Category: Travel (Page 1 of 8)

BBI Papua

Gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) edisi Agustus 2022 dilaksanakan di Provinsi Papua, dengan campaign manager Kemkominfo. Seperti tahun 2021 lalu, Kemkominfo menggelar aktivitas pembinaan UMKM sebelum menyelenggarakan acara perayaan (a.k.a. harvesting). Peran Telkom — selain tentu saja menyediakan infrastruktur, platform, dan layanan digital berkualitas terbaik di dunia (xixixi) — adalah membina para UMKM.

Ini tentu memang bagian dari strategi perusahaan untuk mengembangkan strategi bisnis berbasis ekosistem yang berfokus pada pengembangan ekonomi masyarakat, sesuai panggilan Clayton Christensen dalam The Prosperity Paradox.

Kickoff dilaksanakan di Jayapura, 14 Juli 2022. Team Telkom tiba di Jayapura 13 Juli 2022 dan mengawali kegiatan dengan koordinasi dengan BRI sebagai pengelola pembinaan UMKM Jayapura (via Rumah BUMN Jayapura). Kegiatan pembinaan telah berlangsung rutin, dan kami memastikan bahwa komersialisasi B2B melalui Padi UMKM telah dijalankan di Jayapura. UMKM binaan RB Jayapura ini diundang juga dalam kickoff BBI Papua.

Kickoff dilaksanakan dalam bentuk digitalk yang menghadirkan PIC dari Kemkominfo, Telkom, dan Bank Indonesia (plus beberapa brand pendukung lain yang cuma hadir secara online). Hadir juga perwakilan UMKM dan komunitas pengembangan UMKM.

Kegiatan pembinaan UMKM berikutnya dilaksanakan bulan Agustus 2022 di kota Merauke. Team Telkom mendarat di Merauke (dengan Garuda Jakarta–Jayapura–Merauke) pada 3 Agustus 2022. Kegiatan di hari itu meliputi kunjungan ke Rumah BUMN Merauke yang dikelola oleh Telkom Indonesia.

Kegiatan pelatihan digelar di Coreine Hotel, dengan konten komersialisasi dengan (sekaligus onboarding di) Padi UMKM, serta pendanaan UMKM yang menghadirkan Pimpinan Cabang Pegadaian Merauke. Kegiatan memakan waktu hampir sehari penuh karena minat yang tinggi dari para UMKM.

Kemkominfo juga menyelenggarakan Digitalk di Merauke yang menghadirkan Wakil Bupati Merauke, ditambah PIC dari Kemkominfo, Telkom, dan Bank Indonesia (plus beberapa brand pendukung lain yang cuma hadir secara online) — jadi semacam reuni.

Usai Digitalk, kami menyempatkan diri meninjau perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini: titik KM0 dari Merauke ke Sabang, kalau kita ikuti arah bumi berputar. Tempatnya di Distrik Sota, Merauke.

Sempat berbincang juga dengan beberapa warga Papua Nugini di balik pagar perbatasan. Anak-anak kecil PNG ini lucu-lucu tapi bandel. Suka sekali bermain-main dengan rambutku. Mereka cakap berbahasa Indoenesia dan bahasa Inggris.

Tak hendak memubazirkan waktu yang sangat singkat di Merauke, kami juga mengunjungi titik pembinaan UMKM yang dilakukan oleh komunitas setempat.

Acara puncak Gernas BBI Papua dilaksanakan kembali di Jayapura, 24 Agustus 2022. Dari Telkom, hadir GM Witel Papua (Pak Agus Widhiarsana) dan team dari RMU, Corcom, dan Synergy; serta tentu dari Telkomsel (GM: Pak Agus Sugiarto). Selain memastikan kelancaran kegiatan (incl infrastruktur) dan turut merayakan kolaborasi pembinaan UMKM, kami juga mengkampanyekan virtual expo.

Pemerintah diwakili Kemkomarves (Deputi Koordinasi Parekraf, Bapak Odo Manuhutu), Kemkominfo (Dirjen IKP), Kemdagri, etc. Selain BI dan Telkom, brand pendukung lain kini hadir secara onsite juga. Demo virtual expo dilakukan oleh perwakilan dari kementerian-kementerian, dipandu PIC dari Telkom. UMKM yang hadir meliputi UMKM binaan Telkom dan komunitas pembina UMKM lain (incl BI, Pemprov, Pemkab, Dekranas etc).

Intinya, kegiatan-kegiatan di Papua ini berjalan cukup baik; dan tentu saja memerlukan komitmen, kapabilitas, dan kolaborasi lebih kuat untuk keberlanjutan program demi mencapai tujuan memakmurkan rakyat Papua melalui ekonomi digital.

Lalu kita lanjutkan pekerjaan lain seraya menanti rembang petang saat matahari terbenam; di tepi Teluk Cendrawasih, Jayapura.

Ternate & Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah bagian penting dari sejarah Indonesia. Dua kerajaan di dua pulau kecil di barat Pulau Halmahera ini memiliki kekuasaan di nyaris seluruh Indonesia Timur. Ternate menguasai hingga Mindanao, Sulawesi utara dan tenggara, Papua barat, Halmahera utara; sementara Tidore menguasai Halmahera selatan hingga Papua. Bersama Makian dan Moti, wilayah ini dikenal sebagai Moloku Kie Raha (Persatuan Empat Kerajaan) yang kemudian disebut Maluku.

