Author: Koen (Page 32 of 86)

A Smile For God

Meow :). Oh ya, aku kan bershio kucing. Kayak yang pernah aku singgung, makhluk pemalas nan bandel ini tidak dianugerahi nama tahun oleh Buddha, karena waktu para hewan dipanggil, sang kucing tak hendak turut datang. Sebagaimana semua hewan, ia tentu pecinta Tuhan. Tapi ia tak merasa lebih damai saat harus menghadap Tuhan, atau siapa pun yang merasa mewakili-Nya. Mendingan bobo, gitu kata si kucing ndut.

Tapi bukan berarti ia tak mengenali Tuhannya. Pun Richard Dawkins, nabi kaum atheist masa kini, pernah bersabda, “Orang-orang yang tiada berTuhan sebelum Darwin adalah orang yang tak pandai menyimak.” Dan sebagai orang yang menikmati segala karya Dawkins (kecuali kenyinyirannya kepada umat beragama), aku hanya bisa berkata, “Orang-orang yang masih mengenali Tuhannya setelah mendalami Dawkins, Hawking, Game Theory, Superstring, dll adalah orang yang memiliki daya simak sungguh luar biasa.”

Kedengerannya megaloman. Tapi begitulah kucing. Dan biarlah orang beragama memaki kaum ilmuwan yang membuang semua peran tuhan sebagai motivator dunia. Biarlah para ilmuwan memakin kaum agamawan yang tidak mau membuka wawasan lebih dari kitab masing2. Kaum kucing bisa tetap tiduran di atas atap, mendengkur, tak terganggu.

Tuhan tidak perlu masuk sains, kata si kucing. Ia penggerak, pencitra nurani akal batin itu sendiri. Tapi, Tuhan tidak perlu masuk analisis. Tuhan tak perlu memanggil kita menghadap, face-to-face, memberi tunjuk tentang apa yang harus kita perbuat. Saat akal diciptakan dalam kerumitan kimiawi makhluk hidup, Tuhan sudah menyisipkan diri sebagai ide yang tak terpisahkan di dalamnya. Evolusi yang akhirnya memasukkan akal ke dalam raga, secara tak sengaja (karena para ilmuwan tak mengakui peran Tuhan dalam evolusi) sekaligus memperkenalkan konsep jiwa dan Tuhan kepada manusia. Maka manusia mengenali-Nya. Kaum yang tak percaya Tuhan pun akhirnya terpaksa menciptakan tuhan masing2 di dalam pikirannya. Mereka tak bisa lari. Mereka terbaptis sebelum lahir, membaca syahadat (kesaksian) saat jiwa terciptakan, apa pun arti jiwa itu bagimu. Bahkan para ilmuwan juga terpaksa mengakui: bayi tak terdidik agama pun mengenal konsep jiwa.

Oh ya, tentu rada jahat kalau kita menyamaratakan semua ilmuwan. Sebenarnya, yang mengaku atheist itu cuma beberapa ilmuwan kelas atas. Ilmuwan yang merangkap jadi politisi, begitulah. Di AS, 96% orang percaya Tuhan. Bukan sebagai konsep saja. Mereka betul2 berdoa dan percaya ada hidup sesudah mati. Kalau kita bilang AS memang dogmatis, kita coba tengok Eropa. Di negara yang konon paling ogah agama, misalnya Islandia, di mana gereja hanya dikunjungi 2% penduduk, 80% dari total orang dewasa masih berdoa dan percaya adanya hidup sesudah mati. Saat para ilmuwan disurvei, mayoritas mengaku percaya Tuhan. Waktu para ilmuwan itu ditanyai tidak tentang Tuhan dalam arti “totalitas yang mengatur” atau “yang maha indah dan tak terpahami,” tetapi betul2 ditanyai tentang Tuhan yang mewahyukan kitab suci, di mana kita dapat berdoa memohon, dan dapat betul-betul menerima petunjuk dari-Nya, masih 40% yang mengaku beriman. Hanya pada saat melihat ilmuwan kelas elit, baru wabah atheisme ditemukan.

