Month: October 2011

Surat dan Blog

Rapat anggaran minggu lalu di Bandung, rasanya mirip main anggar dua hari penuh. Rumah kehijauan di Bandung sempat disinggahi, tapi menjelang tengah malam, dan harus ditinggalkan lagi pagi2 sekali untuk main anggar lagi. Tapi dalam waktu sempit itu, aku sempat terpikir untuk mengambil satu document keeper berisi surat-surat Papap buat dibawa ke Jakarta. Surat-surat ini panjang-panjang, ditulis dalam waktu lebih dari 1 dekade. Tapi yang paling banyak adalah surat-surat dari Bangkok, waktu Papap sekolah 2 tahun di sana.

Papap memang rajin menulis.Tentu, di zaman orde baru, tentara tidak bebas menulis di media umum. Papap lebih banyak menulis soal teknologi dan strategi di jurnal-jurnal militer, plus paper-paper lain. Somehow kebiasaan semacam ini diwariskan.

Salah satu cara mewariskan kebiasaan ini adalah dengan menyuruh baca buku-buku. Salah satu buku fenomenal buat kami adalah Seandainya Mereka Bisa Bicara tulisan James Herriot. Ini dibelikan Papap buat kakakku sebenarnya. Tapi kami semua membacai dan mengulang baca buku ini. Tak seperti misalnya biografi kaum cerdas lain seperti Feynman yang melulu berisi kisah keberhasilan, atau Soe Hok Gie yang sengit menyerang sekitarnya, Herriot adalah profesional yang menghadapi keseharian hidup: keberhasilan yang manis, kegagalan yang memalukan, namun lebih sering datar. Namun Herriot dapat membuat tulisan yang menarik dari optimisme dan impressi yang diperoleh dari sekedar menatap awan dan padang rumput, menolong petani sederhana, menyendiri berkeliling Yorkshire di tengah malam, dll. Herriot mendorngku untuk mulai menulis hal-hal kecil, sambil mengajari untuk selalu optimis sekaligus realistis menatap dunia. Tahun 2010 lalu aku sempat ke rumah Herriot di Darrowby, dan sempat mengambil gambar catatan harian yang ditulisnya sejak masa sekolah.

Cara pewarisan kebiasaan menulis yang lebih efektif, tentu, dengan gaya Papap yang sering menulis surat panjang, elegan, serius, dan dengan demikian mendorong kami untuk membalas surat-suratnya dengan gaya yang setidaknya mulai mendekati gaya itu. Kami berempat mulai menulis surat panjang: diketik atau ditulis tangan, 1-3 halaman. Selesai cerita tentang pengalaman (yang tidak banyak untuk anak SMP masa itu), aku harus mengisi ruang dengan eksplorasi hal-hal lain, terutama ide-ide yang setengah jadi. Kami berempat memasukkan surat kami masing-masing ke sebuah amplop dan mengirimkannya ke Bangkok.

Kebiasaan menulis semacam itu membuatku mulai doyan menulis, biarpun ide yang dibayangkan belum jadi ide yang matang. Aku mulai punya catatan sendiri, yang diisi gabungan antara kejadian sehari-hari (yang tak banyak) dan kejadian di semesta (hahaha, lebay). Catatanku disusun dalam dua buku: Catatan harian, dan Surat untuk X. Tapi semua berakhir waktu aku mulai kuliah. Kuliah, seperti kantor, menguras sumberdaya waktu, memaksa kita belajar jadi profesional yang memiliki fokus, dll. Tapi keinginan menulis belum hilang. Aku mengakuisisi majalah Quad sebagai redaksi; menulis buku pelajaran komputer dengan pendahuluan yang selalu bergaya narasi; dan mulai mengirim tulisan ke Jawa Pos, Mikrodata, dll. Syukur mereka mau memuat tulisanku. Lalu datanglah Internet. Dan mail list. Dan personal web. Dan blog.