Gunung Tidore tampak dari Pulau Ternate

Maluku, bersama dengan berbagai wilayah nusantara lain, terlibat dalam perdagangan internasional sejak awal milenium pertama. Jalan sutra serta perdagangan lintas Samudera India hingga Yaman, ke negeri Syam, lalu ke Eropa, memiliki ujung timur di kepulauan ini, dengan berbagai rempahnya yang mewarnai budaya dunia. Didudukinya Konstantinopel oleh Kekhalifahan Utsmany mendorong bangsa Eropa mencari jalan ke ujung rantai perdagangan ini, dengan Portugal berlayar jauh ke timur dan Spanyol jauh ke barat, hingga mencapai wilayah Maluku. Sempat Ternate bersekutu dengan Portugal, sementara Tidore bersahabat dengan Spanyol — namun akhirnya semuanya jatuh ke penguasaan keji VOC. Di abad ke-21 ini, kita mendapati bahwa wilayah ini, yang kini dipersatukan dalam Provinsi Maluku Utara, memiliki tingkat ekonomi yang cukup rendah dibandingkan banyak wilayah lain di Indonesia.

The Sultanate of Ternate in the era of Sultan Baabullah.

Aku mendarat dengan GA648 di Sultan Baabullah Airport, Ternate, hari ini pukul 7:45 WIT. Sebetulnya sempat mengharapkan ada waktu untuk diskusi ringkas tentang rencana perluasan program pembinaan UMKM Maluku Utara dengan rekan-rekan Telkom di Ternate dan Halmahera. Telkom telah memiliki UMKM binaan yang produknya dapat diunggulkan, dan aku sudah dapat list-nya dari Bang Lonely Baringin, GM Witel Sulut & Malut — namun seluruh manajemen Telkom di Indonesia bagian Timur sedang menghadiri rakor di Kepulauan Maluku Tengah :).

Sultan Baabulah Airport dengan Latar Gunung Gamalama di Ternate

Sebagai bagian dari misi memperkuat kembali ekonomi wilayah Maluku Utara, khususnya ekonomi UMKM, kami berkunjung ke Ternate dan Sofifi (Ibukota Provinsi Maluku Utara, di Pulau Halmahera). Kementerian Desa PDTT memperoleh tugas sebagai campaign manager Gernas BBI di Maluku Utara, didukung berbagai top brands pendukung BBI, termasuk Telkom. Kegiatan diawali dengan kickoff hari ini, dengan acara puncak bulan September.

Kickoff dilaksanakan di Kantor Gubernur Maluku Utara yang terletak di lereng bukit di Sofifi, Pulau Halmahera. Seluruh rombongan dari Jakarta dan Ternate bertolak dari Pelabuhan Ternate ke Sofifi dengan speed boat dengan waktu ±40 menit.

Kickoff hanya berisi statement tentang visi dan lingkup program, diikuti komitmen para stakeholder program atas aktivitas yang akan dilaksanakan. Sederhana dan efektif. Diskusi selanjutnya dilaksanakan dalam waktu yang tersisa secara informal; baik dengan Kementerian Desa & PDTT sebagai campaign manager, maupun dengan stakeholder lain. Harvesting BBI Maluku Utara akan dilaksanakan September tahun ini — didahului BBI Kalimantan Selatan bulan Juli ini dan BBI Papua bulan Agustus.

Pulau Messa

Latepost: 06-10-2019

Mesa, Messa, atau Messah — pulau renik antara Pulau Flores dan Pulau Komodo yang dihuni suku Bajo. Pulau ini dihuni ±400 keluarga atau ±2000 penduduk. Suku Bajo memang secara tradisional dikenal sebagai manusia laut, jadi skala hidup mereka menyeberangi batas pulau; dan mereka juga kurang menyukai hidup di pulau besar bersama manusia daratan. Kota Labuan Bajo di Pulau Flores — sebelum jadi tujuan wisata utama seperti kini — sebelumnya adalah pelabuhan tempat masyarakat Flores dan masyakarat nusantara lain bertemu dan berdagang dengan suku Bajo (hence the name).

Pulau Messa, tampak di Apple Maps. PLTS tampak di bagian utara pulau.

Pemerintah Indonesia sedang memberi perhatian lebih ke daerah terpencil semacam ini. Maka PLN diminta membangun pembangkit listrik tenaga surya di Messa. Adanya listrik membuka peluang lain. Telkomsel juga membangun eNodeB untuk 4G mobile, dan Telkom siapkan dukungan digital untuk pendidikan. Terdapat satu SMP di pulau itu, dan kami akan menempatkan 20 komputer dengan akses Internet di sana.

Aku belum menyelesaikan sarapan waktu Pak Hery dari CDC Telkom meminta kami berangkat. Sebuah perahu kayu berwarna pirus (hijau turki) tengah dimuati 20 box komputer. Bergegas kami melintasi jarak 10km dari Dermaga Ujung ke Pulau Messa.

Di kapal tidak ada makanan, haha. Tapi kopi manis dan cuaca cerah bikin pikiran cerah dan badan segar. Kemarau panjang membuat pulau di sekitarnya tampak gersang, namun justru menampilkan warna tanah dan batuan nan eksotik. Dan ada awan putih memanjang yang unik.

Hampir pukul 09:00, kami tiba di dermaga Pulau Messa. Tampak belasan anak kecil tertawa riang dan saling mengganggu. Satu per satu kotak komputer kami pindahkan ke dermaga. Dan anak-anak itu langsung lari membawa kotak itu. Kami ikut tertawa. Aku tertinggal di dermaga hanya dengan papan keterangan program yang kami siapkan, dan dua putri cilik. Papan itu pun mereka minta. Aku serahkan sambil bilang: “Tapi saya jangan ditinggal. Saya belum tahu sekolahnya.”

Jadilah aku dikawal dua putri cilik ini menyusuri rumah-rumah kayu bertumpuk-tumpuk yang rapi di jalan kecil yang sangat bersih dan rapi di Pulau Messa ini. Penduduk memberi salam sewajarnya. Sampai di SMP, aku lihat kotak-kotak komputer sudah mulai dibongkar, dan dipasang di meja-meja yang sudah tersedia. Aku istirahat sejenak dengan … kopi lagi. Segar.

