Tumben si koki ketawa aja ngeliat aku. Ada apa sih? Dia nggak bilang. Cuman terus mencetus sepatah kata, “Trouble.” Hey! Satu lagi?
Kisah ini harus berawal dari si Alan — pelan-pelan saja bacanya, jangan buru-buru. Si Alan ini driver yang dialek Inggrisnya bikin belajar di British Council terasa sia-sia. Waktu bulan-bulan awal, aku nggak pernah bisa paham ucapan dia, jadi aku pelesetin semua obrolannya dia. Waktu akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi, dia akhirnya mengancam, “Someday, you’ll get a trouble.” Dan aku dengan muka dibikin tercengang cuma membalas, “How come? I’m the trouble!” Terus kita ketawa bareng-bareng.
Aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa formal dan tidak pernah tahan menahan diri dari sifat usil. Latihan tinju sama security. Melanggar jam malam. Minta kunci perpustakaan jam 5 pagi. Pasang orkestra tengah malam. Pasti security diam-diam suka rasan-rasan juga. Tak lama lama mereka ikut panggil aku “trouble”. Termasuk salah satu security yang tek pernah tampak bisa becanda.
Aku lebih heran lagi waktu Mr Burns, kepala rumah tangga college ini, ikutan senyum-senyum liat aku lagi makan. Waduh, reputasi aku menyebar cepat sekali. Ntar bisa kalah ngetop nih Mr Bean. Dan waktu koki jadi ikutan pakai nama aneh itu, aku jadi percaya ada konspirasi.
Ada sih yang sampai kini belum pernah ikut menyebut nama ajaib itu. Namanya Jim, security dari Skotlandia. Jim itu periang, suka aja ngobrol di perpustakaan sampai nyaris tengah malam. Dan menghabiskan waktu untuk melafalkan nama aku dengan benar. Kalaupun pernah ngasih julukan, dia ngasih sebutan “the most cheerful”, bukan “trouble” :).
Tapi waktu cuaca makin dingin, Jim juga mulai kehilangan keriangan. Ada apa sih?
“How’s you project?” dia balik nanya.
Yeah — bagaimanapun ada waktunya untuk berhenti.
“And you’ll go home soon,” katanya sedih.
Duh, selain bikin kacau, ternyata aku bisa bikin sedih juga.
0 Comments
1 Pingback