Author: koen (Page 12 of 123)

C++ Maunya

Bikin buku tentang C++ ah, lengkap dengan STL, dan generic programming. Siapa ya yang mau nerbitin? Hmmm … online aja dulu kali ya. And free.

C++ dari O’Reilly


Serial C++ dari O’Reilly (oh, really?), minus buku pertama yang berjudul Core C++. Practical C++ adalah buku panduan mempelajari C++ dengan sedikit referensi. Nutshell berisi referensi dengan sedikit panduan. Pocket reference berisi referensi sangat singkat dalam kemasan kecil. Inget waktu kirim mail tahun 2001 ke O’Reilly nanyain buku C++, dan keliatannya waktu itu mereka nggak terlalu menseriusi C++. Udah merasa kalah sama serial C++ dari Addison Wesley kali.

The Real James Herriot

Kali-kali aku belum cerita di sini. Sebenernya, James Herriot adalah pemain bola dari Birmingham. Namanya diculik oleh dokter hewan bernama Alf Wight, waktu dia lagi cari-cari nama samaran buat bukunya. Alf, lahir di Sunderland, trus sekolah kedokteran hewan di Glasgow, dan bekerja di kota kecil di Yorkshire bernama Thirsk. Dia jadi asisten
dan kemudian partner seorang dokter hewan nyentrik abis bernama Donald Sinclair. Dia menikah dengan Joan, dan punya anak bernama Jim.

Gitu deh. Memang dia kreatif, dia suka nulis-nulis pengalamannya, tapi diubah sedikit-sedikit. Beberapa didramatisir, dan beberapa dikurangi tingkat keajaibannya. Kata Jim, yang sering dikurangi adalah tingkat keanehan perikalu Donald — kelakuannya yang asli jauh lebih ajaib daripada kelakuan Siegfried yang ditulis di buku.

Nah, RCVS melarang dokter hewan mengiklankan diri. Jadi buku dengan nama asli gitu bisa dianggap iklan. Maka si Alf harus bersusah payah cari nama palsu buat dirinya, keluarganya, partnernya, kota tempat kerjanya, dsb. Kebeneran dia suka bola … jadilah dia menculik nama James Herriot. Dan jadilah Herriot jadi nama yang mendunia, membuat Alf menerima penghargaan dari pemerintah Inggris, plus royalti yang besar (dikurangi pajak 80%).

Nah, kalau Alf pakai nama samaran, darimana kita tahu Alf yang sebenernya? Rumah di Thirsk memang akhirnya dijadikan obyek wisata, jadi banyak yang tahu. Tapi ada hal lain. Abis Alf meninggal (dimakamkan di York), Jim memutuskan menulis biografi bapaknya, dengan judul “The Real James Herriot“. Buku tulisan Jim ini banyak dipuji. Memang bagus sih: dia bukan saja jadi anak Alf, tapi juga jadi partner kerja sebagai dokter hewan di Thirsk.

Seandainya Mereka Bisa

Siapa sih Herriot yang dibahas di bagian awal weblog ini? Ada buku terjemahan dari Gramedia, judulnya «Seandainya Mereka Bisa Bicara» karangan seorang dokter hewan dari Skot dengan nama samaran James Herriot — dia kerja di kota kecil bernama Darrowby.

Cerita Herriot ini inspiring bener, dari waktu ke waktu, sampai buku Herriot rusak — keseringan dibaca. Nah, ada makhluk antik yang masuk ke website ini gara-gara cari tulisan yang membahas Herriot, dalam bahasa Indonesia. Tapi kecewa beliau, soalnya aku nggak punya informasi di mana bisa cari buku itu lagi, dan kapan ada yang mau nerbitin sekuelnya. Setidaknya ada 6 buku serial Herriot ini. Trus dijilid dua-dua jadi 3 buku. Buku pertama dan kedua jadi «All Creatures Great and Small».