Usai komputer, akses Internet, dan aplikasinya terpasang, murid-murid SMP Pulau Messa hadir ke sekolah. Ini hari Minggu, namun mereka hadir dengan seragam lengkap dan antusiasme yang tampak jelas dari mata cerah mereka. Kami mulai bergantian mengajari mereka cara mengoperasikan komputer, menggunakan keyboard dan mouse, memahami menu Windows, serta masuk ke aplikasi Pustaka Digital. Aplikasi Pustaka Digital (PADI) ini bersifat semi-online — hanya perlu online untuk mengunduh dan memperbaharui konten, namun kemudian tidak harus selalu online untuk digunakan oleh user — sehingga hemat pemanfaatan kuota digital.

Di sini keajaiban mulai terjadi. Anak-anak ini, beberapa menit sebelumnya sangat canggung memegang mouse. Lompat ke mana-mana, sampai diangkat ke mana-mana. Tapi setelah masuk aplikasi, mereka mulai asyik melihat materi pelajaran. Satu anak kecil berkerudung mencobai tes bahasa Inggris, yang merupakan gabungan dari kosakata dan tata bahasa. Di pertanyaan pertama, ia ragu akan jawaban yang ia pilih, dan minta aku memeriksa. Aku meminta dia memeriksa sendiri: kenapa dia pilih satu kata dan bukan kata lain. Dia ragu memilih satu jawaban. Dan riang sekali waktu jawabannya benar. Terulang di pertanyaan kedua. Riang lagi waktu dia benar. Dia jadi percaya diri, dan melanjutkan tanya bertanya. Dan, percayalah, semua jawaban dia benar. Score 100% pada percobaan pertama. Pulau unik dengan anak-anak jenius.

Di belakang, kepala sekolah (yang sebelumnya turut menginstalasi dan turut mengajar) berdiri diam melihat anak-anaknya asyik mencobai aplikasi ini. Ia ceritakan bahwa bertahun-tahun dia mengajukan proposal permintaan komputer ke Dinas Pendidikan. Setelah beberapa tahun, ia hanya mendapatkan satu komputer untuk administasi saja. Wajahnya menjadi keras, senada batik biru lengan panjangnya. Lirih ia lanjutkan: “Bapak lihat, dengan komputer-komputer ini, anak-anak ini tidak akan kalah maju dengan anak-anak Jakarta.”

Aku tidak bisa berkata-kata.

Cukup banyak yang bisa dilakukan dengan komputer dan akses mobile. Jadi aku berikan kesempatan pada para siswa untuk menanyakan apa saja. Mereka sungguh cerdas, dan menanyakan tentang berbagai hal, termasuk soal-soal sains. Haha. Di tengah kegiatan ini, kami sempatkan berfoto-foto lagi.

Menjelang sore, Menteri BUMN (waktu itu masih Bu Rini) datang ke Pulau Messa untuk meresmikan PLTS di ujung utara Pulau Messa. Beliau juga menyempatkan diri hadir ke SMP untuk melihat aplikasi pendidikan yang telah dapat digunakan oleh para siswa. Hadir juga para VIP BUMN, termasuk Dirut Telkom.

Kepala Sekolah, Menteri BUMN, Dirut Telkom, dan Siswa SMP Pulau Messa

Setelah para VIP kembali ke Labuan Bajo, Kepala Sekolah mengundang kami makan siang yang terlambat di rumahnya. Kami tak bisa menolak, walaupun matahari mulai tenggelam. Lauk yang disajikan a.l. berbagai jenis ikan, udang, dan satu lobster besar (“Di sini sangat murah. Di Labuan Bajo bisa 500ribu itu,” — yang artinya di Jakarta dll bisa jutaan rupiah).

First sunset

Perahu kami lepas tambang dari dermaga tepat saat matahari terbenam. Pemandangan yang luar biasa. Lapis mendung di ujung langit memberikan pengalaman matahari terbenam dua kali. Langit bernuansa merah ungu yang elegan.

Second sunset

Namun kemudian langit menjadi gelap, angin menjadi kencang, dan ombak makin liar meninggi. Kapal dan perahu besar yang melintas di kejauhan menambah hempasan ombak liar. Kelelahan, kami tidak sempat becanda lagi. Kopi juga sudah habis. Kami hanya diam, diiringi bunyi mesin perahu, dan kelap-kelip lampu hijau yang jadi penanda hadirnya perahu kami di tepi samudra luas.

Bukittinggi

Satu kota di Indonesia yang wajib dikunjungi adalah Bukittinggi. Jadi, begitu disebutkan bahwa Gernas BBI bulan ini akan diselenggarakan di Bukittinggi, aku langsung siap2 berangkat. Ini kota mungil, terletak di tengah Pegunungan Bukit Barisan, diapit gunung berapi Marapi dan Singgalang. Mungil tapi bersejarah besar buat negeri ini. Selain sebagai tempat kelahiran Bung Hatta, kota ini juga pernah menjadi ibukota darurat Republik Indonesia, saat Yogyakarta (ibukota darurat sebelumnya) diduduki secara ilegal oleh Kerajaan Belanda.

Perjalanan dari Minangkabau Airport ke Bukittinggi memakan waktu ±2 jam. Tak membosankan, dengan view pegunungan dan lembah yang luar biasa di daerah Padang Pariaman dan Padang Panjang. Di Bukittinggi, kunjungan pertama langsung ke Jam Gadang. Di pelataran menara jam kota inilah akan dilaksanakan kegiatan Gernas BBI.

