Setelah PD II, Amerika memiliki produk kabel transmisi yang lebih handal daripada negara-negara Eropa. Mereka mampu membuat kabel yang lebih panjang tanpa terminasi. Waktu itu, untuk membantu perekonomian Jepang yang baru jatuh, mereka membagikan ilmu pembuatan kabel itu ke orang Jepang, tapi tidak ke orang Eropa. Tapi orang Eropa berkeras memakai kabel mereka sendiri yang lebih pendek.
Waktu zaman digitalisasi, orang harus menyusun standar kecepatan sinyal digital (sebenarnya bukan kecepatan, tapi kapasitas antar). Orang Amerika dan Jepang sama-sama menemukan bahwa kapasitas yang aman buat kabel mereka tak lebih dari 1.5 Mb/s. Di atas itu, loss yang terjadi sudah di atas toleransi. Orang Eropa, yang kabelnya lebih pendek, tentu bisa memakai kapasitas yang lebih tinggi dengan standar keamanan yang sama. Maka mereka memakai 2 Mb/s. Efek perbedaan ini tentu meluas ke standar multipleks di atasnya, dan terus terbawa bahkan sampai hari ini.