Trus apa penjelasan mereka? Evolusi membentuk gene dan meme yang demi kelangsungan hidup dan strukturnya memang membentuk keyakinan pada yang adikodrati dan mengikat dalam bentuk relasi sosial yang beraturan (so called agama). Yah, apa lah yang dikau2 bilang :). Kaum kucing hanya bisa senyum. Bukan menertawai, tetapi menyampaikan salam kepada Tuhan, yang tidak harus tampak teranalisis, tidak harus turun ke sini, tidak harus memanggil.

:)

Tresche

Beberapa pin mawar putih itu masih ada di koleksiku. Itu hasil perjalanan dari Yorkshire beberapa tahun yang lalu. York is a beautiful city :). Tapi ini dulu pernah aku tulis di sini. Aku cuman mau cerita bahwa dulu sebenernya aku berharap bisa dengan satu cara menyusup ke Thirsk, yang udah nggak terlalu jauh lagi dari York. District Hambleton bersebelahan dengan kota York. Tapi sayangnya di musim itu, transportasi ke Thirsk tak terlalu leluasa. Jadi aku belum berhasil. Hmm, biarpun usia manusia tak panjang, mudah2an kapan2 sempat juga aku singgah ke sana.

Thirsk. Kalau orang Viking dulu menamai York sebagai Jorvik, maka Thirsk dulu bernama Tresche, yang juga berasal dari kata Viking “þresk” yang artinya … apa ya.

Buku If Only They Could Talk, yang diterbitkan tahun 1970, dan diterbitkan versi Indonesianya tahun 1976 sebagai Seandainya Mereka Bisa Bicara, ditulis dan banyak bercerita tentang kota ini, biarpun disamarkan dengan nama Darrowby. Oh ya, buku ini juga beberapa kali bercerita tentang Harrogate, yang disamarkan sebagai Brawton. Buku ini, dan deretan sekuelnya, menduniakan nama Yorkshire, dan akhirnya nama kota Thirsk juga. Sang penulis, Alf Wight (James Herriot), selain mendapatkan penghargaan Ordre of British Empire karena prestasinya sebagai penulis, serta diangkat sebagai FRCVS (Fellow of RCVS) dan anggota kehormatan BVA, juga mendapatkan penghargaan karena mengangkat (atau bahkan disebut menciptakan) industri pariwisata di North Yorkshire.

Tetapi, selain faktor Herriot, sebenarnya banyak hal menarik lain dari kota Thirsk. Kota ini masih kecil. Pasarnya tak banyak berubah sifat dari zaman Herriot: dibuka setiap Senin dan Sabtu. Juga desa2 disekitarnya, yang nama2nya masih berbau Viking juga: Thirlby, Boltby, Borrowby. Akhiran -by berarti desa, katanya. Barangkali nama Borrowby yang diculik Wight untuk memberi nama Darrowby. Fakta bahwa Herriot betah di kota renik ini selama puluhan tahun (selain setiap Kamis kabur setengah hari ke Harrogate), serta banyak bercerita tentang bukit dan lembah di sekitarnya dengan cara yang selalu berbeda tapi tetap menakjubkan, menunjukkan bahwa kota ini memang layak dikunjungi.

Ummm … kapan ya …

Hermann Weyl

Paul Dirac, adalah ilmuwan top zaman mekanika kuantum yang sungguh ogah bicara. Saat berkunjung ke Wisconsin, ia ditanya seorang wartawan. Pertanyaan wartawannya diterjemahkan dan sangat diringkas, tapi jawabannya ditulis dalam versi asli.

“Tapi kami ingin tahu, adakah orang yang tidak bisa Anda pahami?”
“Yes.”
“Menarik sekali. Siapa dia?”
“Weyl.”

Selain bikin lieur tokoh sekaliber Dirac, Weyl juga bikin pusing Werner Heisenberg. “I don’t know whether I’m just too stupid to understand the mathematics,” begitu tulis Heisenberg ke Pauli. Dan kalau ini masih kurang, tak kurang dari Albert Einstein dan Wolfgang Pauli sendiri pernah terkecoh oleh kepakaran matematika Weyl. Pauli pernah mengkritisi Weyl, tetapi kemudian terpaksa mengkoreksinya. “In contrast to the nasty things I said … here I admit your ability in physics. Your earlier theory with g’mn = L(x)gmn was pure mathematics and unphysical. Einstein was justified in criticising and scolding. Now your hour of revenge has arrived,” begitu tulis Pauli.

