Page 128 of 210

78457450

Satu buku dari William Gibson, The Difference Engine, mencoba
membayangkan dunia kita jika manusia tidak pernah menemukan elektronika.
Kreativitas manusia tetap berkembang, tentu, tidak peduli teknologi apa
pun yang dikembangkan. Judul buku itu diambil dari nama komputer mekanik
ciptaan matematikawan Charles Babbage di awal abad kesembilan belas.
Tanpa elektronika, komputer masa kini adalah penerus komputer Babbage itu.
Kartu kredit, misalnya, akan memiliki lubang-lubang. Komunikasi antar
kota dilakukan dengan tabung-tabung pneumatik yang saling berhubungan.

78421547

Ode to Joy, simfoni terakhir dari Beethoven, dimainkan Royal
Concertgebouw, salah satu orkestra yang aku paling suka. Kadang kita
cukup menikmatinya tanpa harus menceritakan kenapa kita menikmatinya.
Yang jelas aku menikmatinya dengan gaya Dilbertian, The Joy of
Work
, sambil benerin wastafel yang airnya macet, sambil rada heran
dengan jenis benda yang bikin wastafel itu macet, sambil membayangkan
kenapa saluran air keluar wastafel harus berbentuk kayak gitu.
Beethoven memang enak dinikmati kapan saja.

78409721

Berakhir dah World Cup. Heh-heh :), nggak pernah nulis soal bola,
tapi ujung-ujungnya nulis juga. Biarpun bukan fanatikus bola, aku
rada sering juga sih ikutan ngintip match-match yang diprediksikan
bakal seru. Eh, ternyata yang seru adalah bahwa prediksinya sering
meleset, ho-ho.

Bola jadi sesuatu yang bikin TV jadi menarik, nggak lagi menggambarkan
politikus gituan dan sinema gituan. Memang barangkali potensi agresif
manusia disalurkan dengan olah raga rame-rame kayak gitu aja.

Suka aja waktu liat Brasil v.s. England. Si jabrik tuh, Ronaldinho, dikasih kartu
merah kok malah senyum-senyum. Mana ada di Indonesia kayak gitu.

78409637

Alhamdulillah, tahun ini aku bisa ke Pameran Buku di Senayan lagi,
ritual tahunan yang hanya terputus tahun kemaren. Sayangnya waktunya
kurang longgar, jadi banyakan skimming aja. Ugh, memang kayaknya banyak
buku yang bukan saja perlu diskimming, tapi juga diskipping, misalnya
buku-buku politik dan buku-buku agama gituan, yang lucunya makin lama
makin mayoritas aja. Emang para penulis itu kurang inspirasi kali ya.
Hikmahnya, kita jadi lebih terlatih mencari mutiara di tengah kubangan
lumpur.

Buku agama gituan itu yang kayak apaan sih? Itu, buku
yang sibuk bikin orang sesat, atau yang ngotot menuduh orang sesat,
atau buku yang panik menolak adanya kesesatan. Pokoknya yang sesat-sesat
itu lah.

Al Khalil

Kota Al Khalil a.k.a. Hebron di Palestina dikepung dan terus dibomi tentara penjajah. Terus-menerus bencana dipuja-puja manusia. Hebron, kota tempat tinggal si Khaldoun.

Seorang politisi (errr) dengan sinis berujar bahwa orang Indonesia terlalu emosional soal Palestina, seolah-olah Palestina itu negara kita sendiri.

Dia benar. Palestina memang bangsa kita, negara kita. Setiap bangsa, di mana kemanusiaan masih dihinakan, dan ketamakan bertopeng masih berkuasa, adalah bangsa kita, tempat kita meletakkan hati kita.

Kita — adalah bangsa Palestina.

78184237

Dua orang yang terpisah 20 km mengendarai sepeda saling mendekati,
dengan kecepatan yang sama, yaitu 10 km/jam. Seekor lalat, dengan
kecepatan 15 km/jam terbang dari pengendara pertama ke pengendara
kedua, lalu kembali ke pengendara pertama, lalu ke pengendara kedua.
Pada saat pengendara bertemu, lalat berhenti terbang. Berapa jarak
yang ditempuh lalat?

