Author: Koen (Page 33 of 86)

Hidup CHON

Kehidupan, secara fisik, umumnya dikaitkan dengan paduan unsur2: karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen (CHON). Tentu kita sadar bahwa kehidupan bisa diciptakan dari unsur2 yang berbeda. Tapi secara statistik, kemungkinan terbesar kehidupan terbentuk dari paduan 4 unsur itu.

Statistik? Waktu semesta sudah meruang panjang, dan level energi sudah mulai turun, mulai terbentuk hadron seperti proton dan netron. Inti nuklir yang ada hanyalah hidrogen. Dan sedikit persen helium, serta jauh lebih sedikit persen lithium. Saat kemudian bintang2 terbentuk, terjadi reaksi fusi yang mulai membentuk helium (He4). Fusi lebih lanjut menghasilkan lipatan dari helium, yaitu berilium Be8, karbon C12, dan oksigen O16. Luruhan dan tumbukan di dalam bintang2 juga menghasilkan nitrogen N14.

Maka, biarpun semesta sebagian besar (di atas 99%) terdiri atas H dan He, unsur yang cukup banyak berarti (di bawah 1% tapi dikalikan seluruh semesta) adalah C, N, dan O. Be labil, mudah hilang. He, sebaliknya, sangat stabil, sulit bereaksi. Maka unsur yang banyak dan mudah bereaksi adalah C, H, O, N. Hai. Ditembaki sinar ultraviolet, bahan2 ini mulai menghasilkan metanol, amonia, dan asam sianida. Bahkan asam amino tertentu. Diambah kenyataan bahwa C mampu membentuk rantai, dan N sangat menarik untuk membentuk katalis, siaplah kita mencari bentuk kehidupan.

OK, jadi CHON. Tetapi, lebih spesifik lagi, waktu mencari kehidupan (berbasis CHON) di luar tatasurya, umumnya orang mencari spektrum molekul oksigen. Kenapa?

Kehidupan memiliki ciri fisik antara lain sebagai sistem yang dapat menurunkan entropi lokal. Kita pasti ingat, bahwa Hukum Termodinamika II bilang bahwa entropi cenderung meningkat. Tapi adanya kehidupan bisa secara lokal menaikkan keberaturan, menurunkan entropi; biarpun bagi lingkungan yang lebih luas, entropinya bisa saja masih meningkat. Anda mengubah makanan jadi tubuh yang terorganisasi baik; dan punya kecerdasan untuk memperbaiki dunia (wishfully). Tapi di tingkatan lain, proses semacam fotosintesis bisa jadi contoh yang lebih menarik. Senyawa oksigen O2 itu dalam waktu tak lama akan mudah bereaksi dengan nyaris materi apa pun membentuk oksida-oksida. Bumi ini penuh silikon, karbon, besi, dll; dan semuanya mengikat oksigen jadi silikat (pasir), karbon dioksida, karat besi, dll. Ini adalah bentuk entropi yang meningkat. Tapi fotosintesis mengubah CO2 jadi O2 dan senyawa karbon. Merkurius, bumi, dan venus dibentuk kira2 dari unsur2 yang sama. Tetapi atmosfir bumi kaya O2 , sementara di dua planet lainnya O2 sudah nyaris habis bereaksi.

Mungkin bukan harus O2 sih. Setidaknya, kalau ada planet (atau ruang lain) yang memiliki senyawa2 yang seharusnya mudah bereaksi, tetapi ternyata dia belum habis bereaksi setelah jutaan tahun planet itu ada, kita harus curiga bahwa ada sistem yang bisa menurunkan entropi lokal bercokol di lingkungan itu. Mungkin ada semacam kehidupan.

Tapi sebenarnya, daripada bikin entry weblog kayak gini, mendingan nulis Wiki aja kali ye?

Stroustrup Lagi

Hah, zaman Web 2.0 gini, masih membahas Stroustrup?
Dan ini jawabanku: Bjarin!

