Kasus QSAR (dan segera menyusul: ProBest, Larasindo, etc), kasus
Batutulis, kasus pengelolaan soal Nunukan, kasus terpilihnya
kembali Sutiyoso (atau bahkan terpilihnya orang yang memilih dia),
menunjukkan bahwa memang republik ini penuh dengan kaum e-diot
(a.k.a. inDUHvidual).

Kaum e-diot, tidak seperti kaum idiot lama, tidak cuman bisa
hah-huh-hoh, tapi bisa bercuap-cuap lancar dan saling mentransaksikan
e-diocrachy. Di forum-forum cyberspace, mereka juga banyak mengisi
ruang, dengan logika sekedar IF-THEN-ELSE plus ekstrapolasi di luar
konteks.

Aku harus bilang apa? Hidup tanpa tantangan itu bukan kehidupan.