Carmen dan Simfoni Kelima

Malam minggu ini digunakan untuk menikmati performance dari Nusantara Symphony Orchestra di Balai Sarbini (Jakarta). Di bawah judul Heart and Passion, orkestra yang diketuai Miranda S Goeltom, serta dipimpin conductor-nya oleh Hikotaro Yazaki ini menampilkan Simfoni Kelima dari Beethoven dan cuplikan opera Carmen dari Bizet. Orkestra dikonduktori langsung oleh Hikotaro Yazaki (yang ternyata apprentice dari Seiji Ozawa).

Simfoni kelima barangkali adalah simfoni Beethoven yang paling terkenal. Dulu digunakan untuk menunjukkan “motif” dalam musik (dan kemudian dianut secara fanatik oleh Wagner). Motif empat nadanya ini langsung terpapar dari birama awal, berulang, dan berulang, kemudian bervariasi, dan memaksa kita terus mencari, sambil riang; sambil tersentuh, entah oleh bagian mananya. Aksen2 dipaparkan dengan kontral antara nada keras, nada lembut, dan disonansi. Ya, simfoni kelima ini juga termasuk pelopor disonansi dalam musik klasik. Konon ini menceritakan tentang suatu malapetaka dahsyat yang tertanggulangi dengan tekat membaja dan kekuatan hati yang mengagumkan.

nso2008-01.jpg

Carmen juga masterpiece dari Bizet. Baru malam ini aku menseriusi opera Bizet (biasanya aku memilih yang versi nada tanpa kata saja). Dan baru baca ceritanya juga. Dibawakan dalam bahasa Perancis, Carmen menceritakan wanita petualang gipsi di Sevilla (Spanyol) yang terlibat cinta segitiga dengan serdadu Don Jose dan matador Escamillo. Gaya bernyanyi tokoh Carmen tentu harus dibuat urakan, dan baru melembut saat2 akhir, sebelum Jose membunuhnya, saat Escamillo tengah bertarung melawan seekor banteng. Vokal dibawakan oleh Sarah Sweeting sebagai Carmen, Aning Katamsi sebacai Micaela (tunangan Jose), Ndaru Darsono sebagai Jose, dan Harland Hutabarat sebagai Escamillo. Selain tentu harus kagum pada Sarah dan Aning, aku juga kagum pada suara Escamillo dari Harland. Hmm, dalam opera2 Nibelung, yang satu ini akan pantas jadi Hagen atau Alberich.

nso2008-02.jpg

Ruang tertutup ini menarik juga untuk menyegarkan pikiran, plus menambah semangat; untuk kembali ke perjuangan di luar sana. Yuk.

Laporan yang lebih menarik telah ditulis oleh:

14 Replies to “Carmen dan Simfoni Kelima”

  1. halo saudara koen… terimakasih karena mengagregasi blog saya.

    cepat sekali review dari bung koen untuk konser ini… saya sendiri masih meramu kata untuk melukiskan konser kemarin…

    salam

    • Beda donk. Kalau expert yang nulis memang harus diramu. Kalau penonton awam yang nulis, bisa lebih cepat kayak gini. Dan saya bangga boleh mengaggregasi blog Mas Mike. Eh, panggilannya apa ya?

      • Panggil saja mike… memang nama panjangnya michael…

        Saya yang merasa terhormat. Ternyata Mas Koen penggemar Wagner ya? Sayang Wagner belum menyentuh Indonesia…. Padahal…

  2. curang…infonya ngga dibagi-bagi :p “seharusnya” bisa dibela-belain ke jakarta untuk nonton :(

  3. Halo! Makasih sudah mampir! Salam kenal!

    Saya juga nonton NSO dan kebetulan menuliskannya. Tapi belum dipajang di blog.. hehe..

Leave a Reply to Koen Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.