F: “Jadi? Besok?”
K: “Besok. Tapi ..”
F: “Tapi?”
K: “Kalau ketemu aku jangan kanget ya. Aku pendiam, susah ngobrol, dan nggak serame di mail list.”
Itu kisah dengan seorang ikhwan dari Isnet 10 tahun yang lalu. Bukan sesuatu yang unik. Aku yakin, 68% dari kita pernah harus mengucapkan hal yang sama. Kaum2 antisosial, merasa bisa bersosialisasi dengan baik saat menemukan Internet, tapi ternyata masih bisa dibilang menyedihkan untuk komunikasi interpersonal yang sesungguhnya.
Tapi, well, itu sepuluh tahun yang lalu. Aku udah banyak berubah, udah belajar menyukai keramaian, belajar berani mulai mengajak bicara, belajar naik panggung tanpa menampakkan kegugupan lagi, belajar berteriak, belajar terbuka ke orang lain. Pokoknya bukan aku yang sama dengan aku yang di kampus, yang di Isnet, yang … yang itu deh.
Masa?
Haha :). Masih :).
Test ini aku ikuti mengikuti link dari Nita. Menarik, sebagai kegiatan yang membuka hari pertama tahun 1429. Bagaimanapun, sebelum kita menyusun target, membuat list resolusi, dll, kita perlu meluangkan waktu untuk kembali mengenali diri kita. Mencari tahu … ada di mana kita sekarang.
Hmm, ada di mana sih?
Semalam, tahun baru dirayakan bersama rekan2 Isnet di BSM. Oh ya, baik umat Muslim maupun Yahudi mengawali hitungan hari selepas Maghrib. Jadi waktu itu lah tahun baru Hijriyah dipancangkan, bukan tengah malam seperti tahun baru Masehi. Di layar ditampilkan wajah2 Isnet belasan tahun lalu — waktu aku bahkan belum pernah dengar nama Isnet. Tapi memang langsung terbayang detik2 pertama aku bergabung dengan Isnet, dan pada saat yang sama juga dengan Internet :). Isnet dulu, via BBS, baru Internet. Lucunya, bentuk bayangannya bukan semacam nostalgia. Lebih mirip list berisi visi2 yang aku perkuat, yang aku ubah, yang aku lupakan. Aku bangga ada prinsip yang aku pegang, tapi juga bangga bahwa aku punya kekuatan melepas prinsip yang pernah aku pegang. Trus, aku baru ingat: malam tahun baru memang pas untuk menimbang :). Membuat beberapa point resolusi, termasuk. Tapi, sambil minta maaf ke Nita (ya, Nita yang sama dengan yang di atas), resolusi yang aku buat nggak bersifat public. Maaf ya :).
Kembali ke hasil test. Hasilnya INTP. Lucu, kayak aku bilang tadi. Aku merasa sudah melakukan perubahan diri agak radikal. Tapi, misalnya, level introversi masih besar. Misalnya jadi 55%, aku pikir OK. Tapi 79% itu (di atas setengah akar dua!!!) menunjukkan sesuatu yang nyaris absolut. Dan justru sifat ini yang sibuk aku perangi, karena aku berpendapat bahwa interdependency lebih berharga daripada single fighter selalu. Nilai 68% untuk intuisi dan thinking, walaupun memang gue banget, juga nggak menarik; secara 68% adalah angka yang biasa diambil oleh tukang ngasal. Jadi kesannya test ini palsu juga. Hush :).
Hasil test rekan2 lain:
Anita Pratanti: INFP (beda 1 sama aku)
Arie Kusumaatmaja: INTJ (beda 1 juga)
Budi Rahardjo: ENFP (beda 2, pantesan jarang nyambung, haha)
Bagaimana dengan Anda?
INTJ … still.
Jennie = INTJ
Selalu INTP. Kok sama ya mas??
Yang belakangnya J (haha), kayaknya bakal sering mismatch sama aku deh :D :D.