Cerita tanggal 11 Juli.
Ini untuk pertama kalinya aku ke Yogya tanpa menyempatkan diri masuk ke kraton. Cuman sampai halaman depan. Dan sempat pamit ke Sultan (dalam bayangan): “Boss, kali ini abdi nggak sowan ya. Rada sibuk neh.” Detik2 terakhir di Yogya dipakai buat berkeliling kampus UGM, dan langsung meluncur ke Bandara Adisucipto. Check in tanpa antri, aku dipersilahkan menunggu di Garuda lounge. Kelihatannya aku bukan blogger 100%: yang aku cari bukan akses Internet duluan, tapi kopi panas. Kopi diramu sendiri, dibawa ke sofa, kubanting badan, kusesap kopi … segar. Seorang Bapak masuk. Kutatap, rasa2 agak kenal, dan beliau menatap balik. Kuanggukkan kepala memberi salam, dan beliau membalas, sebelum akhirnya aku ingat: Ini Sri Sultan Hamengku Buwono X. Duh, yang punya negeri. Tapi tak lama aku di situ, dan memutuskan membuang waktu di Periplus. Belum 1 menit, sudah 3 buku kugenggam. Hicks, serakah itu tak baik. Jadi hanya 1 kubawa ke kasir: Wikinomics. Amex-ku ditolak. Hmm, memang tak keren Amex ini sejak dikelola Bank Danamon. Jadi pakai HSBC – diskon 10% :).
Di angkasa, buku itu tak terbaca juga. Penerbangannya singkat. Aku duduk dekat jendela kiri, jadi tak bisa melihat Merapi dari atas. Yang kelihatan malah keraton lagi, diapit alun2 utara dan alun2 selatan. Tapi tak lama, tampak sebuah gunung lagi. Nanti kita cari namanya deh :). Trus pantai utara. Trus Jakarta. Bergegas turun, nyaris balapan lagi sama … Sultan, hush. Istirahat di luar, dan membiarkan seorang bocah kecil yang gagah meluangkan waktunya untuk menyemir sepatuku. Damri mengantarku ke kawasan Slipi. Dan aku mulai sleepy. Turun dari bis, ojek mengangkatku menyelip di kawasan Palmerah yang padat, dan aku turun di kantor Kompas Gramedia.
Di kantin Sasana Budaya, Mas Pepih menyambut. Ada Mas Budi Putra dan Mas Adam Infokomputer juga. Es kapucino digelontorkan ke darah buat melawan kantuk. Dan waktu2 berikutnya, bergabung juga rekan2 blogger dari Asiablogging. Menjelang matahari tenggelam, semuanya beranjak, ke Ancol.
Di Ancol, kami melandas di Segarra. Pak Taufik Mihardja (Direktur Executive Kompas.com) dan Pak Budi Karya (Direktur Utama Jaya Ancol) sudah menanti, dikelilingi tim yang cukup lengkap. Tapi acaranya tak formal. Berbincang2 segitiga antara Ancol, Kompas, dan para blogger ABN. Materi perbincangan ditulis lain hari deh :). Intinya adalah ketertarikan pihak Jaya Ancol untuk memahami dan memainkan komunikasi melalui media online, baik media online maupun blogging (para blogger sendiri diundang oleh Kompas). Rincian menyusul. Capuccino kedua menyegarkan pikiran. Tapi perbincangan dihentikan untuk melihat atraksi Police Academy – aksi stuntmen dari Italia yang dikemas mengikuti film Police Academy. Rame sih, asal sebentar melupakan soal global warming dan makin langkanya BBM. Makan malam menyusul, dengan Mbak Mety (manager promosi Ancol) kita daulat sebagai pemberi rekomendasi. Yang beliau rekomendasikan a.l. crab, dan – yang aku ambil – lamb tongseng. Rame sih, asal sebentar melupakan soal kolesterol. Perbincangan informal diteruskan, sampai kemudian Fauzi Bowo, Gubernur DKI, mendadak bergabung. Tapi beliau didaulat bergabung berfoto saja :), bukan didaulat blogging :). Di situ diskusi ditutup dan diakhiri.
Diskusi2 tentang blogging memang selalu menarik, dan masih akan menarik. Benda satu ini membuat seorang user menjadi publisher, dengan cara yang mudah dan murah, dan langsung bisa saling mengait dengan jalinan informasi internasional. Salah satu misi kita memang mendorong agar demokrasi dan sosialisme informasi (sekaligus kapitalisasi Web 2.0) ini jalan. Jadi tidak pernah ada keinginan untuk mengeksklusifkan para blogger, atau memberi kemanjaan kepada para blogger. Sebaliknya, para blogger (dan user lain yang diajak menjadi blogger) diharap jadi punya power lebih untuk lebih dapat membantu masyarakat sekitarnya menikmati taraf hidup (ekonomi, pendidikan, dll) yang lebih baik. Siap, para blogger?
Like this:
Like Loading...