Month: August 2008

Mobile Monday

Mobile Monday adalah forum para profesional bisnis mobile. Konon dulu mereka coba berkopdar bersama, dan menemukan bahwa waktu lowong bersama satu2nya adalah Senin malam. Maka jadilah kopdar berkala bernama Mobile Monday itu. Setiap kopdar mendiskusikan sebuah tema. Forumnya jadi menarik, dan menyebar. Forum ini masuk ke Jakarta tahun lalu. Dan tadi malam aku untuk pertama kali menghadirinya.

Tempatnya di kisaran Pasar Festival, dimulai lepas Maghrib. Tema semalam adalah iPhoneOS Applications Develeopment. Wah, rada pas dengan entry blog sebelumnya :). Apple membuat perancangan aplikasi ini mudah, dan gratis. Semua SDK dapat diunduh. Tapi aplikasinya sendiri hanya akan jalan di iPhone dan iPod Touch, dengan penetrasi pasar internasional mencapai 12 juta. Hey, ini 12 juta orang yang suka buang2 duit (memilih MacBook daripada notebook murah, memilih iPod bahkan iPod touch daripada MP3 player).

SDKnya sendiri baru dirilis pada 6 Maret 2008, namun telah terunduh seperempat juta kali, dan menghasilkan ribuan aplikasi komersial yang didistribusikan melalui iTunes AppStore. AppStore sendiri telah mengunduhkan lebih dari 60juta aplikasi sejak 10 Juli 2008. SDK ini dipresentasikan oleh Mark Hanusz dari Equinox Apps, serta Ari Budiharto Soetjitro, satu2nya Apple-Certified Trainer di Indonesia.

Tapi presentasi dan diskusi itu cuman setengah acara. Sisanya adalah networking. Jadi aku habiskan waktu dengan mencari teman2 diskusi. Baru sempat chat dengan Andry Huzain of Detik, Herdiansyah (freelance designer), Vishnu K Mahmud (sering baca namanya, di mana aja ya), Anugrah of Telkomsel, dan Budi Putra (hehe, ketemu aja); malam sudah melarut. Heh, perbincangan yang asik memang merangsek konsep waktu :). OK, perbincangan harus dilanjutkan lain hari.

Platform Smartphone Masakini

Analis pasar Canalys melaporan: Symbian masih jadi platform aplikasi terminal mobile terbesar secara internasional: nyaris dua pertiga pangsa pasar. Padahal setiap terminal dipungut royalti US$5. Tapi khusus di US, pangsanya berbeda: pasar dikuasai Microsoft (Windows Mobile), Apple (iPhone), dan RIM (Blackberry). Dan kalau kita lihat, semuanya adalah platform yang bersifat propietary. Linux punya share kurang dari 10% saja.

Platform berlinux a.l. Android, LiMo, dan Openmoko. Android merupakan ekspansi Google ke dunia mobile. Arah pengembangan bersifat open source, berbasis Linux, tetapi menggunakan virtual machine mirip Java, jadi mirip iPhone (Apple) atau Brew (Qualcomm). Semua tools bisa didownload gratis dari Google. LiMo baru mengeluarkan spesifikasi API, dan baru berencana meluncurkan SDK. Tapi dokumen selain spek API baru bisa didapat setelah kita mendaftar ke Yayasan LiMo dengan membayar US$40000.

Menariknya, beberapa platform propietary nampaknya tengah bertransisi ke arah open source. Symbian termasuk di antaranya. Platform yang juga bertransisi adalah MOAP dan Palm. Ya, palm yang pernah populer di PDA itu tengah bertransisi dari PalmOS propietary ke OS baru berbasis Linux.

Apa nih, pengaruhnya buat kita?

IEEE ASEAN Sections Meeting

Bersamaan dengan ICTEL yang diselenggarakan oleh ITT di Hotel Preanger (Bandung), dikonduksikan juga IEEE ASEAN Sections Meeting. Aku hadir — selain karena harus — juga karena harus di Bandung untuk mengurus administrasi kepindahan. Hadir para pimpinan sections dan chapters dari Malaysia, Filipina, dan tentu Indonesia. Kita berbagi pengalaman mengelola organisasi profesional yang tumbuh di masyarakat yang kurang lebih serupa ini (biarpun salah satu keserupaannya adalah heterogenitas yang luar biasa). Skema2 kerjasama juga dirumuskan. Tak terlalu lengkap aku menghadirinya. Masih banyak kegiatan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat selama di Bandung. Termasuk ke dokter.

Foto sebentar:

Saat ini IEEE diposisikan sebagai organisasi serius, technology-oriented, high value. Tapi coba kita bayangkan, misalnya IEEE direposisi jadi komunitas funky engineers (jangan berpikir tentang Dilbert), dan diskusi teknis dikemas dengan warna kopdar. Gimana, bakal lebih OK nggak?

Meeting berikutnya dilakukan tahun depan di … Cebu ?

Pasar Kreasi (beta)

PasarKreasi, satu lagi portal komunitas di Indonesia. Yang satu ini ditargetkan untuk para pecinta seni: para creator dan appeciator. Di situs itu, karya seni bisa diunggah, dipamerkan, dan nantinya bisa ditransaksikan juga (setelah launching resmi). Forum, berita, dan perbincangan dengan para expert juga tersedia.

Kategori yang digelar meliputi game, edutainment, musik, animasi, desain grafis, dan fotografi. Lainnya menyusul. Judulnya masih beta :). Tapi fungsi-fungsi teknis sudah bekerja, dan siap diuji coba beramai2. Yuk, kita coba. Saran besar kecil, sila di comment blog ini saja.

