Page 125 of 210

79540958

Les grandes personnes ne comprennent jamais
rien toutes seules, et c’est fatigant, pour
les enfants, de toujours et toujours leur
donner des explications.


Orang dewasa tak pernah bisa memahami segalanya
sendiri; dan melelahkan bagi anak-anak untuk
terus menerus memberikan penjelasan buat mereka.

Le Petit Prince #i

79395320

Hey, akhirnya Blogger bisa save teks-teks kita lagi di site ini.

Jadi kayaknya acara upload entry Blogger bukan lagi jadi acara mingguan, atau dwi-mingguan, tapi bisa rada harian.

Cuman *ugh*, biasanya kalo semuanya lancar, trus akunya yang jadi pemalas …

79382585

Tumben, banyak yang menggugat tulisan-tulisan di site
ini bulan ini. Aku pikir gara-gara cuaca terlalu panas
dengan diselingi hujan kecil-kecil yang luar biasa membadai.
Barangkali aku memutuskan untuk terus jadi antisosial aja,
dan nggak mengharuskan diri untuk memetakan kembali yang
sudah tertulis ke diskursus mana pun diluar yang sudah
terpetakan saat penulisan.

Ini, bukan karena tidak menyiapkan diri untuk keanekaragaman
diskursus. Justru, ini untuk membebaskan setiap diskursus untuk
memberikan persepsi masing-masing pada budaya dan waktu
masing-masing. Kalau akhirnya terjadi selisih maksud, memang
itu yang jadi tema utama di sini.

Dilbert Terus

Trus kenapa Dilbert terus mewarnai catatan ini ?

Lucu sih :).

Bukan cuman itu. Dengan Dilbert, aku mau memaksa untuk mengakui bahwa ruang hidup kita itu brengsek. Brengsek. Bos brengsek, rekan brengsek, departemen brengsek, perusahaan brengsek, negara brengsek. Kemana pun kita lari, kita tidak bisa menghindar. Dan ada baiknya kita menerima semuanya dengan senyum riang.

Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Lakukan saja apa yang terbaik di dunia yang macam gini. Dengan senyum riang. Dan trus kita bisa melihat bahwa dunia itu indah.

Kaum sufi bilang, cobaan Allah adalah tanda perhatian Allah. Makin besar cobaan pada kita, artinya makin besar kita sedang diperhatikan Allah. Dalam kondisi seperti itu, cobaan dan anugerah tidak ada lagi bedanya — yang penting adalah perhatian itu :).

79288318

Kuat juga yah nulis kayak gini bersambungan :) ;).

Kayaknya aku terlalu berlebihan nulis soal pendidikan yang salah.
Mungkin bukan gitu sih. Mungkin yang salah justru bahwa kita
semua kurang terdidik. Akibatnya kita jadi tergiring pola pikir
deterministik juga.

Kalau nggak kerja ekstra keras nggak bisa dapat duit buat beli
rumah. Kalo nggak dandan cakep, ntar nggak dapat jodoh. Dih-dih-dih,
sinis bener aku yah :). Tapi jangan-jangan yang terjadi memang
yang kayak gitu :).

Memang kekonyolan ada di mana-mana kok. Coba kita uji diri sendiri
aja. Apa kita berharap orang bersikap baik ke kita kalau kita
bersikap baik ke mereka? Apa kita berharap karir kita lebih baik
dari orang lain kalau kita lebih baik bekerja? Apa kita berharap
lebih pintar dari tetangga kalau pendidikan kita lebih tinggi dari
mereka?

Kita hidup bukan untuk mengharapkan akibat dari perilaku dan usaha
kita. Kita hidup untuk mengabdi, mengharapkan ridla Allah. Dan
semakin besar cinta Allah pada hambaNya, semakin besar cobaan yang
diberikan padanya.

79288302

Pendidikan yang ketat itu mirip inkuisisi. Tidak menanamkan
ketakwaan, tetapi ketakutan, berlapis kepercayadirian palsu.
Serba khawatir melihat sesuatu yang berbeda, dan menimbulkan
dua kutub yang berlawanan tapi sama-sama didasari ketakutan.
Satu sisi berpegang kaku pada apa yang telah dipercayai —
dan menistakan segala sesuatu yang berbeda, kadang sambil
menuduh bahwa yang berbeda pasti berkehendak menghancurkan.
Sisi lain justru merangkul segala perbedaan, dengan kekhawatiran
akan terjadinya kehancuran jika jembatan perbedaan dibiarkan
tetap ada.

Walau akhirnya keduanya saling melempar tuduhan, keduanya adalah
produk dari sistem yang sama, yang melahirkan generasi-generasi
yang takut.

79242662

Dendam ke behaviorisme kayaknya sudah terbentuk bahkan waktu
pertama kali membaca bahwa behaviorisme itu ada. Buat aku,
behaviorisme adalah cara pandang determinisme absolut yang
dierapkan dalam memandang kemanusiaan.

Dan determinisme yang diterapkan dalam kemanusiaan adalah
kesuraman. Kesuraman absolut tak lain adalah kekafiran itu
sendiri. Manusia saling melihat, bahkan melihat diri masing-masing
dengan berbagai tuduhan dan kekhawatiran. Tidak ada lagi ruang
untuk hati nurani, dan tidak ada lagi keimanan naif yang
memandang Allah yang Maha Penyayang, yang lebih menyayangi
kita lebih daripada yang kita bisa. Akibatnya, setiap cita-cita
harus dikejar dengan persiapan yang yang tak mentolerir kesalahan.

Trus jadi mengecewakan aku bahwa beberapa pemikiran psikologi
islami mendasarkan diri pada behaviorisme. Tadinya aku pikir itu
hanya akibat kekenesan intelektual. Tapi aku jadi ikutan khawatir
waktu pendidikan anak-anak dipaksa diperketat demi menjadikan
mereka umat yang bertakwa.

79242653

Buat Watson, si behavioris, memang bukan masalah apakah mesin
itu berpikir atau tidak. Yang jadi masalah buat dia adalah:
apakah benar manusia itu pernah berpikir?

Ugh, “dendam” lama ke kaum behavioris dikeluarin lagi :) :).

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