diambil dari π3/(16*2!). Dan ini bisa dilanjutkan ke pangkat ganjil yang lain. Jadi:
π/4 = 1 – 1/3 + 1/5 – 1/7 + 1/9 …
π3/(42*2!) = 1 – 1/33 + 1/53 – 1/73 + 1/93 …
5*π5/(43*4!) = 1 – 1/35 + 1/55 – 1/75 + 1/95 …
61*π7/(44*6!) = 1 – 1/37 + 1/57 – 1/77 + 1/97 …
1385*π9/(45*8!) = 1 – 1/39 + 1/59 – 1/79 + 1/99 …
50521*π11/(46*10!) = 1 – 1/311 + 1/511 – 1/711 + 1/911 …
Deret angka 1, 1, 5, 61, 1385, 50521, 2702765, 199360981, 19391512145, dan seterusnya itu disebut dengan bilangan-bilangan Euler (Euler numbers). Dia berasal dari sesuatu yang disebut permutasi zigzag. Permutasi zigzag itu kemungkinan kita menderetkan n bilangan p yang berbeda, dengan p1 < p2 > p3 < p4 > dst sampai bilangan n. Dengan kata lain, pi < pi+1 jika i ganjil, dan pi > pi+1 jika i genap. Bolak balik. Zigzag. Untuk n=0, 1, dan 2, tentu hanya ada satu kemungkinan; untuk n=3 ada 2 kemungkinan; untuk n=4 ada 5 kemungkinan; lalu 16, 61, 272, 1385, dan seterusnya. Nah, kita ambil yang genap saja untuk bilangan Euler kita.
Tapi apa kaitannya permutasi ini, dengan Euler, dengan arc tan, dengan π? Nah, itulah asyiknya kalau weekend tidak harus dihabiskan untuk urusan kantor. Jadi ada yang bisa dimainin :)
Sementara itu,
π2/6 = 1 + 1/22 + 1/32 + 1/42 + 1/52 … dan kita bisa memasuki cerita lain …
Melewati malam insomnix lagi :), pagi dimulai dengan membuka mail. Ada satu dari Technorati: surat pembebasan. Blog kun.co.ro yang sempat diskors Technorati selama beberapa bulan, mulai hari ini sudah boleh beredar lagi di sana. Aku jadi bisa lagi melihat2 blog yang melink ke tulisan2 di sini. Syukurlah tak banyak (dalam arti: jadi tak banyak waktu yang aku pakai untuk melihat2). Rank juga agak turun.
Lalu secangkir kopi. Kali ini mencoba mengenal negeri tetangga dengan mencicipi kopi Thailand. Cukup keras, mengingatkan pada kopi2 Sumatra. Mmm, kenapa ya, kopi Sumatra umumnya keras: Gayo, Sidikalang, Siborong2, Baturaja, Lampung — bikin addicted. Trus punya ide jail: bikin pop corn.

Membuat Pop Corn. Alat & Bahan: Segenggam jagung kering siap dipopcornkan, minyak zaitun, wajan & penutupnya + kompor, serta MP3 La Marseillaise (mudah didownload gratis). Cara membuat: (1) Letakkan wajan di atas kompor, dan tuang minyak zaitun 30cc. (2) Isi dengan biji jagung, dan pastikan semua jagung tenggelam, lalu tutup wajan. (3) Pasang MP3 La Marseillaise cukup keras, dan nyalakan kompor pada posisi api sedang. (4) Nikmati musik mars dengan serentetan jagung yang mulai meledak, sambil membayangkan pasukan Napoleon berperang melawan Stalin (ya, sekedar dalam bayangan, nggak papa lah). (5) Saat suara tembakan berakhir, matikan kompor, biarpun barangkali La Marseillaise belum selesai. Pop corn gosong kurang asik, dan LPG lagi langka. (6) Nikmati pop corn tanpa garam beraroma minyak zaitun sambil menyelesaikan La Marseillaise.
Sambil menyelesaikan La Marseillaise, aku jadi ingat bahwa mars kebangsaan Perancis ini pernah diadopsi. Bukan saja diadopsi oleh Czaikovsky dalam 1812 (atau Dari Sabang Sampai Merauke), tetapi betul2 diadopsi sebagai sebuah lagu kebangsaan oleh Kaum Bolshevik Russia di bawah Lenin. Ya, La Marseillaise dan juga L’Internationale. Tapi tak lama, L’Internationale lebih sering digunakan, dan diadopsi jadi lagu kebangsaan Uni Soviet. Untuk catatan, lirik L’Internationale dirancang untuk dinyanyikan dengan irama dari La Marseillaise juga, sebelum ia akhirnya punya irama sendiri.

