Bohr dan Einstein

Buku Richard Feynman (Surely You’re Joking) menyinggung perjumpaan Feynman dengan Bohr (Niels dan Aage). Niels Bohr senior disebut sebagai sulit dipahami kata2nya yang terlalu menggumam, sehingga kadang2 Aage jadi juru bicara. Tapi bukan cuma Feynman yang memiliki impresi serupa. Abraham Pais juga mencatat bahwa gaya bicara Bohr teramat sulit dimengerti, penuh gumaman. Ditambah lagi dengan obyek pembicaraan Bohr yang tidak pernah mudah :). Saat itu, ketidaksetujuan Albert Einstein (yang dengan teori fotoelektriknya sebenarnya menjadi pemicu teori kuantum) atas teori kuantum membuat diskursus fisika sedang memanas.

Di suatu siang, Bohr yang sedang bersama Pais, sedang sibuk menjelaskan kenapa pendapat Einstein, biarpun masuk akal, tetapi memiliki kelemahan telak. Dengan gaya menggumamnya, yang terdengar oleh Pais adalah nada naik dan turun dari bahasa Inggris dialek Denmark, dan nama Einstein yang disebut berulang. Menatap jendela, makin asyik Bohr menguliahi Pais, dan semakin lama yang terdengar hanya nama Einstein, gumaman, Einstein, gumamam, dst.

Saat itu, Einstein masuk ke ruangan.

Einstein berjalan berjingkat-jingkat, tersenyum pada Pais, lalu melihat Bohr. Bohr tak mendengarnya, masih asyik menatap jendela sambil meneruskan gumamannya, dan menyebut nama Einstein. Saat Einstein makin dekat, Bohr menoleh, dan dengan kaget melihat kepala Einstein sudah dekat kepalanya sendiri. Gaya kaget Bohr dilukiskan seperti orang yang sedang sibuk memuja roh leluhur, dan si leluhur betul2 menampakkan diri. Mereka diam sebentar. Lalu dengan ramah Einstein berkata bahwa ia dilarang dokter membeli tembakau lagi. Tapi dokter tak melarangnya mencuri tembakau. Jadi itu yang tadinya akan dilakukannya.

Kesunyian berubah menjadi tawa yang renyah.

OK, jokes semacam ini mendingan dipisah jadi blog tersendiri: http.koen.cc. Tak harus jokes pribadi, kerana hidup lagi tak terlalu lucu. Senyum yuk, untuk hidup yang singkat ini.

Update: Bohr termasuk fisikawan yang disukai pada zamannya. Ia terobsesi pada hal yang diyakininya benar, siapapun penemunya (tak seperti Newton misalnya). Obsesinya kadang mengganggu. Pernah ia memojokkan Schrödinger sampai ke kamar tidurnya untuk berdiskusi, saat Schrödinger sedang flu dan benar2 ingin tidur. Tentu diskusinya jadi satu arah. Perseteruan ide Bohr vs Einstein (yang justru mempererat persahabatan keduanya) sendiri baru padam setelah keduanya meninggal.

12 Replies to “Bohr dan Einstein”

  1. Gaya bicara menggumam dan obyek pembicaraan yg tdk mudah? Kyknya gak asing deh..

  2. Hehehe jadi inget secara gua Physicists juga. Dahulu ada seorang rekan, Adong (Meier Katio) yang hobby sampe tau segala sesuatu tentang sejarah para fisikawan ini. Aku paling seneng godain dia dengan pura-pura tidak perduli, dan dia senang godain balik dengan bilang “Di, tenang nanti anak kau aku ajarin fisika”. Alahhhh Jangan donggg kasian anakku kataku… Sayang ybs setelah bersusah payah merintis menimba ilmu fisika untuk menjadi seorang pengajar yang baik (I’m sure of it) telah mendahului kami semua. Adong, selamat ber-Bohr ria ya disana. Salam tampar-tampar aja kalo ketemu Einstein. Bikin hidup gua sulit aja dapet kuliah gituan. Satu lagi Schrodinger. Salam gampar aja Dong! :D

  3. @Kaitokid: Semoga sukses dengan proyeknya :)

    @Anis: Misalnya? Ooh, si OK itu ya? Iya sih.

    @Adinoto: Mengingatkanku juga pada Pak Kapil, dosen Fisika Modern-ku, yang memaparkan persamaan Schroedinger sampai 3 minggu, lewat jam Maghrib; dengan kecekatan seolah persamaan aljabar biasa. Insya Allah damai ia di sana, bermain2 persamaan semesta yang terindah.

  4. sayang…guru fisikaku jaman smp, sma dulu gak seinspiratif guru-guru mas-mas. Dulu kupikir guru semacam itu cuman ada di negeri ‘dongeng’ :-)

  5. Sejujurnya, aku lagi cari momentum untuk memancing Mas Kun mempertemukan tokoh-tokoh hebat ini dengan semacam ‘lkal’ dari laskar pelangi. Momen seperti apa ya kira2…

  6. @Aceng, moment yang bagus : promosi Speedy yg dibundling bonus buku Maryamah Karpov.
    Setuju nggak mas Koen? Maksa nih..

  7. @Sisca: Aku beruntung disekolahkan di tempat yang bagus, haha :). Guru kimiaku menceritakan teori kuantum seperti dongeng yang menarik :). Tapi tentu di sisi lain, sialnya, kami juga punya guru PMP :(.

    @Dina: Duh, harus berurusan sama birokrasi Telkom? Dina aja deh.

    @Rachavidya: Wah, kebetulan aku agak hafal wajahnya Bohr, haha. Tapi kalau kita hafal wajahnya Einstein, dan kita ingat bahwa Planck lebih tua dari Einstein, kita bisa yakin bahwa itu bukan Planck.

  8. tu gambar pernah saya temukan di buku Quantum for Beginner, dan itu kalo g salah foto itu perbincangan Einstein dan Plank membahas tentang teori Bohr n yang dibantah Einstein itu. Kalo g salah, si Einstein mengajukan percobaan kotak cahaya yang akhirnya lagi2 dipatahkan Bohr

  9. hi mas koen, dosen fisika modern nya pak kapil? apakah mas kuliah di kota Malang? Universitas Brawijaya? terima kasih

Leave a Reply to sisca Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.