Tentu, buat aku, jadi blogger bukan keputusan atau pilihan. Itu terjadi secara alami. Aku doyan meracau dalam bentuk tertulis, dan aku menguasai apa pun yang bisa direpresentasikan dalam bentuk digital (sumpah, ini lebay). Bahkan sebelum ada CMS blog yang keren, aku membuat script buat blog-ku sendiri. Syukur, gak lama ada blogger.com; jadi aku bisa meninggalkan kegiatan scripting-ku, dan mulai menikmati proses menulisnya. Catatan pertama di blogku yang termigrasi ke blogger.com berisi rendez-vous dengan buku Herriot yang sudah mulai lusuh.

Blogku mulai teratur diisi waktu aku dalam masa pengasingan. Aku harus ikut program wajib di British Council beberapa bulan di akhir tahun 2000, tempat aku belum punya teman sama sekali, disusul kuliah di Coventry tahun sesudahnya. Di Coventry, aku mengakuisisi domain kun.co.ro. Dan sejarah berikutnya bisa dibaca di blog ini, haha. Sementara itu di Indonesia blogger-blogger berhimpun, membentuk komunitas-komunitas, dan menyusun event-event menarik.

Sebagai pecinta budaya digital, aku mulai doyan berkampanye buat blog, haha; termasuk memanfaatkan komunitas yang ada, mendorong komunitas baru, memanfaatkan organisasi dan company tempat kerja, dll. Mirip siram-siram lahan yang memendam banyak bibit, dan pura-pura kaget menyaksikan bunga beraneka warna tumbuh di atasnya. Kepercayaan dunia usaha akan nilai bisnis blog mulai dibangkitkan. Salah satu pelopornya a.l. Asia Blogging Network, yang mendorong memberikan value blog pada kualitas tulisan, bukan pada urusan jumlah klik. Masyarakat non-digital juga dikenalkan ke budaya digital melalui blogging, yang berawal dari teks, foto, lalu ke gaya hidup seperti kolaborasi pendidikan atau produksi secara online, promosi produk personal atau SME secara online, advokasi secara online, dll. Perhatian juga terarah pada content digital secara lebih luas. Dan aplikasi digital. Hmm, malah balik ke profesi asliku, haha. Berkembang, tapi moga bukan seperti gelembung kosong.

Blog sendiri, sebagai blog, ke mana dia? Mungkin ke masa saat keasikan menulis blog belum dinamai passion, saat obrolan para blogger belum dinamai komunitas, saat kicau bebas belum dinamai socmed. Saat itu blog boleh lepas dari sarang eksklusivitas barunya, dan kembali memberikan pencerahan dan optimisme buat dunia.

Selamat Hari Blogger :)

Kuliah Hari IEEE

Sejak tahun lalu, IEEE merayakan Hari IEEE. Iseng memang, kayak kekurangan hari :). Hari IEEE diharapkan dirayakan para anggota, tetap dengan gaya IEEE. Boleh melakukan kuliah umum, seminar, pertemuan teknis, atau pertemuan anggota, dan dianjurkan melibatkan publik. Dan soal melibatkan publik, tentu tujuannya bukan untuk membuka mata publik, melainkan justru untuk membuka mata para geek anggota IEEE mengenai pandangan publik.

Tahun ini, Hari IEEE jatuh pada 6 Oktober. Maka dalam beberapa hari, kami merancang dan mempersiapkan sebuah event. Tak perlu lama. Tak perlu perencanaan panjang untuk event kecil, dan tak boleh perencanaan mentah untuk event besar :). Atas usulan rekan-rekan di Indonesia Section, event bertemakan update atas teknologi LTE. Aku memberi judul IEEE Day Lectures on LTE Development. Pendukungnya, Indonesia Section, Indonesia Comsoc Chapter, UI Student Branch, dan ITT Student Branch.

Kami beruntung memperoleh izin melakukan kegiatan di @America. @America adalah ruang publik yang dimiliki Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, bertempat di Pacific Place Lantai 3. Sejak berdirinya, @America sering dan secara rutin melakukan atau mendukung kegiatan sosial dan budaya di ruangnya yang bergaya modern dan kental dengan nuansa hitech. Kegiatan semacam TEDx, Fresh, Akademi Berbagi dll rutin dilakukan di sini. OK juga kalau sesekali para geek IEEE berhimpun juga di sini.