Hermann Weyl

Weyl yang ini adalah Hermann Weyl, seorang matematikawan dari Göttingen yang kemudian berkarir di Zurich. Dia menulis idenya dalam buku Gruppentheorie und Quantenmechanik, yang Chen Ning Yang (salah satu pelopor Standard Model) bilang: buku yang paling terkenal, tersimpan di rak buku semua fisikawan teoretis, tetapi hanya sedikit yang mampu membaca dan memahaminya — terlalu abstrak untuk sebagian besar fisikawan. Wikipedia sendiri menyimpan senarai khusus atas topik yang berkaitan dengan Weyl.

invariance.jpgSinggungan Weyl atas fisika dimulai di tahun 1910an. Waktu itu ada dua gaya yang dikenal: elektromagnetik, yang sudah diformulasikan Maxwell, dan gravitasi, yang baru saja direformulasi Einstein. Weyl melihat bahwa persamaan Maxwell dapat diperluas ke prinsip simetri kovariansi umum, dengan prinsip simetri baru yang dinamainya invariansi gauge, yang memungkinkan pengunaan skala jarak (atau gauge) pada titik2 yang berbeda, selama sebuah entitas matematika yang dinamai ‘koneksi’ dapat menghubungkan titik2 itu. Gagasan Weyl adalah bahwa koneksi ini dapat juga diidentifikasikan dengan medan elektromagnetika. Namun notasi matematika atas koneksi juga muncul dalam relativitas, yaitu saat si koneksi menunjukkan cara melakukan “transportasi paralel” atas grid referensi dari satu titik ke titik lain. Dan seterusnya, dan seterusnya. Namun kemudian Einstein menolak prinsip gauge Weyl ini, karena implikasinya adalah bahwa sebuah jam akan berubah skala waktunya saat melintasi medan elektromagnetik — hal yang tak pernah ditemukan dalam eksperimen. Paper Weyl diterbitkan di tahun 1918, lengkap dengan catatan Einstein yang halus dan santun, bahwa hipotesis yang harus dikagumi kedalaman dan ketajamannya itu tidak mungkin benar. Weyl pun berhenti dengan ide itu.

Erwin Schrödinger kemudian datang ke Zurich. Kalau Weyl adalah profesor matematika di sana, maka Schrödinger adalah profesor fisika teoretisnya. Mereka kemudian banyak bekerja sama. Dan bermain bersama juga — tapi ini cerita lain. Schrödinger mempelajari buku Weyl: Raum-Zeit-Materie. Tak lama, Schrödinger mendalami teori gauge Weyl, dan dikaitkan dengan teori kuantum yang waktu itu masih ad hoc dengan formula2 Bohr dkk. Schrödinger menemukan bahwa kondisi kuantisasi akan dapat dipahami jika kita mereinterpretasi prinsip gauge Weyl bukan hanya pada ukuran, tetapi pada fase. Dari situ, Schrödinger menurunkan mekanika gelombang, sebagai faktor yang sangat penting untuk membentuk teori kuantum yang lengkap.

Weyl sendiri kemudian jadi berani meneruskan ide simetri gauge. Tahun 1929 ia menulis Electron & Gravitation, dimana ia menyatakan bahwa teori elektromagnetika dapat diturunkan dariprinsip simetri gauge. Dalam paper ini juga, Weyl memaparkan cara memasangkan persamaan Dirac dengan medan gravitasi, dengan menunjukkan cara mendefinisikan yang disebut medan spinor berlatarbelakang lengkungan ruang-waktu yang merupakan solusi atas persamaan Dirac. Dan ia juga mengenalkan formalisme matematis untuk mendeskripsikan medan spinor ini.

Tanpa pernah diproklamasikan, kelihatannya Weyl-lah yang menyusun dasar atas berbagai teori penyatuan medan. Soal penyatuan, Weyl cuma berujar, “Pekerjaan saya mencoba menyatukan kebenaran dengan keindahan. Tetapi kalau hanya boleh memilih satu, saya memilih keindahan.”

