Page 180 of 210

3185219

Di elektrodinamika kuantum kita lekat pada angka 137 (nearly), dan di teori chaos ada angka 0.4699, dan kita punya tetapan Planck, konstanta gravitasi, muatan elektron, dll. Tapi dari mana angka-angka itu? Setiap kita menjelajah mencari sesuatu yang bersifat lebih elementer, kita selalu menemui bilangan ‘elementer’ yang baru dan sama sekali tidak berhubungan dengan bilangan lain.

Prinsip anthropic dengan mudahnya mengatakan bahwa bilangan itu disetel pada titik itu, karena kalau bukan pada titik itu, maka semesta tidak akan terbentuk, atau setidaknya tidak terbentuk seperti ini, dan akibatnya tidak mungkin ada manusia, dan tidak akan ada yang menanyakan pertanyaan seperti itu. Aku ngerti maksudnya sih. Semesta difine tune sehingga sehingga bisa stabil dan juga bisa memungkinkan manusia tercipta, tapi terus manusia malah nanya, kenapa settingnya kayak gitu.
Tapi coba kita bayangkan, misalnya yang diubah bukan satu tetapan, tapi semua tetapan itu diubah sekaligus, betulkah tidak mungkin menciptakan semesta yang relatif stabil dan yang bisa membangkitkan makhluk seperti manusia? Harus ada jawaban lain selain jawaban dari prinsip anthropic itu.

3174810

Kayaknya orang Polandia pakai style yang mirip Rusia, cuman pelatinannya diubah. Sh jadi sz, ch jadi cz, dan shch jadi szcz. Andrzej Jajszczyk, editor Communications Magazine. Gimana tuh bacanya? Besok aku mau lihat perubahan counter site ini buat ngitung jumlah orang yang lidahnya keseleo gara-gara nekat melafalkan nama itu.

Кунчоро

Dan abis cerita Lenin, aku mau cerita bahwa aku abis dapat mail dari Rusia. A nice guy, penggemar Gibran :), dan beliau mengkritik bahwa penulisan huruf sirilik di site ini salah satu huruf: Кунчоро Вазтувибово. Jadi bacanya /kunchoro vaztuvibovo/. Yeah, barangkali memang salah, tapi kesalahan itu bukan kekhilafan, melainkan hasil pemikiran. Nama Wastu barangkali hasil penculikan dari bahasa Sanskrit Vaçtu (the king, the leader), dan aku liat orang Rusia dan beberapa bangsa lain cenderung mengubah Ç jadi Z alih-alih S (Moçambique jadi Mozambik). Di Perancis memang Ç disamakan dengan S. Tapi S di Perancis dibaca tebal mendeziz. S ringan ditulis sebagai SS (la music classique /lamuziklasik/). Kalau di Indonesia Ç malah jadi SY (yang kalau dirusiakan bakal jadi SH). Kali biar angker pakai huruf SHCH aja ya, yang hurufnya kayak gini: щ. Ntar biar kayak Khrushchev.

3174768

Satu-satunya pengalaman dengan ideologi itu waktu diadili kepala sekolah gara-gara ngegambar palu arit di sekolah. Wuah, apa kata beliau ya kalau liat di catatan harian aku ada gambar Lenin segala. Dengan predikat man of the century pula. Dalam bayangan aku sih, beliau bakal senyum aja, masih arif kayak dulu. Dulu juga beliau nggak mau memperpanjang masalah kok. Cuman para wakil kepala sekolah (the empty head team) aja yang pada over acting.

3174763

Tapi soal favorit itu kayaknya subyektif sekali. Kaset Ludwig van Beethoven (pakai ?van? bukan ?von?, LVB itu orang Jerman yang kakeknya dari Belanda) aku yang pertama memang deretan konser violin ini. Kasetnya sih udah lama rusak. Kali-kali udah pernah terbiasa yah. Dalam kasus yang sama, komposisi Bach favorit aku masih Konserto Brandenburg no 4. Itu Bach pertama aku juga, sekaligus kaset klasik pertama aku. Tapi nggak selalu sih. Kaset Wagner aku yang pertama kayaknya Die Meistersinger, tapi itu bukan komposisi Wagner favorit aku. Aku juga nggak yakin, mana yang jadi favorit aku. Kali Siegfried Idyll, atau Tristan, tapi dua-duanya juga ada di kaset pertama. Aku nggak bisa yakin sama Wagner. Kadang aku lekat sama Faust, Flying Dutchman, Parsifal. Semua deh. Opera Wagner aku yang pertama itu bagian pertama dari Tristan, tapi favorit aku selalu sekuel Der Ring, empat-empatnya. Tristan ntar, nomor lima.
Tapi, on the other hand, biarpun kaset pertama aku dari madzhab Barok, tapi fave aku dari madzhab Romantik dan sesudahnya (post-romantik, neoklasik, impresionis, dst).
Jadi di luar urusan syaraf, kayaknya aku cukup fleksibel di bidang ideologi. Gitu? Masa?