Telkom menyiapkan virtual expo (VE) dalam bentuk visualisasi booth secara interaktif, berisi UMKM unggulan dari 12 provinsi lokasi BBI tahun ini. Aplikasi VE ini baru saja siap, dan sekaligus akan diresmikan Wakil Presiden RI di Bukittinggi ini. Kami melakukan persiapan secukupnya, tidak berlebihan, untuk kegiatan yang sederhana namun menyimpan berjuta arti ini :).

Usai berbuka puasa di rumah makan khas Minang di Ngarai Sianok, aku menyempatkan Shalat Tarawih berjalan kaki. Kota ini sejuk, mirip kota Malang atau Bandung dua puluh tahun lalu. Tarawih di Bukittinggi jadi bawa banyak kenangan dari masa-masa tinggal di kota-kota sejuk. Usai tarawih, aku jalan kaki kembali ke pelataran Jam Gadang untuk melihat persiapan akhir event.

Event berlangsung 12 April 2022. Wakil Presiden membuka Gernas BBI Sumatra Barat, kemudian menyempatkan diri menyaksikan demo VE Gernas BBI di Booth Telkom. Demo dipandu Direktur Strategic Portfolio Telkom, Mr Budi Setiawan.

Para peserta kemudian mengunjungi dan berbincang dengan para UMKM. Kami berbincang dengan Mr Odo Manuhutu, Deputi Koordinasi Parekraf di Kemkomarves; serta secara terpisah dengan para Asdep beliau, Mr Sartin dan Mme Hermin.

Sayangnya kurang panjang kunjungan ke Bukittinggi ini. Masih banyak tempat yang harus dijelajahi di sekitar kota ini, untuk menggali inspirasi segar dan baru buat memperkuat negeri ini.

Romania

Dua puluh tahun setelah domain KUN.CO.RO (diregistrasikan di Coventry, 3 Februari 2001), akhirnya aku bisa mengunjungi tanah air [domain]-ku: Romania, 27 Juni 2019. Romania bukanlah bagian dari kawasan Schengen. Namun Romania menerima kunjungan bebas visa dari siapa pun yang telah berada di Eropa. Maka aku masuk Romania melalui bandara Bologna di Italia, langsung ke Bucharest.

Benteng Peles dekat Sinaia di Prahova

Romania termasuk salah satu tanah airku. Jadi aku cukup hafal sejarah bangsa ini, termasuk sejak principalities Romaneasca, Bessarabia, dan akhirnya Transilvania dipersatukan menjadi Kerajaan Romania. Namun waktu kunjungan yang sangat singkat tidak memungkinkan menjelajahi berbagai tempat bersejarah. Aku luangkan waktu saja untuk mencoba mengakrabi ibukota Bucharest (Bucuresti) dan kota Brasov di Transilvania.

Koen dalam pakaian tradisional hitam berbordir merah.

Bucharest mencitrakan kota modern yang merupakan paduan suasana klasik awal abad ke-20 dan modernisasi ala negara komunis tahun 1970-an. Budaya romance yang menjadi keunikan Romania di tengah negara-negara komunis berbudaya Slavik, Uralik, dan Germanik ini di paruh akhir abad ke-20 ini diangkat dengan menjadikan Bucharest sebagai The Little Paris, lengkap dengan Arc de Triomphe-nya. Kota ini tidak terlalu ramai, dan tidak terlalu mengundang pengunjung. Cukup terasa adanya paduan gamang antara keramahan penduduk dengan keterpeliharaan atau mungkin penghormatan privacy.

Dua jam ke arah utara, melintasi Pegunungan Karpatia (Carpathian Mountains) Selatan, di dekat perbatasan dengan Pegunungan Karpatia Timur, terdapatlah kota Brasov di Transilvania. Posisi Romania yang sempat terkepung Kekaisaran Utsmani, Austro-Hungaria, dan Russia menjadikan kawasan pegunungan ini menjadi benteng pertahanan alami, dan juga tempat yang ideal untuk membangun benteng, termasuk Benteng Peles yang dibangun oleh Raja Carol I di dekat Sinaia akhir abad ke-19; dan Benteng Bran di batas Romaneasca dan Transilvania yang usianya lebih panjang (abad ke-13) dan sempat menyaksikan pertahanan melawan pasukan Mongol dan Utsmani. Ada yang menyebut Benteng Bran sebagai Benteng Drakula. Namun kemungkinan besar, Vlad III yang sering disebut sebagai Vlad Dracula ini justru belum pernah mendiami Benteng Bran.

Pusat Kota Brasov

Brasov sendiri merupakan kota mungil yang masih mempertahankan bentuk tradisionalnya. Kunjungan ke kota ini dinyatakan wajib bagi yang ingin melihat wajah Romania yang sesungguhnya. Walaupun suasana dingin pegunungan sangat terasa, penduduk Brasov relatif lebih hangat dan akrab.

APWCS 2016

APWCS (Asia Pacific Wireless Communications Symposium) adalah konferensi regional Asia Pasifik yang dikelola oleh IEEE VTS (Vehicular Technology Society) dari chapter-chapter Tokyo, Seoul, Taipei, dan Singapore. Tak bisa disalahkan jika kita membandingkan dengan APCC yang dikelola IEEE bersama dengan IEICE, KICS, CICS. Tahun ini APWCS diselenggarakan di Tokyo City University, Tokyo; 25–26 Agustus 2016. Aku hadir ke simposium ini dalam misi untuk mengaktifkan VTS di Indonesia, termasuk mengajukan kesiapan Indonesia sebagai host APWCS berikutnya.