Abis «Seandainya Mereka Bisa Bicara» berakhir, separuh bagian «All Creatures Great and Small» membahas bagaimana James kita bisa naksir putri seorang petani. Namanya Helen. Cuman James ini culun asli, jadi kerjanya serba salah melulu, dan bikin malu melulu. Tapi ujug-ujug, dapet juga dia akhirnya. Happy end. Tapi waktu mau nikah, Siegfried bikin ulah — dia ngasih order pemeriksaan TB untuk ternak. The show must go on. Abis pernikahan yang sederhana, pasangan baru itu mengawali hidupnya, berbulan madu di peternakan orang, memeriksa ternak satu-satu, dan Helen setia jadi asisten Harry Sufehmi, eh si James.

Errr … kalau ceritanya salah jangan protes yach. Aku nulisnya nggak sambil pegang bukunya sih.

Yet Another Visit to Books

Yet another visit to Pesta Buku Jakarta.
Yet another visit to Click ‘n’ Drag di Mangga Doea.
Yet another visit to QB-World, kali ini di Plaza Senayan.

Dan pulangnya masih sempat ngintip buku-buku di Amazon.
Sebenernya apa sih yang menarik dari buku. Sebenernya buku-buku itu udah nggak mempesona lagi, selain sebagai sumber informasi intensif (compared to majalah atau Internet yang menyajikan info sepotong-sepotong). Kayaknya kita lagi dikejar-kejar rasa bersalah aja, soalnya kita telanjur mengharuskan diri selalu lebih advanced setiap harinya.

Tiga Tahun Blogging

Ada berapa sih weblog personal punya orang Indonesia yang umurnya mendekati tiga tahun? Dan apa sih yang diceritain di weblog yang bisa bertahan lama gitu?

Tiga tahun, cukup untuk mengubah haluan. Mau bikin jurnal serius, malah jadi catatan harian. Mau bikin catatan harian, malah jadi ajang chatting. Mau bikin catatan ilmiah, malah jadi rubrik humor. Mau nulis rubrik humor, malah keasikan ketawa dan jadi lupa nulis.

Weblog ini, lucunya, fungsinya jadi sama dengan tiga tahun lalu, waktu mulai dibikin (tadinya dalam skrip PHP bikinan sendiri, sebelum dipindah ke Blogger): jadi misc notes.
Sempat sih, di tahun 2001, weblog ini jadi kantor berita buat aku yang males nulis email. Hal-hal yang biasanya didiskusikan rada detil di email jadi pindah ke weblog. Juga cerita-cerita dan foto-foto. Tahun 2002, weblog ini jadi mirror buat Dilbert, soalnya kisah keseharianku memang bikin aku jadi kayak prototype Dilbert. Tahun 2003, jadi … jadi gini lagi :).

Yang juga lucu, di setiap tahun, antara Maret s.d. April, aku selalu terpikir untuk mengakhiri catatan ini. Tapi nggak jadi lagi. Terlalu malas buat menutup catatan.

Yang jelas sih, kayak penulis buku «Surely You’re Joking, Mr Feynman», aku nggak menjadikan catatan ini sebagai semacam autobiografi, juga bukan tempat manifesto.

Aku belum cukup terbuka untuk bener-bener cerita tentang apa yang bener-bener aku pikirin setiap malam, apa yang aku kerjakan setiap hari, apa yang bener-bener pernah terjadi waktu aku kecil, dan apa yang mau aku lakukan di masa depan.

Barangkali … aku juga belum cukup terbuka untuk menceritakannya ke aku sendiri :D.

Waktu Kematian

«Orang suka bertanya, bagaimana perasaan kamu bahwa kamu tahu istri kamu akan meninggal tidak lama lagi» — cerita Feynman. Terkejut, resah, pasti. Tapi setelah itu hidup jalan terus. Dengan candaan dan kreativitas hidup yang nggak pernah berkurang, dan dengan pekerjaan yang nggak pernah habis. Hidup jadi berlangsung apa adanya. Seperti orang lain hidup.

Terus Feynman membalik pertanyaan itu. Seandainya ada makhluk hidup di Mars, dan makhluk itu tidak memiliki kemampuan untuk mati (kasihan yach). Kalau makhluk Mars itu datang ke bumi, dia akan sangat takjub mendapati manusia yang akan menghadapi kematian dalam usia rata-rata 60-an tahun. Takjubnya bukan karena kematian. Tapi karena manusia sadar bahwa mereka akan mati. Dan mereka tetap menjalani hidup dengan ceria, dengan dinamika dan kreativitas yang luar biasa.