Romanze fur Violine

Seharusnya panik sih, tapi ngedengerin rentetan Romanze fur Violine dan Konzert fur Violine lumayan bisa meredam tekanan. Selera memang kurang standard. Karya Beethoven yang satu ini jarang sekali peminatnya. Biasanya orang mengkoleksi simfoni Beethoven yang selalu penuh semangat, semisal Eroica (simfoni ketiga) yang tadinya dibikin buat Napoleon, tapi urung berhubung Beethoven sebal atas keserakahan Napoleon, atau Ode of Joy (simfoni kesembilan). Tapi buat aku semangat Beethoven cuma setengah-setengah. Mending Wagner sekalian kalau mau yang bergaya Promethean. Yang paling bikin aku betah dari Beethoven kayaknya justru yang nggak terlalu penuh warna.

3174740

Deadline buat ?Management of Project Management Project? tinggal seminggu lagi, dan research masih jauh dari harapan. Teorinya sih sekarang holiday. Tapi mana ada libur dengan deadline assignment. Libur palsu.

3155281

Akhir abad lalu (1990-an), orang masih sibuk berdebat tentang mekanika kuantum. Pendukung interpretasi Bohr masih berkeras bahwa batas antara fisika klasik dan mekanika kuantum adalah observasi, atau secara luas: kesadaran. Nah, kalau jangkauannya subyektif gini, susah sekali donk. Apa kucing Schrödinger nggak boleh dianggap punya kesadaran? Dan bulan yang seindah itu hanya indah karena kita menikmati keindahannya. Waktu tidak ada pengamat yang mengamati, bulan itu perlahan terurai menjadi probabilitas posisi-momentum saja. Tapi perlu waktu lama untuk menguraikan benda segede bulan. Dan sebelum bulan terurai, sudah bakal ada pengamat yang mengamatinya, dan saat itu bulan kolaps menjadi bentuk real ala fisika klasik. Kedengerannya bener-bener lucu. Tapi beberapa fisikawan akhirnya jadi relijius setelah mereka menurunkan implikasinya bahwa semesta ini ada karena ada pengamat dari luar semesta yang terus mengamatinya. Glek, awal yang benar, akhir yang benar, tapi jalan yang salah?

Roger Penrose mencoba pendekatan lain. Gravitasi, katanya, adalah pemegang kunci pemisahan. Di level foton, tidak ada gravitasi, jadi pada foton efek kuantum ketara sekali. Juga pada satu atau sekelompok elektron, gravitasi itu kecil. Tapi begitu jumlah materi meningkat, gravitasi meningkat, perlahan efek kuantum terabaikan, dan hukum fisika klasik jadi berlaku. David Böhm punya pendapat lain. Kalor, katanya, adalah penyebab ketidakpastian. Di level kuantum, besaran ‘kalor’ (terpaksa pakai tanda petik) ada dalam bentuk lain yang teramati sebagai gejala-gejala kuantum. Perdebatan soal ini akhirnya menyeret teori kuno Einstein lagi. Barangkali, katanya, relativitas khusus Einstein itu salah, dan kita sebaiknya kembali ke transformasi Lorentz yang tidak mengharuskan batas pada kecepatan cahaya.
Err, kalau kita melakukan misinterpretasi pada kedua teori itu, terus selama abad kedua puluh apa yang sudah kita lakukan? Haha, nggak separah itu. Sains boleh bergeser, tapi efeknya, kita jadi ngerti kimia, dan sudah bisa mengaplikasikan energi nuklir, menciptakan tabung hampa sampai transistor dan mikrochip, dan membuat dunia yang agak berbeda dengan abad-abad sebelumnya.

3139567

Nggak sia-sia ikutan Kibar, dapet cerita asik lagi ini hari: Oom Kiai dan Ayam.

Who’s Who

Awal tahun 1998, ada yang nelepon dari US. Dengan bahasa Inggris yang ngebut amat, dia bilang mereka udah punya data lengkap aku, dan udah masukin aku ke buku Professional Who’s Who edisi tahun itu. Kalau mau bukunya, kirimkan $499 saja. Dih, mendingan Dilbert, disuruh kirim cuman $75. Jelas nggak mau akunya. Kira-kira beberapa bulan, dia kirim surat ke kantor, mengucapkan selamat bahwa nama aku masuk di Who’s Who, project yang dipimpin Ivanna Trump (kayak aku kenal aja). Kalau perlu sertifikat yang menyatakan bahwa aku masuk buku itu, kirimkan $99.

Hrms, kalau bener esteem need aku segitu gedenya, ngapain aku harus kirim $99. Kenapa bukan surat itu aja aku pigurain terus ditempel di kantor.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