Category: Life (Page 19 of 30)

Amplop Schrödinger

Biarpun kesannya Eliot berbasa basi, tapi aku pikir ada bedanya catatan Eliot ini dengan cerita kucing Schrödinger yang asli. Misalnya si setelah sekian detik ada kamera di dalam kotak yang memotret si kucing, dan mencetaknya dua kali, serta memasukkannya ke dalam dua amplop terpisah. Kedua amplop dikeluarkan dari kotak dalam keadaan tertutup. Kotak tidak pernah dibuka lagi. Kedua amplop dikirim ke dua ujung semesta yag berbeda. Kalau perlu ke semesta yang berbeda :). Setelah sekian tahun, kedua amplop dibuka.
Kalau mengikuti Eliot, kedua gambar menunjukkan gambar yang sama, yaitu kucing hidup atau mati. Tapi kisah asli Schrödinger mestinya memungkinkan bahwa satu amplop berisi gambar kucing hidup dan satu lagi bergambar kucing mati, karena kondisi kucing baru kolaps saat amplop dibuka. Tapi apapun hasilnya, kita harus mengasumsikan bahwa kedua gambar menunjukkan gambar yang sama. Kita tidak bisa membuktikan sebaliknya. Kalau ada cara untuk membuktikan, maka waktu satu amplop dibuka, isi amplop kedua (yang entah di mana itu) juga kolaps.

Potensi Schrödinger

TS Eliot sebenernya agak sirik dengan kisah kucing Schrödinger. “Si kucing itu juga pengamat,” katanya. Tapi lebih lanjut dia meneruskan bahwa maksudnya bukannya si kucing itu dimanusiakan. Pada saat sesuatu punya potensi untuk diamati (di masa depan sekalipun), pada saat itu fungsi gelombangnya kolaps membentuk “realitas”. Jadi bahkan tanpa kucingpun, sebenarnya fungsi gelombang sudah dikolapskan oleh detektor elektron.

York

Sejarah York adalah sejarah Inggris, gitu katanya. Kota ini bahkan sudah dikenal sejak tentara Romawi menjajah bangsa Celtic di sekitar sini, dengan nama Erbocum. Maskot kota adalah serdadu Viking dengan jenggot putih dan muka lucu. Orang Viking menamai kota ini Jorvik, yang kemudian jadi York. Benteng-benteng menandakan pergantian kekuasaan yang terus menerus. Sebuah benteng yang tampak ditata megah, sekarang hanya tersisa sebelah tembok saja. Di sebelah luarnya, taman yang luas, dengan burung merpati dan tupai-tupai jinak.

Kayaknya tupai-tupai itu lebih menarik daripada benteng :) :). Sayangnya aku nggak bawa makanan. Jadi si tupai pada bingung ngejar-ngejar tanganku, mencium-cium cari kacang, terus kabur lagi. Lompat ke atas pagar, lompat ke atas pohon. Terus melompat.

Uban

Keluar Art Centre, ketawa sendiri. Pantesan aja rambutku mulai beruban. Bukan banyak mikir, dan bukan keturunan, tapi gara-gara Wagner ternyata. Tuh, penonton lain pada ubanan. Ternyata Wagner memang idola angkatan PD II. Mungkin waktu itu Inggris siap-siap menyerah ke Hitler, jadi mereka sibuk belajar menikmati Wagner.

Brrr, udara dingin. Tapi kayaknya badan perlu disiksa dikit. Jadi deh jalan malam melintas Westwood Heath. Jalanan penuh daun-daun yang terus berguguran.

Kok rasanya jadi kesepian yah.

Nielsen Symphony #5

Abis rehat, ruangan diisi dengan suasana baru. Carl Nielsen. Baru denger namanya. Simfoni kelima. Katanya resensi, waktu pergelaran perdana simfoni ini, para penonton keluar dengan marah dan bingung. Tapi itu tahun 1924. Di tahun 2001 ini, penontonnya pada enjoy aja. Dih, subyektif. Bagian pertama bersuasana Ravel. Cuman perkusinya lebih monoton dan berisik (dalam arti bagus — percayalah: monoton dan berisik pun bisa indah). Klarinet memainkan nada yang itu-itu aja. Di bagian puncak, kayak Ravel juga, semua instrumen dibentuk jadi paduan yang indah menggelegar, dengan drum yang masih sama nadanya, dan klarinet yang konsisten dengan nada itu-itu lagi. Tapi jadi kesannya lucu. Nielsen nih sinting apa kreatif yah.
Bagian kedua simfoni ini biarpun awalnya dinamis, tapi jadi kurang variatif. Beberapa pemain malah tiduran :). Penonton juga. Aku menikmati musik aja, nggak perhatian lagi sama pemain. Bukan jenuh. Laper.

Elsa’s Dream

Tapi Elsa’s dream mengisi ruangan. Dan aku baru sadar sama satu kesalahanku. Pembukaan bagian ini aku pikir tadinya bagian dari Parsifal. Ternyata bagian dari Lohengrin.

