Dua pengembara, satu menunggang keledai, dan satu menuntunnya, masuk kota Jerusalem, beberapa abad lalu. Penguasa kota menyambut penunggang keledai. Tapi si penunggang berkata: “Aku hanya pengawal. Ini khalifah, yang sedang menuntun keledai. Kami bergiliran menunggangi keledai itu.” Maka khalifah Umar dibawa ke pusat kota yang baru dibebaskan dari pendudukan Romawi.
Di hadapannya terhampar sebuah katedral yang anggun.
“Biarkan aku shalat di luar saja,” kata Umar, “Kalau tidak umatku akan terbiasa merampas gereja untuk dijadikan masjid. Itu terlarang.” Lalu Umar menyusun sistem pemerintahan Jerusalem yang mengakui hak-hak segala agama, menggantikan sistem Romawi yang diskriminatif.
Alangkah indahnya Islam, kalau penganutnya mau berpegang teguh pada apa yang ditetapkan dalam kitab Allah, seperti yang telah dilakukan Umar ibn Khatthab. Perang, dalam Qur`an, hanya diperbolehkan untuk menjaga agar orang bebas beribadah menurut keyakinan masing-masing.