Sindanglaya, hari ini.
Suara adzan Dhuhur sayup terdengar. “Kita lanjutkan saja, sekalian break jam 1
nanti,” kata panitia. Presentasi diteruskan, tapi sang presenter tiba-tiba
tersendat, “Saya agak sakit,” lalu duduk. Lalu terjatuh. Beberapa orang
emngangkat beliau ke luar, dan panitia meneruskan presentasi (entah diganti
siapa).
Di luar, situasi memburuk. Tidak ada tanda kesadaran. Sebuah Panther dipacu,
dan pasien dimasukkan, lalu berpacu dengan waktu ke RS Cianjur. Tidak ada
lagi yang peduli dengan kerja urusan “target dan pencapaian”.
Menanti dengan tegang. Pak Sugeng menerima pesan telepon. “Beliau meninggal,”
katanya pahit. Kita bersiap turun ke Cianjur. Tapi panitia menahan. “Kita
lanjutkan dulu sampai ada arahan lebih lanjut.” Tapi kita meneruskan beberes.
“Nggak peduli, gua turun,” kata Pak Emmyr. Trus kita berkonvoi turun, ke Cianjur,
dan langsung ke Bandung. Melepas keberangkatan seorang rekan dengan shalat
jenazah diiringi hujan lebat yang turun mendadak dan singkat sekali.
Selamat jalan, Pak Yoyo, ke kehidupan yang sejati dan abadi, berlepas dari segala
kefanaan “target dan pencapaian” yang selalu melenakan ini.
“Ceritanya bisa lain kalau tadi kita break waktu adzan Dhuhur,” kata Pak Emmyr
dengan nada protes. Duh, baru kerasa lagi, aku sakit kepala dahsyat sekali
dari siang tadi.