Author: Koen (Page 66 of 87)

Ilusi, Dawkins, Maslow

Dan waktu matahari tenggelam, orang-orang Sisfo udah memenuhi Hotel Panghegar. Kali ini kali terakhir aku ketemu dengan orang2 Sisfo Divre-3 sebanyak itu. Beda dengan orang Network, orang2 Sisfo lebih sering menunjukkan karakteristik sebagai agregat daripada sebagai group, biarpun proyek2 si Sisfo lebih saling berkait satu sama lain daripada misalnya proyek2 di Network. Abis setahun di sana, aku belum nemu juga penyebabnya. Aku buta, atau memang sengaja membutakan diri.

Apalagi minggu2 ini daya analisisku lagi terkacaukan oleh tesis Selfish Gene dari Dawkins :). Aku bukannya memakai analisisnya dia, tapi jadi cenderung membayangkan setiap perilaku makhluk dari dua sisi sekaligus: Dawkinian dan Maslovian.

Haha :), abis sekian tahun, aku masih lebih suka memakai madzab Maslow untuk menyusun framework atas kemanusiaan, khususnya tentang B-value. Tapi sialnya pikiranku sekarang jadi kena dualitas: berpikir dalam dua kerangka sekaligus. Ini nggak aneh sebenernya, soalnya aku belum bener2 mendepak kata2 Bohr, bahwa kalau dua statement (atau apa pun) berlawanan, bukan berarti salah satu harus salah.

Eh, tapi jujur aja, aku lebih seneng Dawkins yang salah, terpeleset, tertipu. Dia banyak pakai analogi. Ya .. ini benar … itu benar … konsekuensinya seperti ini. Keyword semacam konsekuensi itu yang aku bayangin sering bikin orang terpeleset.

Tapi sebenernya aku lagi cerita tentang Sisfo. Jadi malam ini mereka melepas orang2 yang harus dilepas dari Sisfo, termasuk aku. Dan kita bikin kelompok Ikatan Alumni Sisfo (a.k.a. ILUSI — sesuai dengan visinya yang penuh ilusi). Trus kita becanda2 dengan suasana kesisfoan yang ajaib dan sekaligus gamang itu. Dan aku bener2 pingin secangkir kopi abis makan malam.

Lippo?

Mudah2an aku nggak jadi paranoid hari-hari ini. Insomnia udah lebih dari cukup, nggak usah yang lain, termasuk overcaffeinated.

Melintas di Lembong, seliatan sekelebat wajah Pak Wid, yang terus teriak manggil aku. Aku lompat, trus … eh dia buka dompetnya. Surprise apaan yach?

Ada dua fotoku ditangannya sekarang. “Istriku nemu foto ini di meja kerjanya, di Lippobank.”

Lho … gimana bisa sampai ke sana? Di Supratman memang aku sering kehilangan benda2 renik, sampai yang agak besar, tapi benda hilang dan reapprear di Lippobank pasti bukan peristiwa alam biasa. Nggak mungkin Kip Thorne dan Igor Novikov pasang mesin penerobos dimensi ruang waktu yang berujung di Lippobank, kan?

Dan nggak mungkin tercecer. Udah beberapa abad aku nggak pernah menginjakkan kaki di Lippobank. Dan kalau ingatanku bisa dipercaya, aku belum pernah sekalipun masuk di Lippobank di perempatan Aceh Merdeka itu.

OK, abis e-mail yang diintip UFO, dan foto ini, dan beberapa insiden kecil lainnya … aku mulai membayangkan ada konspirasi tersembunyi — entah apa.

Rizkan

Jarang aku ketemu orang yang supersibuk ini dua minggu berturut-turut: Rizkan. Beda dengan makhluk supersibuk dari DMM lainnya, yang ini masih masuk dengan senyum cerah, memberikan waktu buat kita tanya2 soal2 yang dari dulu ditanyain ke mana2 di DMM tapi nggak pernah terjawab. Sabar pula menghadapi interupsi terus-terusan dari makhluk penasaran kayak aku. Plus menyambungkan ide2 setengah matang di sini jadi sesuatu yang lebih nyata.

