Kalau nggak ada ide nulis, conteklah Priyadi. So, here are my URL ABCs:
A is for amazon.com – Bookworm rules
B is for blogshares.com – Belajar maen saham
C is for clients.nic.lv – Lovely domain regs
D is for deplu.go.id – Cari nama dubes
E is for exclusive.blogsome.com – My pictures
F is for forumponsel.com – Window shopping
G is for gkg.net – Modifikasi domain
H is for harry.sufehmi.com – A nice pal
I is for imp.online.fr – Periksa mail
J is for jkt1.detikinet.com – Ugh, kok jkt1 sih?
K is for kun.co.ro – Duh, narsis
L is for login.yahoo.com – Padahal aku nggak punya mail di yahoo
M is for modaco.com – Yang aku ketik adalah smartphone.modaco.com
N is for news.google.com – Berita harian
O is for ourmedia.org – Tempat menyimpan dokumen online
P is for priyadi.net – Semua pengisi kuis ini lari ke sini
Q is for quotationspage.com – Cari kata-kata tokoh tertentu
R is for ruby-lang.org – Apa yang baru di Ruby?
S is for sciam.com – Ada beda otak cewek dengan cowok
T is for tempointeraktif.com – Lumayan, daripada Kompas dan Detik
U is for uk.yahoo.com – Duh, yahoo lagi
V is for vikingkarwur.com – VK
W is for wsmdomains.com – Domain apa yang baru expired hari ini?
X is for xfiles.com – The truth is not here
Y is for yulian.firdaus.or.id – Pemilik mayoritas saham kun.co.ro
Z is for zoneedit.com – DNS
Author: koen (Page 7 of 123)
Kalau peringatan KAA tidak lagi bergema, persoalannya bukan karena berbagai negara Asia-Afrika disibukkan perkara dalam negeri. Bukan karena masalah politik dan ideologi sudah kedaluwarsa. Ketika KAA disiapkan dan diselenggarakan, kondisi masing-masing negara peserta penuh masalah. Tengok Indonesia. Pertentangan di antara elite politik berlangsung gencar. Pemerintahan bertumbangan secara bergilir.
Lima puluh tahun lalu wawasan universal dimiliki elite politik secara kuat. Persoalan dalam negeri tidak dipisahkan dari persoalan internasional. Kepentingan negara tidak bertentangan frontal dengan kepentingan bangsa.
Lima puluh tahun kemudian, bangsa-bangsa di Asia-Afrika merasa dikhianati oleh negara masing-masing. Solidaritas global masa ini masih ada, tetapi terbentuk bukan di tingkat atau lewat jalur negara. Yang berkembang adalah kerja sama perusahaan swasta tanpa kesetiaan terhadap bangsa-negara. Juga gerakan politik-ideologi masyarakat madani lintas bangsa-negara: feminisme, Islam, lingkungan hidup, demokrasi, dan hak asasi. Dan ini tidak sebatas Asia-Afrika.
Beberapa link dari Google News menyampaikan paparan Dr Andrew Steptoe, seorang periset dari University College di London, yang menyimpulkan bahwa rasa bahagia membuat orang lebih sehat. Paparan itu menyampaikan bukti berupa hubungan hayati yang positif antara “positive sense of well-being” dengan peningkatan tingkat kesehatan wanita dan pria setengah baya. Paparan aslinya dimuat dalam “Proceedings of the National Academy of Sciences.”
“There’s a direct link between how we’re feeling and the biological processes which relate to illness and illness risk,” kata Dr. Steptoe. “Biology is going to be on the side of those people who are going to be in a more positive state of mind, and it may well stand these people in good stead for their future health.”
Tes telah dilakukan pada ratusan orang di Inggris selama beberapa waktu. Tiap peserta tes diberi beberapa percobaan, dan hidup dengan dimonitor, serta mengisi catatan harian. Hormon semacam kortisol juga diukur setiap dua jam oleh para peserta tes sendiri. Umumnya peserta tes mengakui bahwa kebahagiaan mereka tidak terpengaruh oleh jenis kelamin, status perkawinan, dan pendapatan.
Ini tentu sebenernya bukan berita besar. Sudah lama diketahui adanya link antara stress, kortisol, kekebalan, dan sebagainya. Tapi berita kayak gini memang perlu dimuat di semua koran dan weblog di seluruh dunia, kan? OK, kita teruskan.
“I can’t really prescribe how people should make themselves happier, because philosophers have failed at that for centuries,” kata Dr Steptoe. “But most of our sense of happiness seems to relate to having good relationships with family and friends, and that’s not something that can be maintained without some investment of effort, and keeping an appropriate balance. That balance, of course, is going to be different for different people.”
Dr. Albert Ray, koordinator peningkatan kesehatan di Kaiser Permanente Southern California di San Diego, menyampaikan: “I try to give people concrete things to do to help de-stress. Get a dog, get a cat, go out, play sports, go to their religious institution, do yoga, get married, have a relationship, go on a vacation, do things that can relax a person.”
Dia melanjutkan: “There’s no question that people with a positive attitude have lower blood pressure, suffer less illness, usually have lower cholesterol and better resistance to most infections. And when they do get sick, usually a positive attitude can result in shorter illness. And I think every doctor tries to tell their patient to get out and smell the flowers, go for a walk, read a book, and try and look on the bright side rather than have a negative outlook. It just seems sensible to reason. Even without being a doctor.”
