Author: koen (Page 27 of 123)

86881616

Amazon jelas tahu cara berbisnis. Setidaknya mereka sadar hukum dan etika.
Lebih baik mempertahankan customer (terutama customer maniak buku), daripada
mempertahankan beberapa dollar. Apa cara kayak gini cuma khas Amerika?
Di Inggris ada aturan bagi perdagangan tidak langsung (baik melalui Internet
maupun telepon dan surat), yaitu customer berhak mengembalikan barang dalam
waktu 7 hari setelah pembelian, dan memperoleh penggantian penuh, kecuali ada
perjanjian lain. Di Indonesia?

Aku lagi nggak mood cerita tentang jeleknya berbagai pelayanan di Indonesia.
Barangkali tanah air kita memang disetel kayak gitu. Bukan salah orang Indonesia.
Perusahaan Amerika pun kalau berbisnis di Indonesia selalu bikin fraud.

Ingat IBM.net? Microsoft? Lucent? Citibank?

Lepas dari apakah produk mereka bagus (kayak Lucent) atau tidak (kayak IBM.net),
layanan mereka di Indonesia belum bisa diacungi jempol.

Kita belum menyebut-nyebut yang macam Freeport dan US West alm. Belum.

86881487

Pernah pesan buku di Amazon?

Bagaimana seandainya buku yang kita pesan nggak pernah sampai, padahal
Amex sudah mengirimkan tagihan harga buku sebulan sebelumnya?

Secara teori, kita tahu jawabannya. Tapi dalam praktek, apa yang
bakal terjadi?

Ternyata ini yang terjadi:


From: orders-reply¤amazon·com

Date: Thu, 2 Jan 2003 15:25:20 -0800

Message-Id:
To: spaceman-spiff¤kun·co·ro

Subject: Your Amazon.com Order (#102-2314788-4668911)

Greetings again from Amazon.com.

I am sorry that you have not received this order; it appears the
package may be lost. Please accept our sincere apologies for this
inconvenience.

I have placed a new order for the items. There will be no charge
for this replacement. Here are the details of the new order:

Order Number: 001-2953862-6607418

Shipping Speed: Expedited International

Estimated Delivery Date: January 13th – January 18th

If the original package should arrive before the replacement has
been shipped, please cancel your replacement order by clicking the
“Your Account” link at the top of our web site. If the original
package should arrive afterwards, please contact us so we can
determine how best to proceed.

We appreciate your business and hope to see you again soon at
Amazon.com.

Best regards,

Kris A

86837688

Lepas dari dua masa libur panjang selama Desember, jumlah pengujung site ini masih meningkat di bulan Desember 2002. Tercatat 2132 total kunjungan dalam satu bulan, atau 69 kunjungan per hari. Yang menarik adalah, jumlah hits masih terus bertambah dan menerobos angka 2000 per hari. Tepatnya 2132 hits per hari. Ini menarik: hit seharusnya berkurang; soalnya di bulan Desember, semua file image di direktori putsch dan pictures sudah dipindahkan ke domain kuncoro.com. Ini artinya, aku harus memigrasikan lebih banyak file lagi ke domain lain.

Kenapa repot-repot sih? Terpaksa :). Space untuk domain kun.co.ro di server neocyber.net cuma sebesar 20M, dan menurut neocyber, itu termasuk log file. Besar logfile tergantung besar hits. Tanggal 30 Desember, besar logfile mencapai 12M, lebih dari setengah total space.

Perlu migrasi file … atau sekalian migrasi site ke web server yang tidak memasukkan besar logfile ke dalam kuota space site kita?

Bank Permata

Dilbert bilang, beginilah cara memilih nama project:

  1. Team dibentuk dan melakukan brainstorm memilih nama-nama
  2. Dilakukan multi-vote untuk memilih beberapa nama terbaik
  3. Nama-nama terbaik diserahkan ke manajemen senior
  4. Vice president menolak semua pilihan, dan menamai project itu sesuai nama tokoh Muppet kesukaannya

Kayak biasa, dunia Dilbert tidak bisa dibedakan dari dunia nyata. Aku baca di Tempo: begitulah mereka memilih nama Bank Permata, yang merupakan hasil merger dari Bank Universal dan lain-lain. Bedanya mula-mula mereka menunjuk konsultan untuk memilih nama terbaik. Dengan dana lumayan besar, mereka mengajukan nama-nama seperti Bank Ixi, Bank Qiqa, dan semacamnya.

