Satu bulan lalu, pembunuhan massal di sebuah kota.
Hari ini, masih pembunuhan massal juga di sebuah negara.
Satu bulan lalu, pembunuhan massal di sebuah kota.
Hari ini, masih pembunuhan massal juga di sebuah negara.
Ngegambar peta Indonesia, meletak-letak posisi LSR dan semacamnya. Hmm, enak kali ya kalau pendekatannya rada-rada sosialis. Ini kan academic project, bukan business case beneran.
Aneh nggak kalau jadi malah kangen, pingin pulang.
Vet might fly. Herriot geram. Kota Glasgow disapu bom Hitler, dan rumah ortunya hancur. Jadi dia mendaftar tentara sukarela. Di kamp tentara, baru dia berpikir tentang keajaiban dunia tentara. Mau berbakti buat raja dan negara aja pakai disuruh bertindak mengikuti instruksi irrasional. Tiga gigi harus dikorbankan, termasuk yang salah cabut :). Abis bisa jadi penerbang yang handal, dia malah didaratkan, dianggap cacat. Mulailah proses rumit pengunduran diri. Trus dia jadi dokter hewan yang hangat dan penolong lagi. Sambil mengkhawatirkan teman akrabnya yang menyabung nyawa di Asia dan Afrika.
Politisi Inggris jaman PD-II sama pusingnya sama jaman sekarang. Negaranya kena ancaman, malah sibuk mengorbankan rakyatnya di negara-negara lain lagi. Kalau Coventry diluluhlantakkan, itu bukan hanya Hitler yang patut disalahkan, tapi mental penjajah pemerintah Inggris yang malah sibuk mengurusi kekayaan di ujung dunia lain.
Aku jadi punya kebiasaan baru, menempatkan tangan pada posisi istirahat di belakang, khususnya kalau lagi berkomunikasi lisan. Ini gara-gara viva voce Regulasi yang berubah jadi disaster itu. Kalau gugup, aku cenderung menggerakkan tangan kayak lagi nggambar sesuatu. Kesannya kayak pantomim. Atau barangkali kayak lagi berusaha mendorong atau menyingkirkan apa yang harus diselesaikan. Sekarang aku mau berlatih untuk bisa bertanya, menjawab, dan berbincang, tanpa menggerakkan tangan. Mau nggak mau, lisan harus dilatih.
Istirahat tempat, grak.
Counterpunch, menyajikan berita yang konon lebih berimbang, daripada, misalnya, CNN. Kisah tentang bagaimana US menggunakan menembakkan depleted uranium ke Iraq yang mengakibatkan wabah (!) leukemia. Tentang bagaimana CIA turut melestarikan ladang opium di Afghanistan. Tentang hukuman mati yang sadis (dan legal) di Texas.
Plus satu tulisan kenapa berita CNN cenderung miring: Military personnel from the Fourth Psychological Operations Group based at Fort Bragg, in North Carolina, have until recently been working in CNN’s hq in Atlanta.
Daun-daun kayak pelangi aja …
“What’s the name of that Kaboom city again?”
“It’s Kabul, Mr President. That’s the capital of Afghanistan.”
“It’s like Kaboom for me. Send something kaboom to the city! I want to be on that doohickey box again.”
“TV, Sir.”
Duh, nomornya kok harus 6166666 sih.
Rekomposisi dokumentasi tesis lagi. Bagian project management sekarang dipecah-pecah ke dalam chapter-chapter yang lain. Biar alur logikanya lebih halus lagi.
Musik latarnya masih Petrushka, menandakan pikiran yang asik melompat-lompat.
Barangkali ini menjelaskan, kenapa catatan lepas ini dimulai dengan Herriot. Biarpun nggak sengaja :).
Tahun 1969, Alf Wight menonton pertandingan liga utama (hehe) antara Manchester United dan Birmingham City. Nama penjaga gawang Birmingham itu James Herriot. Jadi nama itu diculik buat nama samaran Alf.
James sendiri belum pernah baca buku Alf. Tapi dia suka lihat versi TV-nya. Dan dia merasa kebetulan punya nama yang sama dengan si tokoh. Baru tahun 1988 dia diundang Alf untuk memberitahukan bahwa memang nama karakter itu diambil dari nama dia.
Trus … mereka main bola di halaman rumah Alf.
© 2025 Kuncoro++
Theme by Anders Noren — Up ↑