Program Santri Indigo adalah program nasional dari Republika dan Telkom, untuk menyebarluaskan komunikasi kreatif digital ke berbagai pesantren di tanah air. Berbeda dengan Internet Goes to School, program Santri Indigo ini umumnya bersifat lebih high profile, dalam arti bahwa hingga Menteri, Dirjen, atau Direktur Telkom pun bisa ikut turun dan memberikan pembekalan pada para santri. Koleksi amal ibadah sekalian melepas kangen ke pesantren yang bersuasana tentram. Maka aku rada heran bahwa Mr Dody Gozali (a.k.a. Senor Dominggo Gonzales) menelefonku dan menginstruksikan untuk ke Sukabumi untuk ikut dalam Santri Indigo angkatan keenam, tanggal 8 November. Tapi, demi tugas, dan sudah lama juga tak menjenguk pesantren, maka aku mengiyakan. Dan syukurlah, Mas Ary Mukti pun mendadak menunda officer meeting of IEEE Comsoc Indonesia Chapter yang tadinya dijadwalkan jatuh pada hari yang sama.

Bukan waktu yang pas. Aku dijadwalkan memberikan pembekalan hari Sabtu pagi. Hari Kamis, aku harus memberikan pembekalan ke rekan-rekan di Indigo Centre Surabaya. Air Asia berbaik hati menunda flight sampai lewat tengah malam. Jumat pagi, aku harus menyelesaikan semua tugas karena minggu ini aku harus dikarantina (hihi) dan tidak bisa mengakses dan diakses kantor. Jumat malam, materi untuk Santri Indigo baru bisa difinalkan. Tapi memang aku punya ide bahwa badanku lagi perlu rada disiksa :). Dan begitu aku mengiyakan, Republika langsung memasang iklan setengah halaman.

sekalilagirespublica

Duh, aku pikir tadinya speakernya cuman beberapa rekan dari Telkom Sukabumi, Divre III, dan Republika. Huh, masih high profile ternyata. Maka meluncurlah aku ke Sukabumi hari Sabtu 8 November itu. Perjalanan darat Bogor – Sukabumi umumnya diwarnai kemacetan rutin. Aku sudah berhitung: 5 pasar, 5 kemacetan. Jakarta – Bogor – Lido – Cicurug – Parungkuda – Cibadak – Sukabumi. Sesuai hitungan, kemacetan memang terjadi. Tetapi lebih daripada yang diperkirakan. Total perjalanan dari Tol Pondok Gede ke Sukabumi akhirnya memakan waktu 6 jam. Pesantren As-Syafiiyah berada 10 km di luar Sukabumi ke arah Cianjur. Kami memasuki Pesantren waktu adzan Ashar berkumandang, waktu hujan deras tanpa ampun menghiasi pesantren sejuk itu. Pak Indra Utoyo tengah dengan asyik dan akrabnya menceritakan masyarakat digital yang tengah dibangun oleh berbagai komunitas, termasuk Telkom.

Setelah Ashar, aku mulai berpresentasi. Hari Jumatnya, rekan-rekan dari Republika sudah mengajari para santri, bagaimana membuat blog (Blogspot dan WordPress), mencari gagasan menulis, gaya menulis blog, serta memilih plus mengedit template. Hasilnya keren-keren. Aku cukup menambahi dengan hal2 sekitar … ada apa setelah blog: mengapa blog ada dan perlu ada, bagaimana blog bisa punya nilai lebih, bagaimana blog bisa berinteraksi, bagaimana blog kita didengar dunia, dll. Pernak-pernik blog, dan social networks. Tak terasa 2 jam berlalu, lengkap dengan tanya jawab interaktif. Duh, para santri ini. Ceria, penuh ide, cerdas. Dan jail. Jail! Mau menyemestakan hikmah, tapi jail :). Ceria mereka bikin hari ini jadi hari yang paling indah sepanjang November :). Presentasi aku tutup dengan halaman bertuliskan “To be continued.” Ini belum berakhir. Ini harus berlanjut dengan karya2 mereka. Dan mereka benjanji untuk terus menulis dan berkreasi, serta menyemestakan karya mereka melalui Internet.

Sayangnya, tak bisa berlama2 aku di sana. Setelah Maghrib di tempat yang tenang (hujan sudah berhenti) dan sejuk (tetapi tak dingin) itu, kami harus kembali ke Jakarta. Sudah malam, dan sudah tak macet lagi. Jam 23 kami masuk Jakarta. Beberes. Jam 8 pagi harus berangkat ke Bandung. Life goes on :). With smile :).