God exists since mathematics is consistent, and the Devil exists since its consistency cannot be proved.

Waterstone’s Online

Setelah dulu menghilang akibat dilarutkan ke Amazon.co.uk, kini Waterstone’s Online tampil mandiri. Waterstone’s sendiri kini bergabung ke dalam HMV.

new-waterstones.jpg
Alamat: http://www.waterstones.co.uk.

Aku belum pernah beli buku online di sana. Dulu cuman aku manfaatkan sebagai jendela, sebelum datang ke salah satu toko Waterstone’s beneran (yang cukup sering: Waterstone’s Coventry, Waterstone’s Coventry University, dan Waterstone’s Leamington Spa; plus kadang2 di Birmingham New Street, Nottingham, Piccadilly London). Sekarang juga kayaknya belum akan belanja online di sana. Biarpun Waterstone’s menyatakan siap mengirim ke luar negeri Inggris, tetapi negara2 biang carder semacam Russia, Romania, Ukraina, dan — ehm — Indonesia, tampaknya dikeluarkan dari daftar yang boleh dikirimi buku dari sana.

Ah, harus ke Amazon lagi Amazon lagi.

Петрушка

Berhari2 dalam dehuman, dan mendadak ada nada masuk dari angkasa. Stravinsky. Petrushka. Ya, nada yang itu, yang kita ingat kalau kita menyebut Petrushka. Disonansi, kombinasi dari C major dan F# mayor. Dibanding hingar bingar musik masa kini, disonansi ala Igor Fyodorovich Stravinsky tak lagi terasa heboh. Justru, lucunya, menenangkan. Mengheningkan. Mengingatkan akan keunikan klasik. Kesinisan yang tak peduli apa.

Petrushka. Bagi Rusia. Setara Pierro bagi Perancis, Punch untuk Inggris, dan tentu Pinokio bagi Italia yang kemudian mendunia. Makhluk tak terlalu nyata. Namun dengan tragedi nyata. Disonansi dari Stravinsky itu adalah ejekan ala Petrushka. Pertama terdengar membuka Bagian 2 dari komposisi Petrushka ini. Ejekan atas apa yang kita bilang lurus, apa yang kita yakini harus, apa yang kita pikir bagus, apa yang kita paksakan sebagai kebakuan dan kebiasaan dan keniscayaan. Namun sayup ia masih terus berulang sepanjang para penari dan bauran orang2 terus meriuhkan suasana pasar malam.

Ejekan dari Petrushka bahkan terdengar di saat akhir komposisi ini. Seolah meyakinkan kita bahwa hantu Petrushka masih terus ada untuk mengejek kita. Mengejek kekerasan kita memuja undak-undak kekosongan.

21CN, NGN BT

Ini kisah British Telecom (BT), sebuah perusahaan telco incumbent di sebuah negara Eropa (yang sering dibilang tak progresif dalam urusan konvergensi dan perinternetan). BT telah memulai langkah nyata untuk peralihan ke next-generation network (NGN), dan kembali membawa citra baik negara Inggris maupun perusahaan telco kembali ke garda depan perkembangan teknologi telekomunikasi. Dari Spectrum, IEEE.

Di tahun 1999, hanya 1% pemakai Internet Inggris yang tidak memakai akses dialup. Awal 2006, jumlah pemakai broadband sudah 19% dari seluruh warga, yang jelas mengalahkan Amrik atau Korea. Pada bulan September, seluruh sentral telah terkoneksi DSL. Dan BT menyiapkan migrasi yang lebih besar: NGN.

Nama proyek ini adalah 21st Century Network (21CN). NGN bagi BT bukan lagi network masa depan, tetapi masa kini yang sudah dimasuki. 21CN adalah migrasi segala macam network yang dimiliki BT menjadi network tunggal berbasis IP. Sejumlah 16 sistem network yang ada saat ini, termasuk telepon, X25, ATM, yang menjangkau hingga 170 negara akan dimatikan, dan digantikan network yang baru. Total biaya mencapai £ 10 miliar, dan dijadwalkan selesai tahun 2012. Amrik, Jepang, dan Korea; yang dimitoskan paling mampu beradaptasi dengan multimedia, tidak memiliki keberanian yang mendekati hal ini.