Waktu ditanya tentang contoh program C++ yang berhasil :), Stroustrup menjawab dengan: Google. Ia juga bertanya: masih ingat, seperti apa dunia tanpa Google, baru 5 tahun yang lalu? Selain ini ia juga menyebut Mars Rovers, yang bisa melakukan pengemudian secara mandiri di planet asing itu. Dan dalam wawancara lain juga ia menyebut Human Genome Project. Tapi waktu ditanya tentang kenapa sebagian besar program bermasalah, ia menyebut bahwa programmer tidak lagi sempat memeriksai “correctness, algorithms, data structures, maintainability” dari program — mereka dikelola oleh para micromanager yang membuat pekerjaan selalu seperti dalam keadaan darurat yang permanen. Hal2 seperti ini tidak pernah tampak oleh user, selain bahwa misalnya Internet Explorer tiba2 freeze. Hm, Google di sisi plus, Microsoft di sisi minus.

Ini tentu soal klasik. User, manager, hingga media, memuja software (dan produk akhir) yang murah, cepat, biarpun buggy. Orang tidak suka kerumitan, tidak suka belajar hal2 baru, dan tidak mau membayar lebih untuk kualitas. Soal lain yang tidak klasik adalah bahwa para pakar memaksakan satu atau dua aspek tertentu sebagai pemecahan masalah. Secara praktis, Stroustrup mencontohkan: “Better design methods can help, better specification techniques can help, better programming languages can help, better testing technologies can help, better operating systems can help, better middle-ware infrastructures can help, better understanding of application domains can help, better understanding of data structures and algorithms can help–and so on. For example, type theory, model-based development, and formal methods can undoubtedly provide significant help in some areas, but pushed as the solution to the exclusion of other approaches, each guarantees failure in large-scale projects. People push what they know and what they have seen work; how could they do otherwise? But few have the technical maturity to balance the demands and the resources.”

cpluxplux.jpgKritik2 atas C++ ditanggapi Stroustrup dengan mengiyakan bahwa memang C++ ditujukan untuk expert, tetapi dengan mengingatkan bahwa terdapat generalitas yang tertanam dalam bahasa itu. Dan performansi. Waktu si pewawancara mengingatkan bahwa Stroustrup pernah mengatakan bahwa salah satu motivator atas C++ adalah Kierkegaard :), ia membalas bahwa kecenderungan saat ini untuk mengintegrasikan manusia dalam corporate culture (tanpa melihat lagi keunikan dan talenta individual) itu kejam dan tak efektif. Kierkegaard adalah pendukung peran individu melawan “the crowd,” dan cukup serius membahas pentingnya estetika dan etika. Maka C++ jadi dicipta dengan mengandaikan setiap programmernya memiliki keleluasaan untuk mencipta dan mengatur yang terbaik bagi mereka sendiri.

Namun tentang aspect-oriented programming, Stroustrup meramalkan bahwa benda nan unik ini masih perlu waktu lama untuk meninggalkan dunia akademis dan memasuki industri nyata. Tentu ia tidak antipati pada benda elegan ini. Hanya, ia mengingatkan bahwa selain konsep yang baik, ada banyak hal yang harus disiapkan untuk masuk ke lingkungan skala industri.

Dan tentang C# dan .Net? Ah, Microsoft masih di sisi minus buat Stroustrup. Hmmh.

Lebih lanjut, baca sendiri:
The Problem with Programming
More Trouble in Programming

Juga lihat:
Stroustrup asli
Stroustrup wannabe

The Effective Executive

Setelah rebooting, apa yang mau dilakukan? Mengikuti nasehat para konsultan2 korporasi versi Amerika, inilah yang harus dilakukan: belajar bekerja secara efektif. Kedengarannya bukan soal mudah, kan? Banyak korporasi2 dan persona2, baik di Indonesia maupun di Amerika sendiri yang mengalami kegagalan, karena mereka menganggap bahwa hal2 yang telah dirumuskan itu akan mudah untuk dilakukan. Hanya soal implementasi. Dan itulah sebabnya mereka, eh kami, masih gagal.

theeffectiveexecutive.jpgSelingan dulu. Efektif itu apa sih? Setiap bahasa sebenarnya punya semacam penghalusan pilihan kata. Efektif, sekilas berarti memiliki efek, menghasilkan sesuatu sesuai yang dituju. Tapi apa artinya tidak efektif (ineffective)? Ini artinya kita sudah bekerja, membuang resource yang berharga, tapi tidak mencapai yang dihendaki. Ineffective adalah istilah kromo dalam bahasa Inggris, yang istilah ngokonya adalah useless. Kita membuang resource: waktu, energi, dana, hidup kita, lingkungan kita … tetapi tak memperoleh apa2.