Jadi? Berbahagialah. Jadi bahagia atau tidak itu keputusan Anda, bukan hasil karya lingkungan Anda. Dan kalau sudah bahagia, bersyukurlah; karena itu meningkatkan kebahagiaan Anda. Yeehaa!
«Jadilah West yang jenaka, taqwa, dan baik hati.»
Gitu ditulis Papap sekian tahun lalu, waktu aku lagi dalam tahap pembentukan personality (sekarang tahap apa yach?). Papap suka nulis kalimat2 ajaib di dalam surat2nya, dan beberapa di antaranya sampai terbayang literatim verbatim di luar kepala. Mirip titah, yang memang nggak pernah dituntut, tapi menarik untuk dikejar. Dan cukup menarik, bahwa waktu orang tua lain pingin anaknya jadi pintar (biar dapat nilai tinggi, gampang cari kerja, dan cepat kaya), Papap pingin punya anak yang jenaka, taqwa, dan baik hati. Masih penasaran aku dengan urutan yang nggak lazim ini. Nggak kayak orang yang demen kategori dan kaku dalam birokras kan?
Beberapa tahun kemudian, waktu tekanan demi tekanan menempa diri, aku suka berbisik: «Pap, jenakanya udah. Taqwa sama baik hati mudah2n bisa menyusul.»
Papap sebenernya doyan berfilsafat, dan pernah jadi musuh yang menarik dalam diskusi filsafat (mind you, waktu2 itu aku nggak kenal nama Derrida atau semacamnya — Nietzsche udah yang paling modern). Kalau difilsafatin, sifat jenaka sebenernya mengacu ke kesukaan meletakkan pikiran dan perilaku secara out of frame. Dan yang menarik adalah bahwa diskursus kita, baik secara personal maupun kolektif, memang patut dipelesetkan. Dan dari situ kita melakukan penilaian kembali atas nilai-nilai. Barulah kita boleh berani memilih nilai yang jadi nilai kita dan kemudian tegak mengayuh hidup di atasnya. Dan pada sesi ini, baru kita jadi umat yang bertaqwa (bukan sekedar mengikut).
Dan baik hati? Ntar ah. Taqwa juga belum :).
The fox to the prince: «Voici mon secret. Il est très simple: on ne voit bien qu’avec le coeur. L’essentiel est invisible pour les yeux.»
The Prince to himself: «Aussi, le plus beau n’a pas pu être capturé par des appareils-photo. Le plus impressionnant n’a pas pu être écrit sur le weblog.»
«Tapi siapa yang memberi hak untuk memilih? Sistem kapitalis sekarang tidak adil tuan. Tidak akan pernah adil. Tuan pernah baca buku Naomi Klein yang sampulnya hitam dan judulnya tertulis no logo? Tidak.. tidak.. saya tidak menyalahkan tuan. Saya hanya ikut nyeri saat si rambut kusut menggigit kue sisa bersama laler dan tikus yang ngintip diantara tumpukan sampah. Jadi beruntunglah tuan jika masih bisa memilih. Sebab pilihan, di jaman ini, sangat tergantung berapa kapital yang kita miliki, dalam dompet, bank ataupun bentuk kapital lainnya. Jadi, siapa yang memberi hak untuk memilih.. Oh.. jangan menuduh saya sosialis. Apalagi dengan sufiks kiri.»
Abis menonaktifkan fade2bl.ac, Ahmad Sofyan memilih menggunakan tool weblog rakyat jelata (non-geek), yaitu blogger (yang juga aku pakai untuk weblog ini), dan memilih nama salah satu makanan favoritku untuk nama weblognya. So, kawan-kawan, inilah dia: somay.blogspot.com.
Kalau ada cukup leisure time (lagi langka nih), mungkin kita bisa menelaah (gubrak), kenapa beberapa kawan aku suka bener pakai nama makanan untuk jurnal mereka. Sebelum somay, kita kenal pangsit punya Harry Sufehmi, yang konon dipakai gara2 nama bakso diambil orang duluan. Kelaparan bener sih kalian?
Sekilas sejarah. Kawan Ahmad Sofyan diperkenalkan kawan Harry Sufehmi pada penulis tatkala musim semi mulai mengasuk udara Coventry di tahun 2001. Waaa, bahasanya, kacawww. Itu via mail doank. Trus kita ketemu bareng2 di pengajian Birmingham (sama Harry sekalian, yang ternyata sebelumnya pun belum pernah ketemu di daratan). Malam2, kita menyempatkan diri ngabur dari masjid, cari kebab di … di mana sih Har? Sekitaran Aston gitu bukan?
Last physical meeting dengan Sofyan, kalaw ingatanku tak berkhianat, adalah di Edinburgh. Aku woro2 ke banyak temen, mau jalan ke Skotlandia; tapi yang berminat bergabung cuman Sofyan dari London dan Fajar dari Birmingham. Dan kita ketemu di Edinburgh, sarapan telor sambil cuci muka setengah mandi di McD, dan berkeliling sampai ke sebagian kawasan highland. Lucu ya, selalu triumvirat, dan orang ketiganya harus orang Birmingham :).
So, mumpung Harry di Jakarta, Fajar di Jakarta, dan entah mau impor orang Birmingham yang mana lagi … gimana kalau kita bikin acara, Kawan Sofyan.
«Grand Astre! Quel serait ton bonheur, si tus n’avais pas ceux que tu éclaires?»
And I guess now I’m slightly out of frame …