Barangkali memang bangsa ini akan hancur. Ada peringatan tertulis bahwa suatu kaum yang tidak memegang amanah akan dihancurkan dan digantikan dengan kaum lain yang lebih baik. Austria yang ceria dicaplok Nazi. Libanon, surga Timur Tengah, jadi tempat paling hancur tahun 80-an dulu. Nggak ada jaminan bahwa ketenangan dan kedinamisan hidup hari ini menyangkal kehancuran besok pagi.
Tapi sebuah hadis qudsi menceritakan bangsa yang terselamatkan. Dikatakan bahwa kadang Allah telah memutuskan untuk menghancurkan suatu bangsa yang hingar bingar. Tapi di tengah-tengah bangsa itu ada orang-orang tua miskin yang terus beribadah sambil tertatih-tatih; dan terdapat anak-anak yatim yang berdoa memohon perlindungan. Dan Allah membatalkan penghancuran itu karena ibadah orang miskin dan doa anak-anak yatim itu. Allah lebih menyayangi kaum seperti itu daripada orang-orang seperti kita.
Selama di bangsa itu anak-anak yatim dan orang-orang miskin masih bisa bertahan untuk hidup layak, mempertahankan iman, dan terus berdoa buat bangsanya, maka bangsa itu belum akan dihancurkan. Menyelamatkan sebuah bangsa bisa dilakukan dengan proyek-proyek kecil untuk menghidupi orang miskin dan mendidik anak yatim, agar mereka imannya terselamatkan, dan bisa terus beribadah dan berdoa buat bangsa ini.
Mendelbrot barangkali akan bergumam: kalau tidak mungkin menyerang New York, kenapa kita tidak memelihara kupu-kupu yang indah saja, di Tokyo