Namun daya untuk efektif itu dapat dipelajari. Dan harus dipelajari. Bukan dengan teori saja, tetapi dengan praktek-praktek. Maka Peter F Drucker merilis buku ini: The Effective Executive in Action. Buku ini adalah panduan praktek untuk menjadi efektif.
Bersambung :)

Cappuccino Para Purist

Warta dari koran Il Giornale. Italia mencoba berjuang mempertahankan minuman legendarisnya melawan gaya internasional (yang biasanya dilambangkan dengan Starbucks). Negeri ini mengeluarkan sertifikasi atas resep cappuccino klasik. Cappuccino, menurut “Italy’s National Institute for Italian Espresso” haruslah berupa susu yang diuapkan di atas satu shot espresso. Kopi susu ala Italia ini kemudian hanya boleh disajikan dalam cangkir keramik (bukan kertas atau styrofoam). Oh ya, sebelumnya, institut ini juga telah mengeluarkan sertifikasi yang didukung pemerintah, tentang resep espresso. Dukungan dari pemerintah ini wajar, karena Italia telah menganggap minuman kopi sebagai budaya nasional. Kopi2 internasional pun masih selalu menyandang tata istilah perkopian Italia. Kopi tubruk, misalnya, haha. Hush.

Cappuccino versi Italia, berbeda dengan versi kebanyakan cafe di negeri kita, dapat langsung ditenggak dalam beberapa detik saja. Para purist cappuccino mengatakan bahwa cappuccino murni selalu meninggalkan jejak bekas susu di cangkir setelah minuman itu habis. Pun ketika diaduk, hasilnya semestinya bukanlah warna coklat hasil campuran yang halus, melainkan campuran yang masih memiliki batas antara warna kopi dengan warna susu.

Kata orang Italia sih, warna coklat muda kopi itu mirip dengan warna jubah yang dikenakan para rahib Capuchin Italia. Karena itulah dulu namanya jadi cappuccino.

W+ W- Z

Pada tahun 1862, Kelvin memperkirakan umur semesta: 30 juta tahun. Itu berdasar hasil kalkulasi energi vs usia matahari. Darwin, yang sempat mengkalkulasi bahwa bumi harus berusia setidaknya 300 juta tahun untuk memungkinkan evolusi tersebar seperti yang diketahuinya, serta merta menghapus hasil perhitungannya dari bukunya, dan lebih suka turut mengamini Kelvin. Rutherford, setelah radioaktif ditemukan, menghitung usia semesta sekitar 4,5 miliar tahun. Ia menyampaikan hal ini di depan sidang ilmuwan yang dipimpin Kelvin, dengan cara yang amat diplomatis (hmmm).

“Tuan Kelvin membatasi usia bumi pada angka tertentu, jika tidak ada bentuk energi baru yang ditemukan. Visi beliau kemudian menjadi kenyataan, bahwa kita menemukan bentuk energi lain: radium.”

gauge.jpgRadioaktivitas diakibatkan oleh interaksi yang kemudian disebut energi nuklir lemah, atau energi lemah (weak energy). Ia berinteraksi mengikat inti atom. Jika gravitasi dan elektromagnetika telah teramati sekian ratus tahun sebelumnya, radioaktivitas baru mulai dipahami di awal abad ke-20. Ini karena sifat energi lemah yang berbeda: ia hanya memiliki jangkauan pendek (sejauh 10-18m saja), sehingga tidak memiliki gelombang yang teramati seperti dua bentuk energi lainnya. Jangkauannya yang pendek ini tak terlepas dari sifatnya yang lain: ia memiliki massa. Ia juga bisa memiliki muatan. Partikel pembawa energi ini, disebut boson W+, W-, dan Z. W+ dan W- memiliki massa yang sama: 80 GeV, dengan muatan masing2 positif dan negatif. Z memiliki massa 91 GeV.

