Bad Science

Konon memang pernah ada masanya dokter di negeri ini diluluskan dengan ujian “multiple choice” dan bikin beberapa rekan khawatir mempercayakan kesehatan kepada dokter. Sebaliknya, di negeri lain, profesi yang — menurut poll — dianggap paling terpercaya adalah dokter. Poll ini diadakan di Inggris. Di negeri itu, profesi yang paling tak dipercaya adalah — hahaha — jurnalis. Agen real estate bahkan dianggap lebih dipercaya daripada jurnalis — sialan :). Bayangkan apa kata poll itu kalau blogger dan penulis pesan di mail list dianggap sebagai profesi. Wow, aku yakin mereka lebih tak dipercaya lagi.

Tapi itu hasil poll. Dalam keseharian, orang ternyata lebih percaya issue di mail list, di blog, dan di koran/TV daripada pendapat ilmiah yang dikeluarkan ilmuwan atau dokter. Salah satu contoh yang sempat membuat para dokter marah besar adalah soal vaksinasi MMR (measles, mumps, rubella). Seorang dokter menuduh vaksinasi itu menyebabkan autisme. Segera media menggembar-gemborkan soal itu, tanpa peduli opini mayoritas kalangan ilmiah yang tak sependapat dengan seorang dokter itu. Hasilnya, terjadi lonjakan jumlah kasus akibat kurangnya vaksinasi, yang mengakibatkan kematian.

Maka seorang dokter lain, Ben Goldacre, membuat simpulan: jurnalisme berbahaya bagi kesehatan. Secara keras ia mulai menulis melawan pseudoscience yang sering dikemas sebagai “pengobatan alternatif” :). Tulisan2nya kemudian dikemas dalam buku Bad Science. Tentu bukan menohok para jurnalis. Justru ini untuk mulai mencerahkan jurnalis dan masyarakat yang masih buta sains. Tujuannya untuk membuat kalangan jurnalis mulai bisa mengemas mana hal yang ilmiah dan mana yang pseudoscience dan mana yang jual jamu berkedok pengobatan alternatif dan mana yang merupakan overhype dari pabrik obat. Buku Bad Science memberi contoh misalnya homeopathy, bracelets yang bermain di efek magnetik,  dan contoh lain. Tapi terutama ia memberikan contoh metode ilmiah yang benar yang diterapkan pada pengobatan, termasuk testing dengan efek placebo dan faktor-faktor lain yang cukup kompleks. Goldacre benar2 ingin pembacanya tervaksinasi terhadap nonsense2 berikutnya yang akan mereka hadapi di media atau di mana saja.

Namun, Goldacre juga mengingatkan kembali: sains tidak memiliki autoritas yang monolitik. Sains sendiri tetaplah proses untuk terus menerus mempertanyakan dan pengujian yang jujur dan terus menerus untuk mencari jawaban.

Kesimpulan: buku ini tak direkomendasikan. Membaca buku ini bisa membuat kita dimusuhi saudara, tetangga, blogger, agen MLM, dan kalangan terdekat kita. Lebih baik hidup damai sajalah, kata penatar P4, dan kata orang besorban penjaja SMS Premium di TV.

16 Replies to “Bad Science”

  1. oplah & trafik sering kadang mengalahkan sains..
    eh tapi skrg banyak kok dokter yg agen mlm jg :)

    • Sebenernya talking dengan dokter yang paham trafik, valuetainment, conceptual age, dll semacam ini … cukup menakutkan :) :) :).

  2. Nice, thanks for sharing.

    Saya pertama kali kenal dengan mas Ben Goldacre ini ketika sedang research mengenai “brain gym” (duhh) – http://www.badscience.net/category/brain-gym/

    Ada keluarga yang tertarik soal ini, jadi saya kabarkan saja artikel mas Ben ini. Tapi tetap saja ybs ikutan sesi training Brain Gym :)

    Dan katanya ada tuh pengaruh positifnya. Sugesti :) memang otak manusia itu powerful sekali, sampai bisa mengadakan yang tidak ada.

    • Ya, udah disinggung dikit di atas: efek placebo. Mas Harry (dan Mas Dhani) memang pas untuk memimpin Partai Anti Pseudoscience Indonesia :).

  3. Mirip dengan buku Broca’s Brain oleh Carl Sagan. Meski memang untuk standar sekarang banyak “myth” yang dibahas di sana sudah cukup outdated (bukunya ditulis pada tahun 1970-an).

  4. Wow, di sana dokter sangat dipercaya yah. Di sini sepertinya beberapa kalangan sudah ada yang meragukan, terutama Ibu saya……

    • Maka itu, pilihlah dokter yang terpercaya dan berdedikasi, selalu terupdate ilmunya, dan punya blog :) :).

    • Ya sih :). Temen saya di awal paragraf 1 yang pernah tidak mempercayai dokter itu akhirnya memetik hasil: menikah dengan dokter, wakakakakakakaka :)

  5. Bagian yang–mungkin–akan menarik adalah kalau profesi-profesi ilmiah juga merangkap ke profesi media.

    Misal Pak Koen. Praktisi Telco beririsan dengan blogger beririsan dengan seleb.

    OoopS! :D

  6. Setuju dengan pendapat Yessi di atas. Makanya, sebagai seorang yang sudah dikenal sebagai penulis, saya pun harus menulis dengan dunia yang bersinggungan dengan kehidupan saya secara sains dan attitude. Nah lho!

  7. permisi kang/mas… mao bobo, nggak merem-merem, yaaa aku walkingan lagi dech…. kang/mas, aku add link-nya ya… dan jika berkenan, silahkan add juga link-ku…terimakasih

Leave a Reply to Yessi Pratiwi Surya Budhi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.