Manager tim merger menolak nama itu, dan memilih nama lain. Kemudian nama itu dilaporkan ke presiden. Tahu nggak sih nama presiden kita sekarang? Semacam “Dyah Permata Megawati”, begitulah, lebih panjang dari itu. Jadi presiden menolak nama yang diajukan manager, dan memilih nama Bank Permata.

Syukurlah, setidaknya bukan nama Muppet.

Hari-hari ini Bank Permata rajin bener kirim surat. Padahal saldo di bank itu cuman beberapa rupiah aja. Aku juga sudah lupa, mengapatah gerangan dulu pernah iseng bikin rekening dan credit card di Bank Universal. Aku inget pernah mau matiin, tapi managernya mempersuasi dengan baik untuk tidak mematikan rekening, a.l. dengan meng-gratis-kan annual fee untuk credit cardnya.

Sekarang udah waktunya dimatiin lagi kayaknya.

86736579

C++ tadinya memang dikembangkan sebagai C yang berkemampuan OOP. Tadinya. Tapi kemudian C++ dikembangkan sebagai bahasa multiparadigma, dan OOP hanya salah satu feature yang barangkali bukan dianggap feature terpenting. Waktu bahasa lain menstandarkan pengembangan ke arah component-based programming, C++ tidak larut terbawa. Component-based is OK, tapi bukan bagian dari bahasa. Itu yang masih membedakan C++ dengan Java dan C#.

Scott Meyers, dalam wawancara tanggal 16 Desember, menjelaskan aspek lainnya:

«I’m going to speculate now, because I haven’t been watching Java and I’ve just got my feet a little bit wet in .NET. But I would say that while the C++ community was focusing on templates, the STL, and exceptions?oddly enough the three are wrapped up together pretty closely?what they were not doing was component-based development. For example, there is no huge collection of class libraries for C++. The standard library for C++ is pretty impoverished. In the meantime, the rest of the world was busy creating huge class libraries that let you write all kinds of really neat applications without having to write very much code. Certainly Java is famous for its libraries. .NET has a huge number of libraries.

— I think a schism existed between the C++ community, which was still focused on language issues, and the other prominent development communities, which pretty much left the language alone. Java already had exceptions, but didn’t have templates and had nothing like the STL. Yet the Java community focused on writing a whole bunch of libraries that everybody can assume will exist everywhere, libraries that will let you write applications really quickly. The end result is, we have templates in C++, but there’s no way to write user interfaces or talk to databases. Java has no templates, but you can write user interfaces up the wazoo and you can talk to databases with no trouble at all.»

86736456

Aku tadinya menunda baca Kundera gara-gara ada satu buku yang lebih menarik: Effective STL, dari Scott Meyers lagi.

STL, Standard Template Library, adalah kepustakaan standar buat C++, yang berisi hal-hal semacam iterator dan algoritma, sehingga pemrograman dengan C++ bisa lebih terstandarkan. STL sendiri sifatnya kayak C++: maunya menstandarkan dan mempermudah. Dan resource-nya cukup kaya. Tapi seperti juga C++, kekayaan STL sering membingungkan: kita masuk dari mana, pakai tools yang mana, dengan pola pikir gimana.

Dan tepat di titik kayak gini, aku perlu buku ini.

86701792

Lalu yang ada bukan debat panjang. Tapi kesunyian.
Kesepian, baik bagi Nietzsche maupun buat Iqbal, adalah hal yang melekat pada diri manusia. Bagi Nietzsche, kesepian bersifat esensial bagi manusia. Manusia mewujud dalam keadaan sepi, dan mengembangkan ketinggian manusiawinya tetap dalam keadaan sunyi, sunyi yang asali, sunyi yang asasi.

Tapi buat Iqbal kesepian bukan bersifat final. Ia bisa terhindarkan oleh kehangatan kekeluargaan, persaudaraan, dan kemasyarakatan ? oleh kegiatan-kegiatan yang merupakan nilai manusiawinya.

Berbincang tentang kesepian ? alangkah sepinya.