Wah, blogger awal musim semi dulu harus diganti nih. Bagian instrument dimainkan lebih cepat (atau sebaliknya, kaset yang aku dengar awal musim semi itu udah seret), dan suasananya lebih jernih dan lebih berwarna. Rasanya kayak bisa terbang.

Dan puncak malam ini, pastilah prelude dan epilogue dari Tristan und Isolde, yang … keseringan dibahas ah. Pokoknya mode visual, beda aja :).

Asal Usul James Herriot

Tahun 1969, Alf Wight menonton pertandingan liga utama (hehe) antara Manchester United dan Birmingham City. Nama penjaga gawang Birmingham itu James Herriot. Jadi nama itu diculik buat nama samaran Alf.

James sendiri belum pernah baca buku Alf. Tapi dia suka lihat versi TV-nya. Dan dia merasa kebetulan punya nama yang sama dengan si tokoh. Baru tahun 1988 dia diundang Alf untuk memberitahukan bahwa memang nama karakter itu diambil dari nama dia.

Trus … mereka main bola di halaman rumah Alf.

Thirsk

Di tengah peta North Yorkshire ada sebuah bintik. Thirsk. Kenilworth yang cuman selintasan jalan aja tampak jadi raksasa dibandingkan bintik itu. Padahal barangkali bintik kecil ini turut mengarahkan hidupku.

Thirsk. Nama yang asing. 23 Kirkgate. Dulu tempat ini jadi tempat praktek Donald V Sinclair, veterinary surgeon yang mengesankan hampir semua orang yang mengenalnya. Tapi barangkali yang membuat lebih banyak orang lagi terkesan adalah waktu dia mengangkat asisten (kemudian jadi partner) seorang anak muda bersahaja lulusan Glasgow, yang suka dipanggil Alf. James Alfred Wight.

Sekian puluh tahun kemudian, Alf yang sudah cukup senior punya ide cemerlang. Keajaiban di Thirsk, dari praktek Sinclair dan dirinya, dicatat dalam semacam biografi yang menarik. Semua nama disamarkan habis-habisan. Kota Thirsk jadi Darrowby, Kirkgate jadi Skeldale, Don dan Brian Sinclair jadi Siegfied dan Tristan Farnon.

Sepuluh tahun kemudian, si West yang baru mulai doyan baca buku, ikutan baca buku kakaknya yang berjudul Seandainya Mereka Bisa Bicara. Tapi itu nasib malang buat si buku, soalnya buku itu jadi dibawa ke mana-mana sampai kertasnya berubah warna, dan kertasnya harus ditambal-tambal.

Dan nggak tau kenapa, si West jadi doyan nulis juga. Dan biarpun suka nggak nyambung dengan realitas, tapi yang ditulis selalu tentang optimisme. Tentang hal-hal kecil.

Ketularan si mantan asisten dari kota Thirsk.

West Faust 1999

Email dari West Faust 03/06/99 di is-lam@ :

Talk tentang idealisme sendiri. Menurut Anda, apakah nilai-nilai kehidupan universal itu cukup berharga untuk diperjuangkan ?

Begini. Allah menurunkan kita ke dunia tentu dengan skenario tertentu. Barangkali memang agar kita merenungi kebesaran Allah. Barangkali agar kita dapat menjaga diri agar tetap lurus. Tapi barangkali juga agar kita mau melawan kestatisan diri untuk memperjuangkan nilai-nilai yang telah diajarkan Allah kepada kita.

Saya setuju bahwa ‘Isa as [Yeshua/Jesus, doa kami atasnya] tidak mengajarkan kekerasan. Tetapi faktanya adalah kekerasan itu selalu terjadi. Apakah kita akan tetap bergeming melihat kekerasan demi kekerasan dilakukan, dan hanya menolaknya dengan doa dan harapan ?

Mungkin iya. Tapi jelas, kita diciptakan sebagai manusia, bukan sebagai malaikat. Malaikat boleh menghadapi kejahatan hanya dengan doa. Tapi apakah manusia berhak melihat kekejian, dan kemudian hanya menarik diri ke sudut sepi dan menghantarkan doa ?

Saya sendiri tidak sedang menganjurkan melawan kekerasan dengan kekerasan, tentu. Tapi ada titik kesetimbangan tertentu yang harus kita capai dalam perjuangan hidup kita. Tidak dengan keras, tetapi tidak pula hanya dengan harapan-harapan.

West Faust 1999

Alter ego yang ini lucu juga, si West Faust, yang sudah hilang tahun 1999 lalu :).

Email dari West Faust 23/06/99 di is-lam@ :

Dr Faust, yang terus menatapi jalan-jalan kesesatan demi ambisi untuk
menemukan jalan kebenaran yang sempurna, walau dengan bantuan syaythan, kali ini terdiam.

Bagaimana aku bisa menatap dan memilah kesesatan, kalau aku masih boleh meragukan kebenaran di dalam diri ini, katanya. Sedang, yakin sepenuhnya pada keyakinan di dalam diri, barangkali, justru merupakan pencelaan yang menggerogoti kemutlakan kebenaran itu sendiri.

Bagaimana pun, hanya kasih Allah yang akan menolong.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