Kebetulan aku masih punya 76000 Garuda Miles, dan 70000-nya langsung dikonversikan jadi tiket Garuda Cengkareng–Haneda p.p. Berangkat tanggal 23 Agustus menjelang tengah malam, Garuda mendarat di Haneda tanggal 24 pagi. Mandi di airport, dan langsung menjelajah Tokyo. Kuliner pertama adalah sushi segar yang langsung dibuatkan di depan kita. Wow :). Tentu, didahului sop miso yang khas itu.

img_2016-09-30-222311

Kamis pagi, 25 Agustus, barulah mengarah ke Tokyo City University, di kawasan Setagaya, Tokyo. Khawatir dengan gaya Jepang yang seringkali formil, aku pakai suite dengan gaya yang klasik tapi tetap santai. Di sana, Prof Mamoru Sawahashi, General Chair dari APWCS 2016 siap menyambut. Eh, baru sadar, suite kami matching sekali. Prof Sawahashi menceritakan scope simposium, sebaran pesertanya, dan nature dari penyelenggaraan simposium ini. Setiap konferensi memiliki sifat yang berbeda, dan kadang hanya dapat dipahami dengan langsung mengikuti seluruh kegiatan di dalamnya.

img_2016-09-30-222333

Tak lama, Prof Sawahashi harus memutus percakapan, untuk secara resmi membuka APWCS 2016. Berderet keynote speakers dari kalangan akademisi dan industri bergantian memberikan paparan tentang filosofi dan rencana implementasi Jaringan 5G dengan berbagai aspeknya. Ini selalu jadi saat yang mendebarkan, saat kita memiliki kesempatan mendengarkan update terbaru dari researcher senior yang merupakan para inventor & innovator kelas dunia. VTS memiliki sifat yang lebih spesifik dan fokus daripada society yang besar, semisal Comsoc (IEEE Communications Society)  atau IEEE Computer Society. Jadi paparan para researcher ini betul-betul fokus di cutting-edge teknologi 5G.

img_2016-09-30-222346

Tengah hari, Prof Sawahashi mengajak makan siang ke ruang VIP. Di sini, sekaligus dilakukan General Meeting dari APWCS Board of Governor. Anggotanya bukan hanya dari Jepang, tapi dari berbagai negara stakeholder, dengan gaya masing-masing.

img_2016-09-30-222328

Di BoG meeting inilah, aku memaparkan situasi riset & industri mobile di Indonesia, kapabilitas dan peluangnya, serta kemudian mengajukan Indonesia sebagai host dari APWCS berikutnya. Berikutnya itu bukan 2017, karena simposium semacam ini memerlukan persiapan sangat panjang, dan unik. Jadi mereka membuka kesempatan Indonesia menjadi host pada 2019, jika Indonesia memang dapat meyakinkan komitmen & kapabilitasnya.

img_2016-09-30-222322

Cukup banyak masukan yang diberikan bagi Indonesia dalam meeting ini; terutama bahwa Indonesia belum memiliki VTS Chapter. Selain periset dan akademisi serius, mereka sebenarnya sekumpulan macan. Tapi aku semacam macan lokal juga sih. Dan aku bisa menunjukkan bahwa IEEE Indonesia Section memiliki leadership kuat untuk memastikan keberhasilan program ini. Jadi akhirnya mereka secara prinsip menyetujui Indonesia menjadi host. Namun dalam jangka waktu itu, kita harus menunjukkan langkah-langkah kesiapan.

Lepas presentasi, beberapa anggota BoG mengajak berbincang. Sebagian untuk lebih kenal, sebagian lagi untuk meneruskan assessment :). Experience dari Section dan representative-nya pun (yours truly) dieksplorasi. Beberapa nama penting disebut. Entah kebetulan atau keberuntungan, nama-nama yang disebut itu punya hubungan baik dalam perjalanan networking di IEEE, termasuk incoming Director of IEEE Region 10, Prof Kukjin Chun, dan former Director of IEEE Comsoc Prof Byeong Gi Lee. So far so good.

Usai BoG meeting, aku masuk ke sesi-sesi paralel di simposium ini; menyimak beberapa hasil riset para researcher dan mahasiswa. Namun saat break, aku jumpa lagi dengan Chairman of APWCS BoG, Prof Li-Chun Wang. Kami berbincang cukup panjang di meja kecil. Di sini Prof Wang menyampaikan  concern sesungguhnya dari banyak anggota BoG. Fokus BoG sebenarnya bukan simposium atau conference; melainkan memastikan VTS tumbuh di region ini, dengan kegiatan yang terus bertumbuh. Simposium hanyalah sebuah cara untuk memastikan pertumbuhan kegiatan ini. Prof Wang juga menceritakan bagaimana akhirnya BoG bisa yakin untuk tetap mendukung Indonesia di 2019. OK, deal.

img_2016-09-30-222339

Selesai tugas, masih ada waktu untuk meneruskan belajar berbagai aspek dari vehicular technology, khususnya perkembangan 5G network yang menjadi fokus utama tahun ini. Menarik bahwa IoT masuk ke frame ini bukan sebagai requirement yang harus didukung dengan 5G, melainkan benar-benar merupakan bagian terpadu dari 5G itu sendiri.

Dan masih ada waktu juga untuk beristirahat dan berlibur beberapa hari. OK, yang ini kita sambung di blog lain. Aku masih punya travelling blog loh :).

img_2016-09-30-222316

IEEE Tensymp 2016

TENSYMP 2016 (atau lengkapnya: The 2016 IEEE Region 10 Annual Symposium) telah dilaksanakan di Sanur Paradise Plaza, Bali, tanggal 9–11 Mei 2016 lalu. Sebanyak 213 paper didaftarkan dalam simposium ini, namun hanya 96 yang lolos seleksi komite, yang artinya acceptance rate hanya 45%. Dari jumlah itu, 72 paper dipresentasikan dalam simposium ini.

