Category: Book (Page 9 of 10)

QB

Kunjungan berikutnya, ke QB World, PI. Bener-bener refreshing, bersantai di dua lantai penuh buku-buku menarik. Err, nggak semua menarik sih. Banyak yang generik aja. Tapi sedikit yang menarik itu udah lebih dari cukup buat menghabiskan sore.

Beli buku apa?

Kapan-kapan aja deh dibahas.

Obrolan Buku

Buku memang sering jadi bahan pembuka obrolan yang menarik. Biarpun kadang bikin serba salah juga. Gimana cerita ke pensiunan PLN tentang buku bahasa C? Gimana cerita ke orang Inggris keturunan Kenya tentang C#? Aku kadang nggak gampang menggampangkan sih. Jadi merasa punya kewajiban buat ngejawab sedapat mungkin sesuai audiencenya. Dih.

Yang aman kali bawa buku Dilbert, Calvin, Mutts. Hmmm, jadi inget Margareth, mantan ketua senat di psikologi Maranatha, yang juga ketemu di Parahyangan. Aku masih hutang janji kirim cerita tentang Dilbert via mail.

Aku tulis di mana sih alamat e-mailnya?

Mr H

Wow, dapet temen chat yang menarik lagi di KA. Mr H. Beliau kayaknya doyan baca Internet, jadi mendingan aku nggak tulis namanya di sini.

Masuk Parahyangan, sebenernya aku lagi males berkomunikasi dengan manusia. Abis ketimpa semacam musibah, tapi nggak usah diceritain di sini :).

Jadi deh aku menghabisi waktu dengan cafe-au-lait versi Parahyangan (not recommended), dan beberapa artikel tentang Softswitch. Trus ada panggilan jiwa untuk mojok ke kamar yang paling ujung. Balik lagi, kayaknya posisi artikel kita berubah. Aku baca lagi, tapi si Mr H ngeliatin aja. Trus dia mulai nanya: «Maaf, saya ikut baca sekilas tadi. Itu bacaan elektronik atau arsitektur?»

Aku cerita sekilas tentang softswitch. Dan bagaimana teknologi ini bisa berarti banyak bagi dunia telekomunikasi Indonesia. Layanan yang lebih beragam, terdiferensiasi, dan bisa lebih murah atau lebih mahal sesuai keinginan. Dia sesekali menanggapi dan tanya-tanya.

Trus aku tanya, «Kalau bapak sendiri, bidangnya apa?»

«Saya sebenarnya di chemistry. Anak saya yang sekolah komputer. Sering ngobrol-ngobrol juga soal telekomunikasi, network, dan lain-lain.»

«Anak bapak sekolahnya di luar ya?»

Aku asal nebak aja sebenernya. Yang aku lihat sih: mahasiswa komputer Indonesia masa kini yang diobrolin nggak jauh dari database dan aplikasi- aplikasi yang masih berbau komputer. Kalau ada mahasiswa komputer cerita tentang telekom, network, handphone, dan aplikasi komputer dalam arti luas, kayaknya bukan mahasiswa Indonesia deh. Sorry yach.

«Anak saya di Sheffield. Saya juga dulu ambil chemistry di London dan di Leeds.»

Gitu deh awal ceritanya. Trus jadi cerita ke mana-mana. Cerita kehidupan dia sebagai orang asing di England, cerita kenapa dia nggak ngabur ke luar waktu terjadi tragedi 1998, cerita tentang handphone, cerita pergeseran dan pemaksaan paradigma serta budaya, cerita anak-anaknya, cerita kartun Dilbert. Etc.

Nggak kerasa kereta masuk Jatinegara. Aku turun dari kereta sambil masih ketawa sendirian. Duh, laper padahal …

Buku Koala

Jangan menilai buku dari kovernya. Katanya. Ha-ha :).

Suka-suka kita atuh. Boleh kita beli buku karena isinya, kalau kita sempat baca isinya di toko buku atau di rak buku teman. Boleh juga gara-gara percaya keandalan penulis, penerbit, atau pengulasnya. Boleh juga gara-gara tak kunjung sua buku lain dari tema yang kita cari. Namun tak dilarang pula beli buku gara-gara kovernya.