Tea Addict

Melalui agregator pribadi ra.me-ra.me, blog seorang Irfan Setiaputra memang rutin aku baca. Dan buat kita, tidak aneh seorang Country Manager sebuah perusahaan multinasional menulis blog. Memang sih, sebagai orang tenar, blognya jadi cuman setengah personal (dan setengah humas — haha). Tapi undangan di blognya luput aku baca. Hari2 setelah kepindahan ke Jakarta ini memang belum … belum serasa menjejak bumi lagi :). Hanya setelah ada undangan langsung, aku menyanggupi untuk datang menemui salah satu tokoh IT nasional ini. Dan hadirlah aku di Tea Addict, sebuah café di sekitar Sudirman.

Pak Irfan tampil kontras denganku. Beliau dengan warna putih, dan aku dengan hitam-hitam. Peserta bincang sore itu hanya belasan orang saja. Yang aku baru saja lihat a.l. Ivan Lanin. Sekaligus membuktikan kebenaran tesis Indra Pramana bahwa Ivan Lanin dan Kuncoro memang dua orang yang berbeda. Aku duduk bersebelahan Harry Sufehmi, dan Pak Irfan bersebelahan Mas Pepih Nugraha di depanku. Perbincangan lebih banyak ke soal aktual Cisco, organisasinya, arah bisnisnya, plus cerita2 menarik. Nggak usah ditulis di sini lah. Biar beliau menulis di blognya sendiri.

Di sesi diskusi, karena peserta masih sungkan, aku mengawali diskusi dengan strategi penetrasi budaya ke korporasi; misalnya Internet 2.0 ini. Kita tahu, level direksi dan level officer sangat2 paham tentang hal2 berkenaan dengan new marketing strategies ini. Tetapi level antara keduanya ini kadang jadi penghalang yang rigid, dan ini umum terjadi di mana pun. Pak Irfan menjawab cukup panjang, dengan berbagai formulasi strategi; termasuk skala perusahaan, hingga … ummm … pembersihan. Kemudian ganti kita diskusi tentang kondisi aktual bisnis infokom di Indonesia. Wise juga beliau ternyata (hehe). Tak hendak melakukan diskusi berdua saja, aku kemudian set silent; dan syukurnya rekan2 lain mulai ramai berdiskusi juga. Perbincangan panjang dan menarik itu diakhiri dengan sesi makan malam. Tentu dengan diskusi juga :).

Foto2 … haha, kebetulan aku lagi tak terlalu lincah menembaki orang2 hari2 ini. Ini diculik dari blog Pak Irfan:

Oh, terima kasih Pak Irfan atas sharing wawasannya yang OK nian. Terima kasih Cisco untuk kesempatannya.

Sambikerep – Tritik

Kampusku (d.h.i yang Brawijaya, bukan Coventry) memang rada ndeso: akrab bener sama urusan pedesaan :). Waktu kampus lain sibuk urusan pemloncoan (dengan berbagai nama dan tujuan yang keren2, tapi bohong); fakultas teknik di kampusku malah bikin KKM. Aku lupa kepanjangan aslinya — yang teringat cuman Kamp Konsentrasi Mahasiswa. Lebih seram dari pemloncoan, kami benar2 dikirim ke desa terpencil untuk membangun jalan makadam dan saluran air, dengan hanya dibekali kaos oblong sepotong, dan tentu sambil dimaki2 dan disiksa2 juga. Pulang pada tewas, tapi entah kenapa tetap bahagia: tenaga dan waktu yang kami buang tidak sia2, dan memberikan hasil nyata buat warga dusun2 terpencil di pelosok Jabung.

Sebagai bagian dari kurikulum, ada Praktek Kerja I (umumnya di lab, tapi boleh di luar) dan Praktek Kerja II (umumnya di perusahaan2 — aku sendiri ambil di LEN, Bandung). Tapi juga ada KKN (Kuliah Kerja Nyata, sebelum diberi kepanjangan lain menjelang reformasi), dimana mahasiswa wajib turun ke desa terpencil (lagi) selama 2-3 bulan buat membaktikan ilmu. Barangkali waktu itu aku masih sosialis (belum anarkis), jadi malah amat sangat suka sama acara kerja bakti paksaan kayak gitu. Membuang kota & egoismenya jauh2, naik ke desa2 di lereng2 gunung, menemui manusia sungguhan, belajar dari mereka, dan menyerap kemanusiaan secara … surealistik, haha. Andai udah ada blog di zaman itu :p.

Aku sendiri berKKN di dua desa: Sambikerep dan Tritik, di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Nganjuk :) — bahkan baru kali itu aku menginjakkan kaki di negeri itu. Camat Rejoso sendiri yang selalu in touch dengan kami, dan memaksa kami berposko di ibukota kecamatan: Desa Talang. Sambikerep terletak 9 km dari Talang, dan Tritik 15 km dari Talang, ke arah yang berbeda. Tidak ada angkutan umum ke kedua desa. Tritik lebih parah, karena jalannya ekstra rusak, serta melintasi hutan jati beberapa kilometer. Desa Talang sendiri dipenuhi sawah dan kebun tebu.

Desa Tritik

Tim kami terdiri atas dua kandidat insinyur elektro, dua ahli perikanan, dua akuntan, satu dokter, satu ahli hukum, satu ekonom, dan … wah agak banyak. Hmm, aku pikir kombinasi kayak gitu, plus keusilan dan fakta bahwa kebetulan aku satu tim dengan para aktivis kampus masa itu, bisa dijadikan bahan blogging 1 tahun :). Dan nyesel deh, kenapa zaman itu belum ada plurk juga ya :). Bersambung ah.

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