Author: koen (Page 32 of 123)

84956297

Seorang pekerja sosial berkebangsaan Inggris meninggal tertembak peluru Israel waktu sedang bekerja di kawasan pengungsi Palestina di Jenin. Tidak cukup hanya mengorbankan tenaga, dana, dan waktu yang seharusnya dipakai untuk bertemu keluarga dan kawan-kawan. Tidak cukup. Hidup pun harus dikorbankan buat ketamakan rezim zionist.

Dan untuk Mr Blair: Don’t you think that a British life is much much more valuable than the entire zionist regime?

84911285

Sila kontak juga kalau punya info tentang tempat jual album buat menyimpan koin di sekitar Bandung, atau setidaknya di kawasan ekonomi Indonesia. Koin-koin udah terbengkalai juga, soalnya albumnya udah kepenuhan. Please yach …

84911258

Ada sekitar tiga puluh pedang-pedangan dan pembuka surat di bagian bawah rak buku. Nyaris terlupakan, nggak pernah punya display planning sama sekali. Sampai sekarang juga nggak. Padahal aku perlu effort lumayan buat mengkoleksi benda-benda ajaib itu: memaksakan diri jalan ke toko-toko ajaib, mengambil resiko dapet masalah di bandara (mereka percaya bahwa teroris 9/11 cuma pakai pisau lipat), dan meluangkan waktu ikut lelang di Ebay dan Yahoo (sekarang Yahoo udah nggak buka lelang).

Barangkali satu slot buku di rak depan perlu diungsikan ke belakang apa ke kamar, trus slotnya dipakai buat display. Tapi displaynya kayak apa? Ditaroh di kaca-kaca tegak? Ditegakin di atas styrofoam?

Kalau ada yang punya ide, please kontak-kontak yach …

84887966

Mendung tebal yang menyelimuti puncak Tangkuban Parahu sampai kawasan Ujungberung perlahan menepi. Langit yang gelap mulai cerah lagi dengan bintang centil berkedipan. Sayang nggak ada yang kejar-kejaran: musim Leonid ‘dah berakhir. Aku pakai baju jeans penahan dingin. Tapi udara nggak dingin. Sekedar sejuk. Sejuk yang nyaman. Jalan lengang, kayak ngasih kesempatan kita buat menikmati traveling melintas trafik Bandung. Kemewahan yang sempurna — mana pernah trafik Bandung sesantai ini di bulan Ramadhan?

Malam 17 Ramadhan — malam yang terlalu sempurna.

84807453

Apa sih yang bisa memicu pikiran sebelum secangkir kopi itu boleh diminum? Cercah awan coklat keunguan di luar jendela menimbulkan ide yang menarik: Lohengrin. Opera Wagner kayak jadi kemewahan yang udah lama sekali nggak mengisi ruang.

Yeah, alam yang beku itu lagi. Dan dinamika yang dipaksakan bangkit dari kebekuan. Dan perenungan Elsa. Choir menyambung dengan elok, lirih, tapi mengarah apik ke dinamika yang pasti. Menguat. Menguat. Memuncak. Yeaaaaaaaaaaaaa.

Fiuh …. ke mana tadi tekanan darah yang menurun ?

What next ? Masih ada beberapa teka-teki di Exceptional C++ yang enak dibaca-baca sambil nunggu secangkir kopi itu.

84807443

Kalau dalam C klasik, notasinya: putchar(‘\a’); — cuman yang ini versinya sember amat: bjeaebpbpbp. Brisik amat sih, pikir aku tadi. Padahal aku cuman berhenti sebentar buat ngasih kesempatan seorang ibu berumur lanjut itu menyeberang jalan. Trus aku jadi berprasangka: kayaknya mobil di belakang tuh mau ke depan, tapi mencuri jalur kiri. Huh, udah mencuri jalur, bikin brisik pula.

Well, idealnya sih ini saat yang paling tepat buat menahan kesabaran. Syukurlah, sampai detik ini aku belum pernah bilang kalau aku orang ideal. Ho-ho-ho. Malah aku selalu berpikir kalau aku punya potensi jahat. Tapi potensi jahat pun harus digunakan buat bikin hidup jadi menarik, if you knew what I mean. Kalau mau jahat, jahatlah ke orang yang tepat, dan gunakan potensi kita sesadis mungkin.

Eh, ini Ramadhan, dan aku terikat komitmen buat menahan diri. OK, OK. Jadi aku berhenti berpikir waktu lampu udah merah. Trus melaju ke kiri. Merdeka. Biar aja si pencuri jalur nan brisik itu terjebak di sana. Life is not fair, moron.