Belum pernah? Coba deh.

Ada beberapa pocket reference dari O’Reilly di atas meja — dih, aku nggak cukup edan untuk bawa semua pocket reference di dalam pocket. Ada Perl, PHP, Javascript. Trus jalan-jalan ke O’Reilly, liat HTML Pocket Reference. Lah, ngapain beli HTML Pocket Reference coba? Bisa sih bikin alasan: soalnya aku pelupa, dan nggak pernah inget caranya bikin radio button secara manual. Tapi banyak cara lain selain harus beli buku itu.

Akhirnya terpaksa keluar jawaban jujur: soalnya kovernya koala. Lucu aja kalau ada buku bergambar koala di atas meja. Biar dia menemani koleksi badak, burung, dan onta, plus poster berang-berang.

The Art of Deception

Di mana titik paling lemah (Britons dengan sukacita menyebutnya the weakest link) dari sebuah sistem? Teknologi yang ketinggalan jaman? Yeah. Program yang dibuat asal-asalan? Yup. Tapi yang selalu paling lemah adalah manusia. Dan proses yang memungkinkannya. Itu salah satu yang menarik dari film Catch me if you can. Orang IT menyebutnya sebagai social engineering: bagaimana, dengan cara halus dan cerdik, kita bisa mengambil data cruicial dari orang-orang dalam, tanpa mereka tahu bahwa sedang dimanfaatkan.

Kalau kita bisa menikmati film itu (kayaknya itu satu-satunya film yang aku tonton di tahun 2003 ini, so far, pasti kita bakal tertarik juga buat baca buku Kevin Mitnick: The Art of Deception. Mitnick, kayaknya tokoh yang nggak perlu dijelaskan lagi. Konon teknik penerobosan yang lebih sering dia pakai, lebih dari pembobolan secara teknis, adalah social engineering. Dan buku ini justru lebih banyak menyoroti engineering di bidang non-engineering ini. Kumpulan informasi tak halal hasil social engineering ini yang kemudian dipakai untuk pembobolan lebih lanjut.

Zarathustra

Also Sprach Zarathustra by … bukan Nietzsche, haha :). By Richard Strauss. Lagi nggak sempat baca buku tebel-tebel. Tapi kapan sih kita nggak sempat ngedengerin musik? Zarathustra, secara ide memang diilhami Nietzsche, tapi secara musik diakui diilhami Wagner. Kalau di aku sih, sejarahnya kebalik: aku justru kenal musik Wagner gara-gara penasaran sama jenis musik yang bisa mengilhami komposisi seindah Zarathustra ini.

Coba misalnya kita dengerin Zarathustra bukan dalam kerangka buku Nietzsche, tapi sebagai karya impresionistik yang mendahului Debussy (nah lo). Skip Einleitung yang hingar bingar. Kita masuk ke bagian menjelang matahari terbit. Cahaya mulai mengisi langit, dan kegelapan di bumi mulai bergeser. Pemandangan yang samar. Awan. Kabut. Dan hanya garis-garis di bumi. Tapi lalu matahari beranjak. Satu garis sangat pendek, garis memanjang, garis cahaya yang panjang. Dan garis langit yang panjaaaaang. Dan kabut yang makin menipis. Pohon dan danau yang mulai menampakkan diri. Dan gerak-gerak fauna yang mulai tampak. Tapi matahari terus naik. Kabut menghilang. Embun jadi hiasan kayak permata yang menyemarakkan bumi.

Di bagian-bagian berikutnya fauna berlarian di antara bunga-bunga berwarna. Trus …

Trus kita baca judul setiap bagian yang ditulis Strauss. Setiap bagian diambil dari bab-bab bukunya Nietzsche. Trus kita bisa ketawa sendiri, menertawakan fantasi kita yang ternyata beda dengan yang dipikirin Strauss. Trus untuk membela diri, kita meminjam ujar Derrida. Setiap karya yang ditulis hanya memiliki makna yang tertunda — makna akhir adalah makna yang dihasilkan oleh pembaca, pendengar. Ada tundaan antara yang dimaksud penulis dan makna akhirnya, dan ada selisih interpretasi yang tak mungkin dihindarkan. Dan yang pasti, makna sebuah teks bukan makna seperti yang dibuat penulisnya, tapi makna yang diterima pembaca.