Hal lain yang membuat boson2 ini berbeda adalah bahwa, ehm, interaksi dengan boson ini bisa mengubah jenis partikel. Netron dapat berinteraksi dengan W- dan berubah menjadi proton. Karena netron memiliki kuark u-d-d dan proton u-u-d, maka artinya dalam interaksi itu terdapat sebuah kuark d yang berubah menjadi u. Tapi lebih lanjut, si W- dapat terus berubah menjadi elektron dan antineutrino. Pauli lah yang menghipotesiskan adanya neutrino (partikel yang memiliki sifat2: muatan nol, massa amat mendekati nol, dan tidak meluruh) akibat adanya ketidaksetimbangan jika W- hanya menjadi elektron. Tapi nama neutrino dan karakteristiknya diberikan oleh Fermi. Majalah Nature waktu itu sempat menolak paper Fermi tentang neutrino — menganggapnya terlalu spekulatif.

Soal massa pada boson2 W dan Z membuat orang mulai mendalami teori tentang massa sendiri. Tahun 1960an, Higgs menghipotesiskan sebuah mekanisme, yang kemudian dinamai mekanisme Higgs. Medan Higgs berinteraksi dengan partikel2 tertentu, yang efeknya adalah terbentuknya kurvatur pada dimensi ruang-waktu di sekitar si partikel, yang mengubah inersia si partikel itu. Ini yang kemudian menjadi massa partikel. Dan dengan demikian, massa menjadi tidak konstan: ia terpengaruh oleh kecepatan.

Abdussalaam, Glashow, dan Weinberg kemudian menemukan paduan antara elektromagnetika dengan energi lemah. Pada level energi tinggi, ini adalah bentuk energi yang sama. Tapi pada saat level energi turun, simetri pecah, dan terbentuk partikel2 yang berbeda: foton tak terpengaruh medan Higgs dan tak memiliki muatan; W terpengaruh medan Higgs dan bermuatan; Z terpengaruh medan Higgs tapi tak memiliki muatan. Masih ada hal menarik pada boson pembawa energi lemah: ia melanggar simetri paritas. Hmmm, panjang nih kalau ceritanya sampai ke sini :). Yang jelas, efeknya a.l. adalah bahwa neutrino hingga saat ini selalu ditemukan berspin ke kiri.

Flowers for Algernon

IQ-nya 68 (kayak si …). Tapi para profesor berhasil membuat penelitian untuk melipattigakan angka itu. Jadilah Charlie, si dungu yang dipekerjakan di pabrik roti itu, seorang jenius. Prosedurnya tak singkat. Selama prosedur itu, Charlie diminta menulis Catatan Harian. Catatan ini dimulai dengan kata2 serabutan, lalu berangsur menjadi kalimat yang bagus dan sempurna, dengan keilmiahan dan kemanusiaan yang mendalam, dan akhirnya …

Sebelum mencobai pada manusia, lembaga itu lebih dulu melakukan percobaan pada seekor tikus, yang dinamai Algernon. Efeknya menarik. Tikus itu dapat menyelesaikan hal2 yang memerlukan kecerdasan, tanpa terlalu banyak motivator luar. Barulah kemudian eksperimen dilakukan pada Charlie Gordon. Charlie jadi berkembang kecerdasannya: sastra, matematika, filsafat. Ia juga memiliki motivasi besar untuk ikut melakukan penelitian, untuk memecahkan masalah yang sama dengan yang pernah dialaminya. Sambil, dengan kepribadiannya yang baru, ia berusaha memecahkan masalah2 hubungan dengan masyarakat (termasuk dengan keluarganya). Juga sambil terus mengamati bahwa kepribadiannya yang lama pun sebenarnya masih ada — mengintai tanpa mengganggu, kecuali pada saat2 tertentu.