Walaupun dinamai sebagai simposium, TENSYMP sebenarnya memiliki tingkatan sebagai sebuah konferensi; dan merupakan konferensi terbesar kedua yang dimiliki oleh IEEE Region 10 (Asia Pasifik). Namun TENSYMP masih berusia muda. Konferensi di Bali ini hanyalah TENSYMP keempat. Tujuannya adalah meningkatkan peran IEEE dalam pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Asia-Pasifik melalui penyebaran pengetahuan dan pengalaman teknologi. Konferensi ini dibuka oleh Direktur IEEE Region 10, Ramakrishna Kappagantu, disertai oleh:

  • Satriyo Dharmanto, IEEE Indonesia Section Chair
  • Dr. Ford Lumban Gaol, IEEE TENSYMP 2016 General Co-Chair
  • Kuncoro Wastuwibowo, IEEE TENSYMP 2016 General Co-Chair
  • Prof. Gamantyo Hendrantoro, IEEE TENSYMP 2016 TPC Chair
  • Dr. Basuki Yusuf Iskandar, Kepala Riset dan Pengembangan SDM Kemkominfo

tsxop3089

Topik TENSYMP tahun ini kami pilih dengan mempertimbangkan posisi Asia-Pasifik sebagai pusat riset, pengembangan, dan bisnis TIK. Kita berada di tengah pengembangan perangkat, layanan, dan aplikasi digital yang berproliferasi dalam tingkat yang belum terbayangkan; namun dengan nisbah keberhasilan yang belum memuaskan. Kegagalan di bidang TIK umumnya disebabkan oleh akses yang kurang memadai terhadap teknologi, pasar, komunitas, atau investasi. IEEE sebagai komunitas merasa tertantang untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan menyusun koherensi pada tingkatan teknologi, infrastruktur, dan peluang bisnis. Tantangan lain adalah perlunya mengarahkan pengembangan teknologi untuk secara konsisten menumbuhkan harkat hidup manusia. Arahan inilah yang menjadi dasar untuk menyusun tema TENSYMP 2016: Smart Computing, Communications, and Informatics of the Future. Riset yang mengarah ke pengembangan platform dan aplikasi tetap ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan manusia.

Direktur IEEE Region 10 Ramakrishna Kappagantu menyebutkan bahwa melalui TENSYMP 2016, IEEE Region 10 bermaksud untuk:

  • Mempersembahkan forum internasional yang prestisius untuk berinteraksi dalam bidang-bidang elektri, komputer, dan teknologi informasi, dalam bentu paper, pameran, paparan ilmiah, tutorial, dan aktivitas lainnya.
  • Menyebarkan pengetahuan dan pengalaman teknis kepada masyarakat di kawasan Asia-Pasifik.
  • Mendorong pengkajian dan interaksi teknologi dan aplikasinya dalam konteks sosial, politik, dan kemanusiaan secara lebih luas.
  • Memperkuat kemampuan interpersonal dan profesional serta semangat kepemimpinan dari volunteer di bidang-bidang teknologi dan rekayasa.

Konferensi ini menampilkan lima pembicara kunci:

  • Prof. Kukjin Chun: Microelectromechanical Systems Technology Development.
  • Prof. Benjamin Wah: Consistent Synchronization Of Action Order with Least Noticeable Delays Ini MultiPlayer Online Games
  • Prof. Rod van Meter: Analyzing Applications for Quantum Repeater Network
  • Prof. Soegijarjo Soegidjoko, Biomedical Engineering Advances for a Better Life in Developed & Developing Countries
  • Dr. Basuki Yusuf Iskandar

tcwjc4785

Konferensi juga menampilkan tujuh sesi tutorial, dengan para tutor yang berasal dari berbagai negeri di Asia-Pasifik. Kami juga menyelenggarakan Gala Dinner yang dihadiri seluruh peserta konferensi, dan juga dihadiri Prof Kukjin Chun sebagai Direktur Terpilih dari IEEE Region 10 (yang akan menjabat sebagai Direktur di tahun 2017).

tlgbw5468

 

Kegiatan lain dalam konferensi ini:

  • IEEE Region 10 Young Professional Gathering
  • IEEE Region 10 Women in Engineering Sharing Session
  • IEEE Region 10 Education Activities Sharing Session
  • IEEE TENSYMP 2016 Industry Forum

Méridien de Paris

Biasanya aku mengaitkan sebuah kota dengan sebuah buku, sepotong musik, atau seorang tokoh. Tapi kota Paris punya sejarah panjang dan cerita yang kompleks. Beberapa kunjungan sebelumnya aku kaitkan dengan para filsuf, para ilmuwan, para penulis. Kali ini, aku mengambil tema seorang tokoh bernama François Arago.

Arago adalah seorang matematikawan, fisikawan, astronom, dan politisi Perancis. Di sekitar masa revolusi Perancis, ia bahkan sempat beberapa bulan menjadi semacam Perdana Menteri Perancis. Dalam bidang fisika, ia menjadi kontroversi saat mendukung teori cahaya sebagai gelombang. Permainannya yang lain adalah mencari kaitan benda bermuatan yang berputar terhadap logam magnetik. Tapi, di atas semua itu, ia paling dikenal sebagai Direktur Observatorium Paris.

Observatorium Paris didirikan di sekitar kawasan Montparnasse pada masa Raja Louis XIV di tahun 1667. Salah satu misi yang diemban observatorium itu adalah memperbaiki ketepatan perangkat dan peta untuk keperluan navigasi. Salah satu yang dilakukan adalah memastikan ketepatan posisi garis bujur (Utara – Selatan). Titik ukur, di tengah Observatoium Paris itu, kemudian menjadi garis meridian Paris, dan menjadi bakuan negara Perancis atas bujur nol derajat.