Urusan lagu kebangsaan, bangsa Russia punya cerita yang rada unik. Di zaman tsar, negeri Russia pernah menggunakan lagu kebangsaan Tsarya Khrani. Ini adalah terjemahan Russia versi tsar, atas God Save The King dari Inggris. Waktu kaum Bolshevik merebut kekuasaan, mereka mengadopsi Internationale menjadi lagu kebangsaan, yang juga terjemahan Russia atas L’Internationale. Nah, waktu Stalin menggantikan Lenin, dan kemudian jadi diktator, ia merasa Internationale tak lagi sevisi dengannya. Selain ia sibuk melakukan Russianisasi, ia juga khawatir rakyat terdorong berontak kepada Stalin gara2 lagu Internationale, haha. Maka ia mempermaklumkan perlunya mengganti lagu kebangsaan. Dengan kisah yang agak panjang, akhirnya tersusunlah Himne Uni Soviet (Gimn Sovyetskogo Soyuza) pada tahun 1944, dengan musik dari Alexandrov dan lirik dari Mikhalkov dan El-Registan. Stalin sempat mengedit kata2 dalam lagu ini juga. Jadi ada nama Stalin segala di dalam lirik lagu. Duh. Namun diakui, tanpa melihat liriknya, musiknya indah :).
Tapi lalu Stalin tumbang, dan pemujaan atas Stalin dalam lagu kebangsaan dirasa kurang pas. Maka, sejak masa Khrushchev, lagu kebangsaan Soviet dibiarkan dalam bentuk musik saja, tanpa kata2. Ini berlangsung sekitar 20 tahun. Di tahun 1971, Mikhalkov — yang ternyata masih hidup — menulis ulang lirik lagu itu, dan mengajukan usulan. Tapi birokrasi negara komunis adalah yang paling menyebalkan di atas muka bumi. Jadi revisi Mikhalkov baru diresmikan tahun 1977. Dan jadilah Soviet punya lagu kebangsaan yang terkenal itu. Terkenal karena … sering dinyanyikan saat penyerahan medali emas di Olimpiade — orang Soviet masa itu gemar memborong medali. Tentu kita di Indonesia tak terlalu mengenalnya. Di zaman kejayaan Soviet itu, di Indonesia cuma ada TVRI, yang hanya secuplik2 menyiarkan warta luar negeri, dan lebih banyak menampilkan muka Ali Murtopo dan kemudian Harmoko.

Dan kita tahu, lalu giliran Soviet yang tumbang, di masa akhir pemerintahan Gorbachev. Russia, di bawah Presiden Yeltsin menggunakan lagu kebangsaan baru sejak 1991, dengan musik dari Glinka. Tanpa kata2. Juga, di masa itu, kontingen CIS di Olimpiade menggunakan simfoni Beethoven, untuk menunjukkan bahwa mereka tak lagi selalu berwarna Russia. Ini berlangsung sampai Yeltsin digantikan Putin. Saat baru menjabat, Putin menyatakan keprihatinannya bahwa atlit Russia di Olimpiade tampak tak bersemangat dengan hanya mendengarkan musik lagu kebangsaan. Lalu ia menyatakan bahwa Russia perlu lagu kebangsaan baru, yang memiliki kata2. Dari banyak usulan, salah satu yang masuk adalah untuk mengadopsi musik Himne Uni Soviet, dengan lirik yang diperbaharui. Mengabaikan banyak kritik, Putin menyetujui usulan ini. Lalu ia membuat maklumat yang mengajak rakyat membuat lirik lagu kebangsaan. Dan percaya atau tidak, Pak tua Mikhalkovlah — yang ternyata masih hidup juga — yang merevisi lagi lirik lagunya, lalu mengajukannya ke Putin. Dan Putin menerimanya. Pun perlu ada revisi beberapa kali. Tadinya negeri digambarkan bernaung di bawah sayap elang (lambang negara), kemudian diganti menjadi negeri yang diberkati Tuhan. Maka jadilah Himne Russia (Gosudarstvenny Gimn Rossiyskoy Federatsii) yang sekarang. Masih indah.
Dan pop corn sudah habis. Masih ada setengah cangkir kopi Thailand.