Di luar soal psikologi amatiran itu, ada soal lain yang juga terpikirkan. Di kerajaan, jelas munculnya Philippe jadi harapan semua orang, soalnya orang masih percaya sama soal keturunan (termasuk Dumas sebagai si penulis cerita). Tapi apa soal keturunan itu valid? Banyak yang percaya bahwa genetika benar-benar membentuk kualitas manusia dan kepribadiannya.
Misalnya, IQ (yang banyak diperdebatkan ketidakvalidannya). Satu orang dites IQ dua kali korelasinya 87%. Korelasi IQ kembar setelur yang hidup serumah 86%. Kalau tidak serumah 76%. Kalau tidak setelur tapi serumah 55%. Dan kalau serumah tapi bukan saudara kandung 0%. Tampaknya menguntungkan pendapat bahwa soal genetika itu significant. Pakar genetika bahkan sudah menentukan posisi kromosom penentu kecerdasan di DNA: kromosom nomor 6. Valid?
Pakar lain menemukan bahwa kromosom nomor 6 juga berkorelasi dengan kesimbangan minor, yang menentukan simetri pada telinga, tangan, kaki. Orang yang IQ-nya tinggi umumnya panjang jari di kanan dan kiri sama, dan semacam itu. Lho, apa si kromosom 6 mengurusi soal panjang jari, tangan, kaki, telinga, dan kecerdasan?
Janin yang baru terbentuk sebenarnya memiliki simetri yang sempurna. Tapi tekanan-tekanan (fisik, infeksi, emosi, dll), baik dalam kandungan maupun dalam pertumbuhan balita, bisa mempengaruhi bentuk manusia. Jadi kalau manusia masih berbentuk simetri sempurna, itu bisa berarti kurangnya tekanan yang dialami, atau bisa berarti kuatnya ketahanan menghadapi tekanan. Kemampuan menghadapi tantangan ini juga yang kemudian berkembang jadi kemampuan mengembangkan IQ. Jadi yang bersifat genetik sebenarnya bukan IQ, tetapi kemampuan mengembangkan IQ pada situasi lingkungan tertentu. Si A jadi punya IQ tinggi kalau hidup di domain X, tidak kalau di domain Y. Sebaliknya si B punya IQ tinggi kalau berkembang di domain Y, daripada kalau dia hidup di domain X. Tapi, hey, itu baru IQ. Belum personality.