Orang yang lugu akan menghitung deret jarak yang ditempuh lalat,
dari A ke B, B ke A, A ke B, sampai limit mendekati tak terhingga.
Cara yang lebih cepat adalah memahami bahwa kedua pengendara akan
bertemu di titik tengah, 10 km masing-masing, dalam waktu 1 jam;
dan dalam 1 jam, pastilah si lalat telah menempuh 15 km.

Teka-teki ini diberikan ke von Neumann, si matematikawan yang jadi
salah satu pelopor arsitektur komputer. Berpikir sejenak, Neumann
langsung menjawab: 15 km. Si penanya kecewa, lalu berkata, “Anda pasti
sudah tahu triknya.” Neumann balik bertanya, “Emang ada triknya?
Saya tadi membuat kalkulasi deret tak hingga.”

Neumann terkenal lihai dengan kerumitan matematika, dan nampaknya
tidak punya keinginan menyederhanakannya. Misalnya, selain lambang
umum f(x), dia punya f((x)), dan seterusnya. Jadi kadang di papan
tulis ada tulisan semacam

(P((((a)))))² = F((((a))))
yang oleh siswanya dinamai Bawang Neumann. Dia juga suka subscript
pada subscript.

Kegilaannya pada deret juga dibawa ke jalan. Di Princeton ada
“Von Neumann’s corner” tempat Neumann berulang kali menabrak pohon.
Biarpun suka kerumitan tak tepermanai, sebagai ilmuwan lain Neumann
juga pelupa (duh). Pergi ke New York, lalu menelepon istrinya untuk
bertanya, “Saya tadi mau ngapain ke New York?”

Tapi, berbeda dengan Einstein, Neumann belum pernah kerepotan mencari
rumahnya sendiri. Waktu ditanya istrinya, kenapa ia tidak pernah
kehilangan rumah, Neumann menjawab: “Aku hafal, rumah kita berada
dekat burung merpati yang duduk di sarangnya.”

78128149

Epistemology

Richard Wilbur

Kick at the rock, Sam Johnson, break your bones.

But cloudy, cloudy is the stuff of stones.

We milk the cow of the world, and as we do

We whisper in hear ear: you are not true.

78091461

Cerita di tahun 1995, diawali dengan sebuah notebook.

“Notebooknya bagus bener, Pak,” kata aku yang lagi bosan di workshop.

“Bagus donk,” kata yang punya.

“Boleh donk kita tukeran.”

Dia melirik sekilas. “Jangan kata notebook. Kamu mau mobil juga saya kasih.”

“Hehe. Saya nggak perlu mobil kok.”

“Saya serius lho. Saya tahu kamu kok. Kamu namanya Kuncoro kan?”

“Kok?”

“Iya. Dulu kan saya di bagian rekruitasi. Saya yang memasukkan kamu di Telkom.”

“Kok? Kok Bapak masih ingat?”

“Ha-ha. Saya sih selalu ingat. Gini, saya perlu orang dengan performansi
bagus buat ngisi IT di Divre I. Kalau kamu mau pindah ke Medan, kamu
langsung dapat jabatan sama mobil dinas sama training di Perancis”

“….”

“Kamu tunggu ya … Saya bilang Adek dulu.”

 

Trus Mr Mysterious bener-bener chat dengan Pak Adek. Aku balik ke mejaku,
trus mau nanya ke boss, itu siapa sih. Tapi si boss udah nanya duluan:

“Diajak ngobrol apa sama Pak Agus?”

“Pak Agus itu siapa Pak?”

“Itu Pak Agus Utoyo, Kadivre I di Medan. Masa nggak kenal?”

Well, denger-denger Pak Adek (Kadivre III waktu itu) menolak aku pindah
tapinya. Kalau Pak Adek setuju, beda deh jalan ceritanya :).

Udah lama sih cerita itu terlupakan. Tapi sore ini ada secarik SMS masuk. Dari Dina. “Udah tau susunan direksi baru kan? …. DirSDM: Agus Utoyo.” Dan jadi inget aja.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