Jadi aku terus menikmati Also Sprach Zarathustra dengan melupakan ide-ide Nietzsche, tapi dengan ide-ide fauna yang berkejaran riang, dan mengingatkan kita untuk mengisi hidup kita sesuai keindahan hari ini yang kita rasakan. Apa artinya übermensch untuk dunia fana ini? Kefanaan di atas kefanaan yang lain lagi?

Ah … mendung.

Books That Shaped

Kiriman Mas Aria:
Books That Shaped a Century of Science: The Physical Sciences
by American Scientist:

Explorations:

  • Timothy Ferris, The Whole Shebang (1997)
  • George Gamow, One, Two, Three… Infinity (1947)
  • Stephen Hawking, A Brief History of Time (1988) ?
  • Douglas Hofstadter and Daniel Dennett, The Mind’s I (1981)
  • Kenneth Hsu and William Ryan, The Mediterranean Was a Desert (1983)
  • Georges Ifrah, From One to Zero: A Universal History of Numbers (1985)
  • Primo Levi, The Periodic Table (1984)
  • John McPhee, Annals of the Former World (1998)
  • Carl Sagan, The Pale Blue Dot (1994) ?
  • Steven Weinberg, Dreams of a Final Theory (1992)
  • Herman Weyl, Symmetry (1952)

Monographs:

  • John von Neumann and Oskar Morgenstern, Theory of Games and Economic Behavior (1944)
  • Paul Dirac, Quantum Mechanics (1930)
  • Albert Einstein, The Collected Papers of Albert Einstein:
    The Swiss Years: Writings, 1902-09 (1930)
  • Benoit B. Mandelbrot, Fractals (1977)
  • Linus Pauling, Nature of the Chemical Bond (1939)
  • Bertrand Russell and Alfred North Whitehead, Principia Mathematica (1910-13, 3 vols.)
  • Cyril Smith, Search For Structure (1981)
  • Norbert Weiner, Cybernetics (1948)
  • R. B. Woodward and Roald Hoffmann, Conservation of Orbital Symmetry (1970)
  • Albert Einstein, The Meaning of Relativity (1922) ?
  • Richard Feynman, QED (1985) ?
  • Donald Knuth, The Art of Computer Programming (1968)

Modern C++ Design

Modern C++ Design, menunjukkan bahwa C++ bukanlah sekedar object oriented programming language. Konsep-konsep yang sangat kaya di C++ diambil hanya puncak-puncaknya, dan disajikan tanpa memikirkan kondisi kompiler saat buku ini diterbitkan (2001). Buku ini membuat orang tidak berani menengok ke Java atau C#, karena menampilkan kemilau baru C++ yang bahkan tidak pernah terpikirkan ada di bahasa-bahasa baru itu.

Buku ini akhirnya diproklamirkan sebagai buku C++ terbaik tahun 2001.

Website penulis buku ini ada di www.moderncppdesign.com. Sudah terbit juga versi Romania, Russia, dan Jepang.

Das Rheingold

«Returning in the afternoon, I stretched myself, dead tired, on a hard couch, awaiting the long-desired hour of sleep. It did not come; but I fell into a kind of somnolent state, in which I suddenly felt as though I were sinking in swiftly flowing water. The rushing sound formed itself in my brain into a musical sound, the chord of E flat major, which continually re-echoed in broken forms; these broken chords seemed to be melodic passages of increasing motion, yet the pure triad of E flat major never changed, but seemed by its continuance to impart infinite significance to the element in which I was sinking. I awoke in sudden terror from my doze, feeling as though the waves were rushing high above my head. I at once recognised that the orchestral overture to the Rheingold, which must long have lain latent within me, though it had been unable to find definite form, had at last been revealed to me. I then quickly realised my own nature; the stream of life was not to flow to me from without, but from within.»
Richard Wagner: My Life, published in London, 1911.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