Tapi kemudian Algernon bermasalah. Ia mulai agresif, memiliki lebih banyak energi untuk menerjang daripada untuk berpikir. Dan terus begitu. Catatan-catatan yang ada diperiksa Charlie. Dan pada suatu malam, di bulan September, Charlie menuliskan analisisnya. Efek Gordon-Algernon, begitu dia tulis. Intinya: peningkatan kecerdasan secara cepat akan mendorong pengausan kerja otak dengan kecepatan yang sebanding. Data2 laporan dikirimkan, dan dinyatakan akurat. Sementara itu Algernon mati. Charlie membawanya pulang, menguburkannya, dan meletakkan seberkas bunga di atas kuburannya.

Tinggal beberapa waktu bagi Charlie untuk mengukir nasib yang sama dengan Algernon: merasakan sedikit demi sedikit kecerdasannya hilang dan amnesianya menguat. Lalu …

Buku ini aslinya berjudul Flowers for Algernon. Oleh Daniel Keyes. Yang aku baca adalah terjemahan Indonesianya. Buat yang pernah percaya bahwa weblog ini banyak mengulas soal sains, aku harus bilang bahwa buku ini 100% fiksi. Dan aku pernah membahas Borges, Kundera, Saroyan, dll juga di web ini. Dalam hidup yang pendek ini pun, membaca dan mengulas fiksi bukan kesalahan. Pun sambil menyadari bahwa dalam sisa {hidup, kesehatan, kecerdasan} yang kian pendek seperti ini, kita masih boleh memilih untuk optimis dan positif.

Medy Satria

Dalam foto di atas, Mas Medy itu yang nomor dua dari kanan. Waktu itu doi masih warga Loughborough, aku (paling kanan dan paling nyengir) masih warga Coventry; dan kami lagi tersesat di Manchester. Yang dua lagi: Mas Tatang (kiri) dan Mas Aris (sebelahnya). Tapi tentu kami nggak ngaku lagi tersesat. Ngakunya sih lagi nunggu jemputan buat ke ISSM — suatu konferensi ilmiah something something — di Universitas Misterius (UMist). Aku nggak inget apa pernah ketemu lagi sama Mas Medy abis itu. Paling baca weblognya di Friendster. Duh, ini kandidat PhD yang cerdas nian — tapi bloggingnya di Friendster.

Udah selesai belum ya PhD-nya?

Tapi berita hari ini bukan soal PhD. Beritanya: Mas Medy mohon doa restu. Menikah, katanya :). Resepsi tanggal 23 Desember 2006 di Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji Padang, Sumatera Barat. Duh, aku bahkan belum dengar makhluk ini pulang.

Selamat ya, Sahabatku. Insya Allah, Kasih-Nya akan membimbing kalian berdua menjadi pasangan yang mampu saling mengisi dengan kasih sayang dan bersama memperjuangkan dunia yang lebih baik. Dan kalau nggak sempat lagi baca2 buku setelah menikah (entah karena apa), rumah kecilku di Bandung masih mau ditambahi beban menyimpan buku2mu. Heh-heh-heh :).

Metapuzzle

Teka-teki Usia Sultan ternyata sempat bikin keki. Yang menjebak dalam teka-teki itu bukan bahwa kita sedang mencari nilai x dimana x=x1+x2+x3 dan x1*x2*x3=y tidak memiliki solusi tunggal. Tetapi bahwa … sebentar. Gara2 solusi tidak tunggal, aku jadi mendadak pingin nulis soal Ramanujan.

metapuzzle.jpgSrinivasa Aayengar Ramanujan (bukan tokoh fiktif) adalah matematikawan cemerlang dari negeri India. Ia dibawa ke Cambridge oleh G.H. Hardy untuk meneruskan pendidikan di sana. Ramanujan tetap bergaya pertapa Brahmin: memperbanyak merenung, mengasyiki hobi, mengurangi makan dan tidur – di negeri dengan cuaca yang tak ramah. Maka ia jatuh sakit, dan harus dirawat.