Minimum masih ada makhluk di bagian dunia TLK yang bikin aku masih termotivasi untuk terus berada di sini.

What’s Not in Your Genes

Dan kalau masih penasaran secara cerdas sama cerita2 Ridley, sila baca artikel dari H Allen Orr, bertajuk What’s Not in Your Genes, yang membahas buku Matt Ridley yang terakhir, Nature via Nurture: Genes, Experience, and What Makes Us Human. Baca sendiri, OK? Lagi banyak kerjaan nih, udah lewat tengah malam gini …

Yang Sporadik

OK, yang ini untuk yang protes abis baca catatan lepas tentang Red Queen. Sekali lagi, ini bukan jurnal atau diary. Ini Catatan Lepas, tempat aku menuangkan gagasan2 sporadik (yang tentu saja, sesuai mood aku, nggak harus selalu sporadik). Aku dapat buku baru yang bagus, baca sekilas di Kereta, nulis apa yang terbayang abis baca 3 jam di Kereta (belum setengah buku). Dan yang terbayang tentu bukan apa yang terbaca, tapi juga apa yang pernah terbaca, terpikirkan, atau apa pun, termasuk deretan pohon singkong berbaris di perbukitan. Jadi kapan aku menyelesaikan ulasan buku itu … itu udah selesai. Kapan2 aku tulis soal lain yang barangkali ada hubungannya sama buku itu, kalau punya gagasan yang kebetulan nyerempet ke situ.

Dan soal Tuhan … aku masih berpikir, bahwa kalau Tuhan kita memiliki sistem logika dan operasional yang masuk dengan lembut dan manisnya ke sistem logika kita … kayaknya kita perlu ganti Tuhan. Kita sedang menatap Tuhan yang salah — yang telah tertundukkan oleh sistem operasi yang kita buat (Linux misalnya, hehe).

Jadi sambil terus menikmati bagaimana Allah memperkenalkan kebesaran-Nya, keanggunan-Nya, dan senyuman abadi-Nya dalam alur hidup kita dan semesta di dalamnya :), kita terus berusaha merendah bahwa kita tetap hanyalah makhluk kecil mungil di hadapan-Nya.

Tentang .co.ro

Baru baca statistik kunjungan di amazon.com (yup, yang itu). Ternyata … 6% dari trafik ke second-level domain co.ro, jatuh ke kun.co.ro.

Memang sih, trafik di Rumania nggak serame di Indonesia. Kayaknya nic.ro harus nambah customer nih. Kalo ntar bangkrut, kan domain kun.co.ro ikutan ilang. Aku harus ngungsi ke mana?

Jadi … sekalian iklan … yang berminat punya domain kayak mai.sa.ro atau pan.co.ro atau franco.ne.ro atau bahkan z.or.ro, silakan pesan ke nic.ro … cukup €14 per tahun. Buruan gih, sebelum keduluan orang jail :).

Cuplikan Para Filsuf

Cuplikan para filsuf:

  • Nietzsche sudah mati.
  • Marxisme adalah candu masyarakat.
  • Einstein tidak pernah bermain dadu.
  • Gusdur tidak perlu dibela (he-he).

34 Matahari


Matahari, dipotret dari posisi yang sama, pada jam yang sama, di suatu titik di kutub utara, 34 kali dalam satu tahun …

Sifat Setan

“Biar mahal kayak setan, akhirnya terpaksa beli juga,” gitu kata seorang rekan senior, jaman aku di LEN dulu. Sebagai mahasiswa praktek yang lagi giat belajar dan banyak menimba ilmu, aku langsung menyerap fakta bahwa memang setan itu mahal.

Tapi ternyata si boss punya koleksi sifat-sifat setan yang lain.

“Gila tu sopirnya. Ngebut kayak setan.”

“Di Kiaracondong, macetnya kayak setan. Lampunya aja nggak keliatan.”

“Mana udaranya panasnya kayak setan.”

Jadi, akhirnya aku belajar bahwa setan memiliki sifat: panas, mahal, macet, dan ngebut. Nah lo, gimana caranya dia bisa macet dan ngebut sekaligus? Bisa lah. Namanya juga setan.

Udah ah, nggak usah dipikirin. Ntar malah pabaliut kayak …

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