Undangan disebar secara online melalui jejaring sosial, media komunikasi IEEE, dan jaringan kampus-kampus. Mungkin karena agak mendadak, tak banyak rekan dari luar Jakarta yang dapat hadir; termasuk Section Chair :).

Seperti yang sering diulas di blog ini, beberapa tahun terakhir ini Comsoc Chapter telah menyelenggarakan serial kuliah, seminar, dan pertemuan teknis untuk membahas berbagai aspek Jaringan Mobile 4G. Sejak tahun lalu, beberapa penyelenggara network telah menggelar uji kaji jaringan LTE dan WiMAX sebagai pendahulu 4G. Maka kuliah umum Hari IEEE ini ditujukan untuk memberikan update tentang hasil trial, implementasi, dan implikasi rencana 4G, khususnya di Indonesia. Ini juga akan jadi pembuka untuk serial seminar berikutnya yang akan berfokus pada berbagai aspek 4G secara terpisah: cognitive radio, context-aware apps platform, broadcast, dll.

Tanggal 6 sore, cuaca Jakarta cukup cerah. Kami mengisi energi sebentar, bersama tim ITT Student Branch, di resto Ta Wan di Pacific Place Lt 5. Saat langit menggelap, kami turun ke @America, dan menerima briefing sebentar dari Mbak Lulu, yang betul2 meluangkan waktu dan resource lainnya buat mensukseskan kegiatan ini. Pukul 19:00, event dimulai dengan pembukaan oleh Adeline dari @America, lalu acara dikendalikan MC Satrio Dharmanto dari IEEE Indonesia Section.

Speaker dalam kuliah umum ini:

  1. Kuncoro Wastuwibowo, Introduction to IEEE, and 4G Mobile Technology
  2. Anto Sihombing, Digital Video Broadcast over LTE Network
  3. Hazim Ahmadi, Lesson Learnt from LTE Trial in Indonesia
  4. Arief Hamdani Gunawan, Regulatory and Industry Aspects of LTE

Kali ini memang aku tak banyak aktif memberikan kuliah, karena banyak materi yang lebih menarik dapat disampaikan rekan-rekan; terutama Anto dan Hazim yang mulai aktif atau aktif kembali mengisi forum-forum internasional. Aku sekedar membuka mewakili IEEE :). Tapi ada yang membuatku mendadak tercekat. Waktu aku menyebut motto IEEE “Advancing Technology for Humanity” — pengembangan teknologi demi harkat kemanusiaan, mendadak tersergap kesedihan akan meninggalnya Steve Jobs pagi harinya (WIB). Ya, Steve memang tokoh luar biasa, yang secara komprehensif (bisnis, seni, teknologi) telah memparipurnakan hidupnya buat pengembangan teknologi yang meningkatkan nilai hidup manusia. Memang baru masyarakat urban, barangkali. Tapi itu tugas kita untuk terus menerus meningkatkan harkat kemanusiaan secara universal melalui teknologi.

Jumlah peserta kuliah Hari IEEE ini mencapai 50 orang. Peserta berasal dari universitas (UI Jakarta, ITT Bandung, UGM Yogya, dan beberapa kampus lain), operator (Telkom, Telkomsel, dan XL Axiata), pemerintah (Depkominfo), konsultan, dari IEEE sendiri, dan dari kalangan lain yang meminati teknologi mobile. Dari IEEE tampak Pak Arnold Djiwatampu yang juga Past Chair dari Indonesia Section, dan Mr . Arifin Nugroho yang juga chair dari COMNETSAT.

Terima kasih, @America, volunteer IEEE, para mahasiswa, para peserta, dan para speaker, yang membuat Indonesia dapat menyelenggarakan Hari IEEE dengan sukses! Advancing technology for humanity!

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