Author: Koen (Page 61 of 87)

Pusdata

Abis berputar-putar di berbagai BBS-BBS Bemo, aku ketemu sebuah BBS yang rada beda: Pusdata. Dengan sopan aku ngedaftar ke SysOp-nya, dengan id koen. Dan mulailah cerita2 panjang dengan Pusdata.

Sekarang Pusdata masih diabadikan di Internet di http://pusdata.dprin.go.id. Ke sana, gatel juga aku liat form login. Iseng diisi dengan login dan password terakhir yang nggak tau kenapa masih bisa keinget. Boom, login berhasil. Huh. Dan Pusdata menampakkan tanggal pertama aku jadi member: 9 Desember 1995.

Huh, tepat 8 tahun lalu?

Di Pusdata ini aku pertama kali bisa baca e-mail Internet dari BBS. Alamatnya, tentu saja, koen¤pusdata·dprin·go·id — kayaknya ini satu2nya alamatku yang pakai go·id. Waktu itu aku udah punya west¤ibm.net sih, tapi Pusdata masih terasa istimewa.

Lebih istimewa lagi, ternyata alamat di Pusdata ini masih valid sampai sekarang, waktu west@ibm.net udah mati, disusul koen@bitsmart.com, k.wastu@ieee.org, dan alamat2 antik lainnya.

Cirebon

Apa yang berubah di kota ini?

:), aku nggak cukup beruntung untuk bisa berkeliling, jadi kayaknya yang satu ini mesti ditunda. Tapi kayaknya abis ini aku bakalan cukup sering jalan2 di sini. Kandatel Cirebon kelihatannya siap untuk berperang melawan masa lalu. Get recovered dan kembali jadi Telkom yang punya power untuk menjalankan bisnisnya sendiri tanpa campur tangan dari hantu2 entah di mana.

Coincidentally, Mobile-8 (perusahaan telekomunikasi punya Bimantara) juga berminat mengambil Cirebon sebagai pijakan pertamanya — selain Jakarta dan Bandung. Mudah2an jadi ko-opetisi (gabungan antara kerja sama dan persaingan, ciri khas antara pebisnis network di bagian dunia yang mana pun) yang seru.

Pilihan

Seandainya, sebelum hidup ini dimulai, kita diberi wewenang menentukan apa yang akan terjadi dan kita alami selama kita menjalani hidup fana ini, apa yang akan kita pilih untuk kita jalani?

Tentu, sebelum kita mulai hidup, kita belum dibebani ketakutan dan prasangka. Barangkali yang ada semacam keinginan betualang yang kekanakan, ditambah kearifan yang adil, jernih, dan lugu. Barangkali akhirnya, yang kita pilih adalah tepat seperti yang kita jalani seperti sekarang ini: hidup dalam dunia yang kusut tak berujung pangkal tanpa keadilan dan keyakinan meletakkan nilai-nilai, kebosanan yang menghantam, kepedihan yang menyengat.

Barangkali tokoh Koen memang memilih hidup yang biasa-biasa tanpa titik ekstrim, sambil menikmati hal-hal kecil setiap hari. Barangkali tokoh Hitler sengaja hidup sedemikian kurang ajarnya untuk memberi contoh bersejarah tentang potensi kejahatan manusia, yang diakhiri dengan bunuh diri yang nista (atau hidup nomaden dalam lobang-lobang bawah tanah untuk Saddam). Barangkali para politisi Indonesia memang memilih untuk menyebarluaskan kemunafikan untuk memaksakan orang-orang Indonesia belajar kearifan yang bebas dari kata-kata.

Entah jalan hidup ini pilihan kita sendiri … atau dipilihkan oleh Kasih Sayang Yang Agung … hiduplah … ;)

Taqabalallah

Taqabalallah minna wa minkum. Mari kita mencapai kemenangan lahir dan batin. Mari kita awali dengan membersihkan diri dari dosa dan cela. Semoga Allah Yang Maha Pengasih Penyayang terus membimbing kita melangkah dalam fitrah manusiawi kita sebagai makhluk mulia yang memegang amanah mencerahkan semesta ini.

Buat pengunjung website ini, mohon kelapangan untuk memaafkan segala kesalahanku, kelalaianku, dan kebodohanku, yang sesungguhnya memang sulit dimaafkan. Terima kasih atas keikhlasannya.

Sedgefield

Cuplikan dari Guardian:

After lunch, Mr Blair and Mr Bush arrived with their wives at the Sedgefield Community College secondary school.

One of the children who had met Mr Bush, Stuart Percivil, said: “He shook my hand and put his arm around me. He said ‘I am the President of the United States.'”

“He is a very nice man and I don’t know why they are saying he is the world’s number one terrorist.”