Saat Arago menjadi sekretaris di Observatorium itu, tugasnya adalah menentukan ketepatan garis meridian lebih jauh lagi. Ia menjelajah ke Catalonia, yaitu kota Barcelona (yang dilewati garis bujur ini), hingga ke Formentera (bagian dari Kepulauan Balearik). Sisi penting garis meridian ini adalah pada saat Perancis mengubah satuan-satuan fisika menjadi satuan metrik, yang menggantikan satuan imperial. Satuan panjang, yaitu satu meter, didefinisikan sebagai satu per sepuluh juta jarak dari kutub utara ke khatulistiwa, melalui meridian kota Paris. Secara spesifik, pengukuran dilakukan dari kota Dunkerque ke Barcelona.

Dunia internasional kemudian lebih memilih Prime Meridian (yaitu garis meridian yang melewati Greenwich di UK) pada 1884, menggantikan meridian Paris. Namun Perancis masih menggunakan meridian Paris hingga 1911. Meridian Paris terletak 2º 20’ 14” dari Prime Meridian. Posisi ini masih teramati dengan dipasangnya tanda berupa seratusan lempeng perunggu di jalan, trotoar, dan taman di sepanjang garis meridian ini. Piringan perunggu ini dinamai medali-medali Arago.

Penjelajahan garis meridian Paris bisa dimulai dari Observatorium Paris. Sedikit di sebelah kompleks observatorium, terdapat monumen Arago, dengan medali Arago berada sebagai bagian dari prasasti monumen itu.

Arago-v02

Memasuki kawasan observatorium, sebuah garis membelah taman, menunjukkan garis meridian.


Sayangnya, aku datang pada hari yang kurang tepat. Observatorium (dan berbgai musium menarik lain di Paris) sedang ditutup di masa liburan musim panas. Padahal di dalamnya tersimpan jam atom sebagai pengukur waktu detik standar, serta standar metriks lainnya.

Di depan observatorium, sebuah boulevard dipisahkan taman rumput yang menandakan garis meridian. Kemudian jalan melebar. Beberapa patung dan monumen memisahkan jalan, dan semua berfungsi sebagai penanda garis meridian juga.

Menyusuri garis ini, kita akan masuk ke Jardin de Luxembourg (taman Luxembourg) yang terkenal asri dan indah. Beberapa monumen masih dipasang di garis meridian ini. Kemudian sebuah lapangan rumput luas yang tidak boleh diinjak.

Di ujung lapangan, kita dapat menemui kolam yang segar dengan kursi-kursi santai untuk para pengunjung. Hey, kita harus menikmati keindahan kota ini dulu sebelum meneruskan penjelajahan =).

Trus beranjak ke utara. garis meridian ini melintasi puncak gedung senat, melewati Rue Garancière dan Boulevard Saint Germain, menyeberangi sungai Seine, dan masuk ke Museum Louvre. Di sini, piramid kaca besar di tengah halaman Louvre dipasang telat di garis meridian ini.

Melintasi piramid kaca, kita masih akan menemukan medali Arago lagi, terus mengarah ke utara, hingga ke dekat Gedung Opera.

Trus … mungkin aku cerita dulu tentang opera. Lain hari kita sambung tentang Arago dan garis meridian Paris ini yah.

Q-Learning

Lama-lama ada semacam Koen’s Birthday Lecture. Tanggal 19 Juni jadi sering terisi kegiatan presentasi, kuliah, atau seminar, baik dalam soal-soal engineering, social media, atau yang berkaitan dengan Telkom. Tahun ini, tugas presentasinya kecil saja: cerita tentang platform produk Telkom untuk higher education, di booth Telkom di CommunicAsia. Padahal sudah bertahun2 aku berhasil menghindari tugas mengunjungi CommunicAsia dan BroadcastAsia. Tapi kan ini bukan kunjungan :).

Senin malam, 17 Juni, aku baru sempat terbang ke Singapore. Sampai lewat tengah malam. Penjaga hotel di East Coast mengeluhkan asap yang kian tebal mengotori udara Singapore — hasil pembukaan lahan kebun sawit di Sumatera Timur, yang sebagian justru dimiliki pengusaha dari Malaysia dan Singapore sendiri. Aku bisa tidur lelap. Dan paginya langsung mengeksplorasi Marina Bays Sands. Booth Telkom ada di Exhibition Hall E.

20130623-232426.jpg

Booth Telkom tampak mencolok di bagian tengah hall. Telkom Indonesia sudah menggunakan logo baru, dengan nuansa merah putih. Booth ini juga dishare dengan seluruh anggota Telkom Group: Telin, Metra, Telkomsel, dll. Hari itu kami juga menggunakan seragam batik parang merah putih.

Booth Telkom dibuka oleh CIO Indra Utoyo. Kebetulan, pembukaan ini juga dihadiri oleh Ministry of ICT dan beberapa tamu. Pak Indra menjelaskan ekspansi bisnis Telkom ke arah TIMES. Maka booth-pun dibagi atas stand T, I, M, E, dan S. Di bagian depan, kami juga memasang kesenian tradisional Sasando Rote, seni sketsa wajah dari Pak Priadji Kusnadi, dan techno-illusion dari Galih.

20130623-232911.jpg

Aku sendiri baru menyampaikan presentasi mengenai platform dan produk Education dari Telkom Group, di hari kedua, 19 Juni 2013. Seragamnya bukan batik merah lagi, tetapi suite dengan dasi merah :). Wkwkwk, memang harus merah. BTW, sekalian bikin foto perdana dengan logo baru dari Telkom Indonesia.

Tak jauh dari yang sering dibahas di blog ini, aku menceritakan pengembangan platform Telkom di bidang higher education applications. Fokusnya ke Q-Learning, Q-Journal, dan Qbaca. Setelah presentasi, ada beberapa MOU juga yang ditandatangani oleh EGM DSC Telkom, Achmad Sugiharto, dan para partner yang berminat dengan bidang-bidang kerja kami.

