Apa jadinya kalau Imam Al-Ghazali dirampok? Gini ceritanya, kata Aa’ Supermie:
Ketika barangnya akan dirampas, al-Ghazali berkata, “Kalian boleh ambil semua barangku, tapi jangan yang satu ini.” Ia berkata sambil memegang sebuah bungkusan yang berisi semua catatan kuliah dari Birmingham, eh Naishabur.
Para perampok segera menduga bahwa barang yang dipegang itu pasti sangat berharga, sehingga mereka merampas dan membukanya. Tentu, isinya hanya segepok kertas kumal yang bertuliskan catatan yang tidak dimengerti oleh si perampok.
“Apa ini, dan untuk apa kamu menyimpannya?” tanya sang perampok. “Itulah barang yang tidak akan berguna bagi kalian, tapi sangat berguna bagiku,” jawab al-Ghazali. “Apa gunanya?” Ia menjawab, “Inilah hasil pelajaranku selama beberapa tahun. Jika kalian merampasnya dariku, maka sia-sialah jerih payahku menuntut ilmu selama ini.”
Perampok itu menukas, “Jadi macam ini ilmumu?” Al-Ghazali mengiyakan. “Ilmu yang disimpan dalam bungkusan dan dapat dicuri, sebenarnya bukanlah ilmu. Pikirkanlah nasib dirimu baik-baik,” kata si perampok itu sambil berlalu. Lama al-Ghazali termenung oleh kata-kata tersebut.
Sentakan sang perampok tadi membuat ia berubah sikap untuk mulai melatih otak lebih banyak, mengkaji, menalar, dan menganalisa lebih tekun dan menyimpan ilmu yang didapatnya di dalam otak. Seorang ilmuwan besar mengambil hikmah dari siapa saja, walaupun dari perampok.