Trus inget cerita dari William Saroyan tentang masyarakat Armenia.

Tokoh cerita ini, seorang adik, ingin bisa naik kuda. Dan suatu malam si kakak memamerkan kuda putih ke adiknya. “Kamu curi dari mana ?” tanya si adik. “Apa kau tahu aku pernah mencuri?” tanya balik si kakak. Lalu tiap malam mereka berlatih dan bermain dengan kuda putih itu.

Tapi suatu pagi seorang tetangganya melihat mereka bermain kuda putih itu. “Mirip kudaku yang hilang,” katanya. Ia minta izin memeriksa giginya. “Sungguh mirip sekali sampai gigi-giginya.” Tatapannya sedih. Lalu ia mengubah suaranya jadi riang dan melanjutkan, “Tapi aku lebih percaya hatiku daripada mataku. Selamat jalan sahabat muda.” Dan kakak beradik itu melanjutkan permainan dengan kuda putih.

Tapi suatu malam si kakak berkata pada si adik, bahwa tidak ada sesuatupun yang abadi. Termasuk kuda putih itu. Si adik mencoba mengerti. Bagaimanapun banyak yang telah ia dapatkan bersama kuda putih itu. Orang tidak boleh serakah. Maka malam itu si kakak pergi bersama kuda putih dan kembali seorang diri.

Di tengah hingar bingar pagi, si tetangga dengan takjub menceritakan bahwa kudanya yang telah lama hilang, telah kembali ke kandangnya. Finish.

Kita memang bukan kumpulan orang suci, dan nggak bercita-cita jadi orang suci. Tapi kejahatan juga jauuh sekali di luar pikiran kita.