Sebenernya, tugasku satu2nya hanya memberikan presentasi :). Tapi ternyata cukup banyak pengunjung, peserta CommunicAsia, atau sesama Exhibitor yang berminat berdiskusi tentang platform dan produk education dari Telkom. Jadi tiga hari penuh itu, aku menghabiskan waktu di booth untuk berdiskusi dengan para partner dan calon partner.  Hari ketiga (pakai batik merah putih lagi, tapi bukan parang), justru makin banyak calon mitra kerja yang sangat prospektif. Ada yang benar-benar punya produk yang aku rasa matching dengan platform yang tengah kami kembangkan. Wah, macam dapat harta karun.

Hari Jumat pagi, aku balik ke Jakarta. Bawa segepok kartu nama, dan banyak catatan rencana kerja sama. Hmm, bakal makin menarik nih platform, produk, dan program Education kami :).

Chiang Mai

IEEE Region 10 Meeting tahun ini diselenggarakan di Chiang Mai. Acara ini bersifat tahunan, dan sebelumnya diselenggarakan di kota Lapu Lapu, Yogyakarta, dan Kolkatta. Selain semua Section Chair di Asia Pacific, dan para Officer dari Region 10, hadir juga beberapa VP dari IEEE HQ. Beberapa wajah sudah cukup kukenal, terutama dari meeting sebelumnya di Lapu Lapu dan Yogya. Kali ini IEEE President tidak hadir. Tak apa. Kan sudah jumpa beliau di Tanjung Benoa minggu lalu.

Pada tahun ini, IEEE Indonesia Section mendapatkan undangan khusus untuk memperoleh Section 25 Years Banner. Saat undangan itu diterima, M Ary Murti yang saat itu masih menjabat Section Chair memutuskan mengajak semua former Section Chairs untuk hadir di Chiang Mai. Dan semua mantan ketua yang masih hidup menyatakan bersedia hadir. Kebetulan kemudian leadership berpindah dari Ary ke aku (tentu via election). Jadi kali ini, aku jadi primary delegation dari Indonesia, dan para mantan ketua jadi secondary delegation.

Penerbangan yang kami gunakan adalah Garuda Indonesia untuk Jakarta – Bangkok, dan Thai Airways untuk Bangkok – Chiang Mai, pada 1 Maret. Kami mendarat di Chiang Mai saat malam telah jatuh, dan langsung ke tempat pertemuan sekaligus tempat menginap: Le Méridien. Region 10 Meeting baru diawali pada Sabtu pagi, 2 Maret 2013.

Pertemuan resmi IEEE menggunakan protokol “Robert’s Roles of Order” yang digunakan di beberapa parlemen di dunia. Ini adalah protokol yang menarik, yang memungkinkan pengambilan keputusan bersama secara efektif. Pada hari pertama, Region 10 mengevaluasi Budget 2012, Strategic Planning, kemudian menampilkan rencana-rencana kerja unit-unit, serta support dari HQ dan Region 10 kepada Section-Section. Ditampilkan pula best practice dari berbagai Section dan unit-unit kerja lainnya. Highlight diberikan khusus untuk aktivitas GOLD, student, dan WiE. Beberapa insentif juga ditawarkan untuk mengaktifkan kegiatan-kegiatan khusus dalam Section. Sore, pertemuan dihentikan.

ChiangMai Region 10 Meeting

Malamnya, diselenggarakan gala dinner. Pada dinner ini, diserahkan berbagai award, kepada Section teraktif, Section kecil teraktif, volunteer terbaik, dan lain-lain. Banner “25 Years Anniversary” juga diserahkan kepada Indonesia Section pada acara ini. Banner diserahkan dari Ralph M Ford (VP MGA) ke aku sebagai Indonesia Section Chair, kemudian diestafetkan ke semua previous chairs dari Indonesia Section. Aku minta tolong Dr Wahidin Wahab untuk memberikan sambutan singkat. Pak Wahidin membahas sedikit tentang sejarah Indonesia Section dan ucapan terima kasih kepada pihak yang banyak membantu pengembangan Indonesia Section.

Hari kedua diawali petisi untuk memberikan penghargaan kepada Prof Marzuki, salah seorang pimpinan di Region 10 yang meninggal tahun lalu karena sakit yang cukup lama. Di tengah sakitnya, beliau tak berhenti melakukan tugas-tugas organisasi, termasuk mendukung banyak kegiatan Indonesia Section. Indonesia Section khusus menyatakan duka buat beliau juga malam sebelumnya. Kemudian dikaji rencana Budget 2013, laporan Tencon 2012, dan rencana Tencon 2013, serta R10 Congress 2013 (Hyderabad).

Talk sebentar dengan Region 10 Director, Prof Toshio Fukuda; mengundang beliau ke IEEE Cyberneticscom di Yogyakarta tahun ini.

Berikutnya, penyampaian informasi dan policy tentang penyelenggaraan Section dan unit-unit di bawahnya. Terdapat beberapa hal baru, dan beberapa pengulangan hal penting. Seperti yang telah dilaksanakan dengan keren tahun ini di Indonesia Section, semua peralihan kepengurusan harus dilakukan dengan election, baik di Section, Chapter, AG, dan SB. Election dilakukan 1 atau 2 tahun sekali, sesuai kesepakatan. Ketua (Section / Chair / AG) tidak dapat diperpanjang lebih dari itu. Pengurus lain tidak boleh pada posisi yang sama lebih dari 6 tahun. Laporan wajib dikirimkan setiap tahun secara online. Seperti di Indonesia, ada juga Chapter yang tidak aktif dan tidak pernah berubah kepengurusannya selama bertahun-tahun. Kami saling belajar.

Acara berakhir setelah tengah hari. Setelah itu, wisata singkat di sekitar Chiang Mai. OK, berhenti blogging dulu. Siap-siap jalan-jalan :D.

« Older posts

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