Secara sederhana (sekali), konfigurasi 21CN adalah sbb. CPE diinterfacekan dengan perangkat MSAN (multiservice access node). Dari MSAN, trafik mengalir sebagai data terintegrasi, dalam protokol MPLS (multi-protocol label switch), dimana koneksi disusun dalam semacam VC berbasis IP. Tentang MPLS dan juga NGN ini, aku pernah bikin whitepaper (agak kuno). Dari MSAN, trafik dilarikan ke Metro Node, yang merupakan NGN media gateway berkapasitas besar (tapi bukan berarti secara fisik juga besar). Metro Node saling dihubungkan dengan IP core network.

Untuk implementasi awal, BT mencobai di Wales Selatan. Metro Node dipasang di Newport, Swansea, dan Cardiff. Kapasitas telepon telah akan dimigrasikan adalah 350 000 sambungan. Migrasi dilakukan 28 November 2006, dan customer telepon tidak tahu bedanya. Network diparalel dengan network lama, menjaga jika ada masalah selama dan setelah migrasi. Sejauh ini, tidak ada backup yang pernah digunakan. Hingga kini telah dipasang 9 Metro Node, menggantikan 70 sentral lokal.

Proyek 21CN akan memasang total 5500 MSAN. Manufakturnya adalah Fujitsu (Jepang) dan Huawei (RRC — ya, Huawei yang juga sedang asyik memasang MSOAN untuk Telkom itu, tapi yang ini masih belum NGN). Untuk menjamin keberhasilan, BT mengawasi dengan ketat kerja para supplier: pekerjaan mereka, sistem supply, subkontraktor, dan keseluruhan jaringan distribusi. Transmisi dimanufakturi oleh Huawei dan Ciena (Amrik). Metro Node dimanufakturi Siemens, Cisco, dan Alcatel; dan akan dibangun sejumlah 100 buah. Satu hal yang (tidak) menarik adalah bahwa Marconi, manufaktur telekomunikasi Inggris, satu2nya yang masih hidup, tidak mendapat apa pun dalam proyek ini. Efeknya, Marconi kolaps, dan dibeli Ericsson. Ericsson sendiri dalam proyek ini memperoleh bagian pada penyediaan network service, dalam modul-modul yang dinamai iNode. Ericsson bekerja tanpa saingan di sini. Core network, yang mengalirkan triliunan bit per detik, dibangun oleh Cisco dan Lucent secara terduplikasi (dengan software, topologi, dll, yang semuanya berbeda). Ini untuk alasan keamanan. Serangan yang tak terduga pada jaringan Cisco diharapkan tak akan mengganggu jaringan Lucent, dan sebaliknya.

Lebih lanjut, sila ke web 21CN.

Negara Pencabut Nyawa

Dalam peta di bawah, kawasan berwarna merah adalah negara yang masih melegalkan hukuman mati. Tahun2 terakhir, 94% hukuman mati di dunia dilakukan oleh: RRC, Arab Saudi, Iran, dan Amerika Serikat.

hukuman-mati.jpg

Kalau beberapa minggu lalu Eropa dan Mesir protes atas penggantungan Saddam Hussein, itu wajar, karena memang mereka sendiri tak memberlakukan hukuman mati. Yang hipokrit itu negara macam Australia, yang tak memberlakukan hukuman mati, tetapi turut bahagia dengan penggantungan Saddam, selain juga selalu sibuk mengkampayekan hukuman mati buat para teroris Indonesia.

Kapan … negara kita ikut jadi putih?

Gaia #1

Lovelock dulu memiliki konsep yang namanya Gaia. Banyak yang mengkaitkan konsep ini dengan hal2, baik yang bersifat religius maupun quasi-religius. Tapi sebenarnya Gaia adalah konsep sains biasa. Seperti tubuh kita merupakan hasil sinergi dari sel2, maka tubuh kita juga bersinergi bersama organisme2 lain membentuk lingkungan yang saling mendukung kehidupan. Kita saling bergantung. Kita: makhluk hidup di bumi, unsur2 di bumi, lingkungan bumi, dan bumi itu sendiri. Bumi seolah menjadi suatu makhluk hidup besar dengan kita semua sebagai sel2 pendukungnya; membentuk jalur distribusi pendukung kehidupan bagi kita, sekaligus membentuk bumi sebagai satu kesatuan organisme.

