Di awal April 2001, aku nulis
soal Bondan Winarno, orang yang sungguh menarik dengan catatan moralis yang
menggugah kepedulian kemanusiaan kita. Tapi seperti juga orang
lain, BW bisa berubah. Mulai kapan? Nggak tau. Kali mulai dia
diangkat jadi Pimred di SP.
Tulisannya nggak mementingkan soal moral lagi.
Waktu berita-berita dunia memamerkan kekejaman otoritas, milisia,
dan para penduduk Israel (baca di media seperti
BBC, jangan
CNN yang jelas-jelas sering menciptakan
dan memalsukan berita); BW dengan suka cita
memamerkan perjalanan
penuh sukacita ke daerah penjajahan itu.
Waktu pemerintah Indonesia semena-mena menaikkan harga sumber-sumber
energi di Indonesia, dan rakyat panik menghadapi biaya hidup yang
terus meningkat, BW malahan cerita tentang champagne. Aku
nggak keberatan kalau orang non-muslim bercerita tentang minuman
beralkohol. Aku lebih keberatan tentang rokok, yang di samping
meracuni pemakainya juga secara langsung meracuni orang-orang di
sekelilingnya. Tapi soalnya adalah kefasihan BW berkisah tentang
salah satu minuman termahal di dunia. Kenapa dia nggak cerita tentang
bir cap tikus aja sih?