Wow, how cute Mr President is. As cute as Stalin, Saddam, Hitler, Soekarno, Soeharto. The list will never end. May Machiavelli bless them.

Tintin au Pays des Savants

Tintin au Pays des Savants, ISBN 287424015X. Berapa persen dari kisah petualangan Tintin yang berkaitan dengan para ilmuwan? Cukup besar, khususnya kalau kita ingat bahwa orang ketiga (atau makhluk hidup keempat) terpenting adalah Profesor Cuthbert Calculus (atau dalam versi Herge yang asli dalam bahasa Belgia-Perancis bernama Tryphon Tournesol), yang menemukan berbagai hal, dari roket yang bisa menjangkau dan mendarat di bulan (lengkap dengan sistem kontrol dan sistem tenaga dan modul kendaraan di bulannya), mesin perusak dengan ultrasonik, kapal selam mini, pil anti kecanduan alkohol, obat anti racun N14, dan masih banyak lagi. Selain Calculus, Tintin juga bertemu dengan astronom yang menemukan jenis logam baru, antropolog yang sibuk mendalami budaya Mesir atau Peru, farmakolog Cina yang bisa menyembuhkan kegilaan akibat racun, dan tentu komunikator dengan UFO yang ditemui Tintin setelah mengunjungi Jakarta.

Buku ini memaparkan berbagai jenis ilmu, yang sudah terpecahkan maupun yang belum terselesaikan, yang pernah disinggung atau ditohok dalam komik-komik Tintin. Biarpun tidak ada tulisan Herge di dalamnya (selain komik Tintin-nya sendiri), buku ini bakal jadi bacaan yang menarik buat fanatikus Tintin.

Mais si, ici on parle français.

Tinggi

Waktu kita sedang bersujud, apakah benar kita sedang membuang seluruh keangkuhan, ketinggian hati, dan kesepelean harga diri kita?

Kalaupun kita sudah berhasil membuang sampah-sampah itu, apakah setelah selesai sujud kita mengambil kompensasi dengan menempatkan diri kita lebih tinggi dari hal-hal di luar diri kita?

Setelah kita mengucapkan “Maha Sucilah Tuhanku Yang Maha Tinggi”, apakah pikiran kita masih berani merasa lebih benar, lebih tinggi, daripada hal-hal di luar diri kita?

Prince of Wales

Cerita Wales lagi, tapi kali ini soal kekuasaan, bukan sebagai negeri unik di ujung dunia itu. Sebelum jadi bagian dari Inggris, Wales adalah kepangeranan, yang dipimpin Pangeran Wales, Prince of Wales. Yang terakhir adalah Llywelyn. England di bawah raja Edward I menduduki Wales — dia juga berminat menduduki Scotland, tapi gagal. Edward mengangkat putranya, Edward II, sebagai Prince of Wales.

Kebetulan, anak Edward II namanya Edward III, yang nggak diangkat jadi Prince of Wales. Namun, saat Edward III jadi raja England, ia mengangkat putranya, yang namanya Edward the Black Prince (percayalah, cerita ini banyak Edward-nya), sebagai Prince of Wales. Di zaman itu, England sedang berperang 100 tahun melawan Perancis. Soal keluarga, gitu lah, ditambah fakta bahwa Perancis mendukung perjuangan Scotland yang nggak mau dijajah England. Di Crecy, England menang besar terhadap Perancis, mengorbankan para bangsawan Perancis, termasuk John of Luxembourg, raja Bohemia (bingung kan sama urusan raja ini). Salah satu pahlawan England waktu itu adalah si Edward the Black Prince itu, yang berperang dengan baju zirah hitam. Edward ini mengambil logo Raja Bohemia, yaitu tiga bulu putih, dan semboyannya dalam bahasa Jerman: ich dien — I serve.

Sejak itu, secara tradisi, anak lelaki raja atau ratu Inggris yang menurut urutan akan jadi calon raja, akan diangkat sebagai Prince of Wales, dan memakai logo dan semboyan itu. Juga, sejak saat itu, Prince of Wales tidak ada hubungannya dengan kekuasaan di Wales. Cuman jadi tradisi aja.

Prince of Wales yang sekarang, kita tahu, bukan Pangeran Edward, tapi Pangeran Charles (Pangeran Edward bergelar Earl of Wessex). Logo Prince of Wales dipasang pada koin dua pence. Kasihan nih si pangeran, kebagian dua pence, sama kasihannya sama bangsa Wales.

Omong2, Wales adalah kata dalam budaya England yang berarti “orang luar”. Orang Wales sendiri tentu tidak sudi menamai diri sebagai Wales. Mereka menyebut negerinya Cymru, yang artinya “orang kita”. Duh.

Sedikit ke barat, para mamalia air juga memiliki kerajaan, dipimpin oleh Prince of Whales.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