«Apa yang terjadi pada kami, terjadi juga pada kita semua. Kita punya kepastian yang sama. Hanya saja kami memiliki waktu yang lebih pendek.» gitu lanjut Feynman. Maka waktu Arlene meninggal, dia tidak mau lama-lama melihat badan yang sudah tidak bernyawa lagi. Dia ambil barang-barang Arlene, dan kembali ke proyek, dan menolak orang-orang bersimpati. Hidup jalan terus.

Beberapa bulan setelah Proyek Manhattan selesai, Feynman jalan-jalan ke kota. Di sebuah etalase toko, dia lihat ada baju perempuan yang menarik. Arlene pasti pingin beli baju itu, pikirnya. Pikiran itu menyentaknya, dan membuat dia sadar bahwa dia benar-benar kehilangan Arlene. Lalu untuk pertama kali dia menangis.

Menangis juga manusiawi.

Arlene Feynman

Feynman konon memang beruntung. Selain cerdas, hidupnya juga penuh dengan hal-hal yang lucu dan menarik. Tapi kita suka lupa, bahwa yang menentukan kelucuan dan kemenarikan hidup kita itu kita sendiri.

Aku abis baca kisah Feynman dengan istri pertamanya, Arlene — nggak ada hubungannya dengan pacarnya Garfield. Arlene adalah primadona di sekolah Feynman, dan selalu punya pacar. Feynman baru bisa merebut hati Arlene waktu dia jadi siswa terbaik dalam bidang matematika, fisika, kimia, dan biologi; plus penghargaan khusus dalam bahasa Inggris, gara-gara dia bikin karangan yang berisi kata-kata rumit cuman buat iseng. Tapi terus Feynman harus kuliah di MIT. Mereka janji mau menikah abis Feynman lulus.

Tapi kemudian Arlene terdeteksi menderita Hodgin, semacam TB, tapi yang tak tersembuhkan. Dia divonis akan meninggal hanya dalam beberapa tahun ke depan. Mereka berdua terpaksa menghadapi vonis itu, dan menerima kenyataan terburuk. Feynman lulus, meneruskan ke Princeton, dan bikin tesis di bawah bimbingan Wheeler. Kondisi Arlene makin buruk. Jadi, abis lulus dari Princeton, Feynman menyatakan siap menikah.

Ortu Feynman jelas tidak setuju. Mereka lebih suka Feynman memulai karir yang bagus daripada menikah dan memiliki hidup bermasalah. Feynman menemui dokter lagi, minta diizinkan menikah. Kata dokter: bisa, tapi nggak boleh terlalu sering melakukan kontak fisik. Berciuman pun nggak boleh. Jadilah mereka menikah berdua, tanpa diiringi keluarga, dan pindah ke Princeton. Waktu itu Proyek Manhattan sudah dimulai di Princeton.

Di Princeton, Arlene tinggal di rumah sakit. Situasi berlanjut sampai Feynman harus pindah ke Los Alamos untuk mengerjakan kelanjutan Proyek Manhattan. Arlene ikut pindah ke Los Alamos, tapi selalu hanya di RS. Dari RS dia mengirim surat-surat aneh ke proyek. Di bulan Mei, dia mengirim koran ke banyak orang di proyek, dengan berita utama “RP Feynman Berulang Tahun”. Dia mengirimkan puzzle yang bikin Feynman selalu dimusuhi provost proyek (tentara). Dia juga beli panggangan, dan memaksa Feynman memanggang steak setiap weekend di tepi jalan umum.

Tapi … well … segalanya harus berakhir. Arlene meninggal setelah cukup lama tidak sadar. Waktu Feynman mencium rambutnya, dia merasakan keharuman yang sama seperti biasanya. Itu mengagetkannya. Arlene meninggal — sesuatu yang besar telah terjadi — tapi nyaris tidak ada yang berubah.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