Iqbal vs Nietzsche

Iqbal dan Nietzsche, dua eksistensialis dari zaman yang berbeda. Orang bilang Iqbal banyak terpengaruh Nietzsche. Memang, bagaimana mungkin menyangkalnya? Terlalu banyak tulisan-tulisan Iqbal yang seolah-olah ditulis untuk berbincang dengan Nietzsche: untuk memetakan kembali wacana Nietzsche ke dunia timur, maupun untuk menanggapi pola-pola pikir Nietzsche yang dirasa terlalu jauh berlari. Dan seperti juga Nietzsche, Iqbal tidak mau repot-repot membuat buku-buku filsafat serius ? kata-kata lebih banyak memenjarakan daripada membebaskan. Aforisme, kisah-kisah, dan bahkan puisi, dipandang lebih bisa menyampaikan nuansa-nuansa.

Misalnya, misalnya Nietzsche masih hidup untuk menanggapi Iqbal, apa yang bakal dia sampaikan?

«Semangatmu hebat?» begitu barangkali, «Tapi kamu terlalu takut untuk membunuh tuhan kamu. Kamu malahan menggeser konsep chaosku menjadi konsep akan sang mahakuasa.»

«Aku menarik konsep sang mahakuasa ke konsepsi Islamku,» begitu barangkali jawab Iqbal, «seperti juga kamu menarik konsep sang mahakuasa ke diskursus sekularisme Eropa abad ke-19, bukan ke fitrah manusia»

86651370

Tokoh-tokoh Kundera, seperti kehidupan nyata, bukanlah tokoh yang suci,
atau yang memiliki sifat kepahlawanan. Kalaupun Tomas menulis artikel
yang menohok orang komunis dan para penjilatnya, itu karena dia terus
terobsesi oleh ide itu. Dan kalaupun Tomas tidak mau menulis permintaan
maaf serta bersumpah setia pada Soviet, itu karena dia merasa setiap
orang bakal memberinya senyum kepalsuan. Tomas menikahi Tereza karena
Tereza bersifat memaksa pada awalnya. Dan waktu Tereza kembali dari
tempat pelarian di Zurich ke Praha, Tomas menyusulnya karena hatinya tidak
merasa tenang, bukan karena romantisme.

Tereza memang selalu membayangkan Tomas sebagai intelektual yang acuh pada
keluarganya, sementara ia mati-matian memperhatikan Tomas. Baru di akhir
buku, Tereza menyadari bawa Tomas mengorbankan karirnya sebagai dokter
bedah terkemuka di Zurich, kembali ke Praha untuk terpaksa mundur dan menjadi
pembersih jendela (dia menikmatinya untuk alasan yang salah, btw), lalu akhirnya
mengikuti Tereza lagi mengasingkan diri ke desa kecil menjadi sopir traktor.
Baru dia sadar bahwa kasih sayang adalah hal yang lebih besar daripada sekedar
romantisme. Regarder ensemble dans la même direction? Nunggu
sampai hampir akhir hayat :)

86651365

Abis tertunda lagi, akhirnya berhasil ditamatin juga buku Milan Kundera
ini, The Unbearable Lighness of Being in Bahasa Indonesia.
Menarik. Kalau nggak, aku nggak bakal repot-repot baca sampai tamat.
Alur waktunya maju mundur seenak penulis. Dan untuk efek yang lebih dramatis,
aku bacanya juga maju mundur seenaknya.

Ceritanya apaan sih?

Ceritanya nggak penting, sebenernya. Soalnya kayaknya Kundera lebih suka
mentransferkan nuansa-nuansa ide, baik nuansa dengan huruf biasa, huruf
miring, maupun huruf tebal. Huruf tebal? Yup, maksudnya bukan sekedar
nuansa, tapi bener-bener paradoks ide-ide dari sebuah fakta yang sama.

Misalnya apa ya … Ugh … Misalnya waktu tokoh Sabina sedang bersama
para mahasiswa Perancis berpawai menentang invasi Russia ke Ceko. Tangan
dikepalkan, slogan dikumandangkan mengutuk imperialisme Soviet. Tapi
Sabina sungguh terkejut, mendapati bahwa ia justru sedang berada di dalam
apa yang selama ini dimusuhinya dari para imperialis, baik fasisme maupun
komunisme, yaitu kejahatan yang merembes yang tergambarkan dalam bentuk
pawai dan barisan dengan kepalan tangan dan slogan-slogan.

Mengingatkanku sama sebuah pertanyaan sekitar tahun lalu: Kok pasukan
GAM juga bikin upacara bendera?

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