Suatu hari Hardy mengunjunginya. Hardy pun tak kalah eksentriknya: ia menganggap topik yang menarik hanyalah matematika. Maka ia pun tak mudah menemukan topic pembicaraan dengan orang sakit. Alih-alih, ia mulai bicara lagi tentang angka. “Aku naik taksi tadi. Nomor mobilnya 1729. Bukan angka asyik ya”

Sebaliknya, Ramanujan justru tertarik. “Sama sekali tidak, Hardy. 1729 adalah angka terkecil yang bisa merupakan jumlah dari dua bilangan kubik dari dua kombinasi bilangan kubik yang berbeda!” OK, buat kita yang bukan matematikawan, 1729 adalah 1000 + 729 sekaligus 1728 + 1.

Jadi misalkan Abdul Azis membawa tiga kotak ke Sultan Mas’ud, dan berkata bahwa usia tiap kotak kurang dari 2000 tahun, serta usia dua kotak itu, jika masing-masing dipangkattigakan lalu dijumlahkan, sama dengan usia kotak ketiga, dan Sultan Mas’ud mengaku tidak bisa memecahkan, kita bisa menduga bahwa usia kotak ketiga adalah 1729 tahun.

Teka-teki semacam Usia Sultan sering disebut sebagai metapuzzle. Yang menjebak dalam teka-teki itu, seperti yang ditulis di atas, bukan bahwa nilai x dimana x=x1+x2+x3 dan x1*x2*x3=y tidak memiliki solusi tunggal. Yang menjebak adalah bahwa teka-teki itu hanya bisa dipecahkan kalau kita melihat fakta “Sultan yang hobby matematika itu tidak bisa memecahkan” sebagai clue, bukan hanya sebagai bunga cerita. Aku berikan contoh lain, dari negeri Rajsinghe.

Penduduk negeri Rajsinghe memeluk satu dari dua agama. Dewa Posithe dipuja sebagian rakyat, yang karena aturan agamanya — yang menjunjung kejujuran — hanya boleh mengatakan hal yang benar semata. Dewa Negathe dipuja rakyat lainnya, yang karena aturan agamanya — yang menafikkan kata-kata – hanya boleh menggunakan kata-kata untuk hal yang salah semata. Tapi penganut kedua agama itu toleran dan saling bersahabat, serta memiliki kebiasaan serupa: bicara setengah berbisik.

Suatu hari, Inspektur Vijay, seorang penganut Posithe, diperintahkan untuk menyidik sepasang sahabat, yakni Meneketehe dan Meregehese. Agama kedua orang ini tak diketahui. Maka datanglah Vijay ke tempat dua sahabat itu.

Setelah bertemu, Inspektur Vijay memulai interogasi.
“Meregehese, apakah dari kalian ada yang menyembah Posithe?”
Meregehese membisikkan satu kata. Tak tertangkap mesih perekam kita. Tapi Vijay jelas mendengarnya. Memilin kumis tebalnya sebentar, lalu ia bertanya lagi:
“Meneketehe, apa benar yang dikatakan Meregehese?”
Meneketehe membisikkan satu kata juga. Juga tak tertangkap mesin perekam kita. Vijay memilin kumis lagi sebentar, ia lalu berkata: “Sekarang aku tahu.”

Pertanyaan: Apa agama si Meneketehe dan Meregehese?

Setelah mencoba menjawab, klik pada Komentar untuk membaca jawabannya.

Overcaf’d

Seorang sekutu, juga blogger fanatik, ternyata penggemar kopi. Entah siapa mulai, hampir setiap bercicip kopi, kami selalu saling berkirim SMS. Tidak pernah panjang. “Macchiato w/ double espresso. Sbux Ciwalk.” Cukup seperti itu. Atau kalau abdomen kurang ceria: “Latte decaf. Ibid.”

Tapi hari2 ini, travelling berjadwal padat: nyaris tak memungkinkan menikmati suasana kopi. Maka teks SMS mulai kacau. Kemarin: “Frapuccino botolan. Bandara Hang Nadim.” Mending bahwa malam2 pun ada Circle K yang mau jual Sbux botolan buat bekal. Pagi ini: “Nescafe hitam beracun. Ruang rapat Hotel Panotama.” Atau beberapa hari yang lalu: “Gemadro tanpa gula. Rumah.”

