Seorang teman bikin teori: negara-negara besar dipecah-pecah oleh penjajah. Tapi Indonesia malah dibikin besar oleh penjajah. Teori ngawur :). Kalau ngikutin Belanda sih, Indonesia nggak lebih dari negara-negara di laut Karibia. Banyak, masih timpang antar negara, dan nggak ada satu pun yang punya wibawa. Kedengeran juga jarang. Siapa yang peduli apa yang terjadi di Grenada, Trinidad, Jamaica, Aruba, Barbados, dan negara-negara imut lainnya.

Konon Indonesia sudah diproklamirkan tiga kali. Pertama waktu Soekarno-Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. Kedua waktu SM Kartosoewirjo memproklamirkan Negara Islam Indonesia. Ketiga waktu Musso memproklamirkan Soviet Republik Indonesia. Ketiga orang itu sebenarnya satu perguruan. Mereka semua belajar soal kebangsaan dari tokoh Syarikat Islam, HOS Tjokroaminoto.

Dari empat negara besar pendiri nonblok, tinggal Indonesia yang tersisa. Negara Jawaharlal Nehru sudah terpecah lahir batin waktu dilepas dari Inggris. Negara “RPA” Jamal Abdul Nassir (iya deh, Gamal Abdel-Nasser, dasar mesin tik Inggris) sudah terpecah waktu baru tersusun sebagian (baru Mesir, Syria, Yaman, Irak, dan hampir Libya). Negara Josif Broz Tito jadi berkeping-keping ditinggal mati pendirinya. Tinggal negara Indonesia peninggalan Soekarno saja.

Kapan terakhir kali dunia punya pemimpin? Barangkali pemimpin dunia terakhir itu Mikhail Sergeyevitch Gorbachev. Sayangnya proyek besar dia memang logically bakal membuat dia hilang. Abis itu nggak ada lagi negarawan yang punya visi dunia. Tinggal dunia yang diurus politisi.

Eh, kenapa kok jadi ngebahas ginian? Hehe :). Sebenernya aku cuman iseng turun pakai peci. Dan orang-orang jadi ngobrolin soal Soekarno. Jadi deh aku cerita soal NEFO, soal djalannja revolusi kita, dan hal-hal lucu lainnya. Di akhir kisah, seorang teman nanya: emang aku hidup zaman Soekarno. Sempat sih, dua hari. Soekarno meninggal dua hari abis aku lahir.

Cukup satu superstar saja di atas muka bumi.

Ups … Nyebut lee, nyebut …