84754065

Kadang aneh juga, di tengah bulan Ramadhan gini, masih suka tercium asap busuk rokok di kantor. Juga di jalan, beberapa mobil yang disopiri kaum moron masih suka melempar abu rokok ke luar jendela. Ajaib.

Waktu di Pusdikhub, aku pernah punya temen moron gitu. Nggak tahan dengan segala tekanan fisik, akhirnya dia memutuskan nggak berpuasa. “Daripada sakit, besok gue nggak puasa aja ah,” katanya.

Besoknya beneran dia nggak puasa, “Sakit,” katanya. Jadi waktu istirahat, dia masuk kamar buat makan. Terus … eh kok ada asap rokok.

“Kamu ngerokok?” tanya aku.

“Kan aku nggak puasa,” kata dia.

“Katanya sakit. Kok ngerokok.” tanya aku.

“Nggak pa-pa. Ngerokok nggak pa-pa kok,” kata dia menghindar.

Terserah deh. Tapi soal itu, dan soal-soal lain abis itu, bikin aku sama sekali nggak bisa menaruk respect ke dia.

84699654

Mendung tebal di luar, dan hujan deras di ujung-ujung langit. Kayaknya gagal buat nonton hujan meteor Leonid malam ini. Ini sama persis dengan tahun kemaren, waktu aku lagi mengincar Leonid juga. Padahal tahun ini konon pemandangannya bakal paling spektakuler, lebih dari tahun lalu.

Kenapa juga hujan meteor harus jatuh di pertengahan bulan, waktu bulan purnama, dan kans hujan lebih tinggi dari biasanya.

Tahun kemaren, di udara malam musim gugur Coventry, aku berdiri lama sekali di bawah mendung tebal. Nunggu kalau-kalau mendungnya berlubang, menyisakan ruang buat nonton meteor garden. Ups, I mean Leonid meteor shower.

Salah sih salah, tapi amit-amit amat sih.

84659642

Jatah makanan di kamp sangat terbatas (pasti lah). Udah gitu, siswa nggak boleh bawa simpanan makanan dari luar. Padahal aku harus punya stok cokelat banyak buat simpanan energi siangnya. Mana ada cokelat dijual di dalam kamp.
Aku akhirnya tertolong. Si tentara bikin bisnis jualan jaket gede hijau tebal. Hangat kalau malam. Panas ruarr biasa kalau siang. Nggak dipaksa beli sih. Tapi aku ikutan beli.
Waktu weekend (kita boleh keluar hanya Rabu sore dan weekend), aku keluar sambil bawa jaket itu di tas. Malamnya, aku pakai jaketnya, dan tasku jadi agak kosong. Aku isi kue sedikit aja. Di pos jaga, mereka langsung minta tasku. Tas diperiksa, dan aku cuman dikasih peringatan bahwa kue itu harus habis malam itu. Kalau nggak, aku bisa kena sanksi menyelundupkan makanan. OK.

Padahal di saku jaket itu, aku bawa kue dalam jumlah besar, plus berkotak-kotak cokelat. Kue yang di tas memang buat mengalihkan perhatian aja. Bukan salah saya, boss. Anda-Anda yang mengajarkan saya untuk survive, dan Anda-Anda yang jual jaket itu juga.

Susan Fasis

Di Pusdikhub (tahun 1990-an), Ramadhan cuma berarti perubahan jadwal kegiatan. Nyaris tidak ada keringanan kegiatan. Senam pagi, bela diri, jalan keliling kampung sawah dan hutan tanpa baju, dan mendengarkan indoktrinasi terus menerus.
Hari pertama, kita cuma disuruh jalan-jalan yang nggak jauh-jauh amat. Ke Stasiun Cimahi. Cuma beberapa ratus meter dari kamp. Tapi masuk stasiun, kita nggak pernah ada di atas tanah. Semua perjalanan melalui kali-kali kecil dan gorong-gorong bawah tanah. Ini stasiun, mbah, dengan tumpukan sampah dan kotoran manusia dan air hitam yang ruarrrr biasa. Di atas got, para pelatih sibuk memaki-maki dan mengejek (buat pembinaan mental). “Ayo, siapa yang nggak kuat. Makan aja!” Seandainyapun bukan bulan puasa, kayaknya aku mendingan disuruh mati daripada disuruh makan di suasana kayak gitu.

Keluar gorong-gorong kita mulai buka suara. Aku nyanyi lagunya Susan (ha-ha).

Susan-Susan-Susan, kalau udah gede, mau jadi apa? Aku kepingin pinter biar jadi insinyur. Kalau-kalau-kalau, jadi insinyur kamu mau apa? Mau ikut bintal biar masuk got bau.

Militer nggak se-fasis keliatannya. Aku nggak pernah dihukum gara-gara nyanyi. Paling gara-gara nggak mau makan banyak.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorĂ©nUp ↑