Sayangnya dua minggu lalu, si beliau lagi kelelahan, jadi berkelit dari kewajiban ngopi bareng di Dakken, Bandung.

Seorang rekan lain (yang nggak bakal doyan blogging) mengaku suka kopi. Kapal Api, katanya, adalah yang terenak di dunia. Itu tentu hak beliau. Tapi kadang doi bergaya sinis kalau diajak ke Sbux misalnya. “Apanya yang enak? Pahit!!!” Wakaka, cari kopi apa cari gula? Memang sih, beliau agak susah melihat sesuatu di luar jendela. Jalan2 ke luar negeri pun harus bawa beras sendiri dari tanah air, plus kompor mini. Bukan saja harus makan nasi, tapi harus nasi yang sama dengan nasi di rumah. Sementara, aku kalau ke luar malah bercita2 nggak makan nasi.

Balik ke Dakken lagi. Si Mas Budi Putra of Tempo ternyata punya hobbi lain yang afaik belum pernah ditulis di sederetan blog beliau: teh hijau. Dan teh hijau di sini tak mencakup satu pun teh celup, biarpun dijuduli high quality. Beliau juga menspesialisasikan kesukaan ke Teh Jepang. Ah, pantas saja.

Dengan teman2 aneh kayak gini, jangan2 aku bisa ketularan. Koleksi kopi di rumah bakal harus ditambahi dengan koleksi teh juga. Duh, gimana milihnya? Sementara itu, koleksi kopi sudah makin menipis. Hunting time. Atau begging time? Wakakaka :).

espressos1.jpg

Gambar di atas: Foto2 Espresso dari Kafe Pisa, Le Petit Paris, Hotel Tugu, dan satu lagi lupa …

Batam 5.0

Ini adalah kunjungan kelima di Batam. Dan kira2 10 tahun setelah kunjungan pertama. Entah kenapa, Nadim masih juga digantung.

Kunjungan pertama dulu adalah efek dari ‘open source’ – dalam tanda petik. Tahun 1995 itu, aku bikin software analisis trafik (in C) untuk sentral Lucent 5ESS. Dan berbeda dengan programmer Telkom masa itu (peninggalan zaman Perumtel -red) yang menganggap software adalah harta berharga yang wajib dipendam, aku membagikan software itu ke siapa pun yang berminat punya. Juga source-nya, untuk siapa pun yang pingin ikut memodifikasi. Orang2 Surabaya (Divre V) memang melakukan tak lebih dari sekedar mengganti nama pemrogram, lalu mengkompilasi ulang. Orang2 Medan dan Batam (Divre I) mau lebih serius. Tapi mereka ragu di tengah jalan. Jadi programmer asli diundang ke Batam (dan beberapa waktu kemudian ke Medan juga). Surprise buat aku adalah bahwa Sentral 5ESS di Batam sudah menggunakan versi 6, sementara Bandung masih menggunakan versi 5. Jadi memang perlu waktu untuk memodifikasi program. Ya, happy end sih, lengkap dengan acara mancing dll.

Kunjungan hari ini untuk bekerja dalam Workshop Produk Telkom 2007. Temanya cukup komplit: seluruh produk wireline, seluruh produk wireless, serta content & applications. Semua menarik buat aku. Sayangnya kita pasti ditempatkan di satu work group, nggak mungkin lompat-lompat. Cakupan meliputi branding, feature baru atas produk yang ada, paket2 dan kemasan2 baru, serta seluruh aspeknya: infrastruktur, performansi, komunikasi, charging, semuanya.

Workshop masih berlangsung sampai tanggal 15. Jadi kalau ada usulan, sila kontak2 di sini. Seandainyapun WiFi sulit diakses, Flexi selalu ada buat in touch dengan web ini. Tapi, kalau jadwal terlalu padat, dan usulan tak sempat terbaca dan tersampaikan, jangan buru2 mengganti tulisan Hang Nadim dengan Hang Koen. Improvement akan selalu dimungkinkan, pun setelah workshop berakhir.

rikep1.jpg
« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