Sering kita takjub; dan kadang kita terpaksa takjub; bahwa sistem apa pun di semesta ini saling mendukung. Anak SD sudah belajar tentang siklus air dan siklus oksigen. Anak SMP menambah belajar siklus nitrogen. Hey, sudah pernah baca tentang siklus belerang? Asik deh. Gini nih ceritanya.

Pertanyaan pertama: Belerang dari daratan cenderung terbawa air ke laut. Namun belerang di daratan tak tampak habis setelah jutaan tahun. Kapan belerang kembali ke darat? Melalui penguapan, kata ilmuwan zaman dulu. Tapi tak ada bukti bahwa laut menguapkan hidrogen sulfida yang baunya bukan main itu ke angkasa. Laut selalu berhawa segar.

Pertanyaan kedua: Bagaimana awan terbentuk di atas laut? Bumi kita sebagian besar terdiri dari laut. Di laut dan di darat terjadi penguapan air. Lalu terjadi pengembunan. Awan bukan hanya berfungsi dalam siklus air, tetapi juga menapis cahaya matahari. Tanpa awan yang banyak, lebih banyak sinar matahari yang memanasi permukaan bumi, dan mengakibatkan suhu rata2 di bumi mencapai 35 derajat Celcius, yaitu 20 derajat lebih tinggi daripada suhu sekarang. Bayangkan berapa suhu daerah tropis kalau dinaikkan 20 derajat dari sekarang. Lalu tinggal berapa es di kutub. Lalu tinggal berapa daratan tersisa. Dst. Di daratan, banyak partikel kecil yang bisa menjadi inti kondensasi, yang memudahkan terbentuknya awan: debu, aktivitas organik, polusi. Tapi bagaimana awan bisa terbentuk di atas lautan luas?

Pertanyaan ini baru terjawab beberapa belas tahun yang lalu. Tumbuhan laut, yang memiliki sel2 sederhana. Tumbuhan ini berusaha hidup dengan menahan masuknya garam (NaCl) ke dalam selnya. Ini dilakukan dengan membentuk senyawa penahan yang berbahan baku belerang, karena pasok belerang di laut banyak sekali, datang dari daratan. Waktu sel mereka terurai, senyawa penahan ini pecah dan menghasilkan gas dimetil sulfida (DMS) yang lepas ke atmosfir. Kita pasti mengenali bau senyawa ini: segar, mirip ikan segar yang baru diangkat dari laut. Setiap saat, sejumlah besar senyawa ini dilepas ke atmosfir, dan syukurnya, senyawa ini mampu menjadi inti kondensasi uap air. Pada gilirannya, terbentuk awan, yang menjadi hujan. Saat hujan jatuh di darat, senyawa belerang ini dikembalikan ke daratan untuk dimanfaatkan makhluk daratan. Lalu ampasnya, dalam dibuang lagi (duh) ke laut, untuk diolah oleh alga2 baik hati itu lagi.

So, inilah cerita Gaia. Proses2 itu dan proses2 lain bukan saja memungkinkan hidupnya makhluk yang terlibat, tetapi juga memungkinkan bumi memiliki suhu yang mendukung kehidupan secara total. Sekarang, bagaimana Gaia, sebagai sebuah organisme hidup, bisa beradaptasi. Katakanlah entah karena apa awan tak mudah terbentuk. Akibatnya, panas matahari lebih masuk ke dalam lautan. Akibatnya, ruang hidup yang nyaman buat alga meluas. Akibatnya lebih banyak alga. Akibatnya, lebih banyak DMS dilepas ke atmosfer, sambil juga makin banyak uap air. Maka makin banyak awan terbentuk, dan melindungi bumi dari panas leih lanjut. Maka suhu bumi turun. Begitulah. Subhanallah.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