Tag: ims

Digital Service Delivery Framework

Istilah konvergensi bahkan telah mengemuka waktu aku masih kuliah. ISDN waktu itu telah dikembangkan bertahun-tahun (pertama kali aku baca di majalah Time waktu aku masih SMA), dengan keinginan menyatukan komunikasi suara dan data dalam satu jaringan. Waktu akhirnya para operator mengimplementasikan ISDN, ATM (asynchronous transport module) mulai distandarkan, dan dunia komputasi memperluas jaringannya dengan Internet. Konvergensi diarahkan ke jaringan broadband, antara jaringan telefoni digital, Internet, dan media broadcasting yang waktu itu masih menggunakan CaTV. Lebih dari 10 tahun kemudian, kita telah memiliki jaringan2 yang memiliki layer network yang sama: IP. Internet. Jaringan telekomukasi di-NGN-kan dengan IMS dan TISPAN. Internet menjelma menjadi Broadband Internet dengan gebyar Web 2.o. Media telah memiliki IPTV dengan interaktivitas yang menarik. Namun konvergensi belum terjadi :)

Sifat dari network-network itu mungkin memang berbeda. Bukan dari karakteristik trafiknya. Itu sudah teratasi sekian tahun yang lalu dengan IntServ/DiffServ, MPLS, dll. Sifat pengembangan produk di atas network2 itu berbeda. Di telefoni, layanan voice, SMS, akses Internet, telah menghasilkan revenue yang besar, dengan pengelolaan customer yang relatif baik, dengan produk yang pemakaiannya bisa ditagihkan ke customer yang real.  Masalahnya adalah produk di benua ini tak cepat berkembang. Prosesnya lama, melibatkan segala aspek di dalam infrastuktur network dan bisnis yang panjang. Pun, revenue di sini sudah waktunya menurun. Decline. Dan ini bersifat global, di mana pun. Di benua yang lain, ranah web dan Internet, produk2 baru bermunculan setiap hari. Waktu pengembangan, implementasi, deployment, amat cepat. Namun tak banyak revenue yang bisa diambil dari produk digital di ranah ini, selain dari advertising. Dan advertising pun jumlahnya terbatas. Andai ada cara untuk menggabungkan kekuatan untuk menciptakan layanan yang inovatif, tepat kebutuhan, namun tersampaikan secara tepat ke customer yang terdata dan terkelola, dan dapat menghasilkan revenue yang kemudian dapat digunakan untuk inovasi lebih lanjut, tentu dunia kreasi digital jadi lebih menarik dan berwarna. Dan itu misi konvergensi di tahap ini.

Di forum Fresh tahun lalu, aku sempat menyinggung tentang SDP (service delivery platform). Jejaknya masih bisa dicari di blog ini :). SDP diharapkan mampu menjembatani berbagai aplikasi dan layanan digital, diabstraksikan dan diorkestrasikan dengan database user dan konteks2 penting lainnya (lokasi misalnya, dan informasi perangkat, preferensi user, peta, layanan publik, dll, dll), lalu disampaikan melalui virtualisasi network dan terminal, untuk diterjemahkan sebagai layanan real ke atas berbagai jenis jaringan (telefon, televisi, mobile) ke berbagai jenis perangkat (HP, smartphone aneka platform, TV, dll).

Tampaknya ideal. Tapi ternyata belum terjadi konvergensi juga. Layanan tradisional, seperti voice (mobile dan fix), message, dll, dengan tingkat kehandalan yang dipersyaratkan, belum dapat dimasukkan. Dunia telefoni memiliki jawaban yang menarik: IMS. IMS memang terpusat di layanan dengan sesi-sesi yang jelas, seperti telefoni, dan menggunakan protokol yang distandarkan, yaitu SIP. Namun mulai ada prakarsa untuk memperluas IMS untuk juga menangani sesi-sesi web, video streaming, dan televisi. Apa pun itu, abstraksi di sisi layanan masih akan harus dijajagi dari awal jika hendak dimasukkan ke dunia IMS.

Yang akan menarik adalah mencoba mencoba menggabungkan IMS dengan SDP. Entah kenapa ini mengingatkan aku pada penggabungan MPLS dengan ATM, dalam arti banyak skema2 menarik yang diajukan untuk penggabungan IMS dan SDP ini, sesuai dengan optimasi masing2. Membacai berbagai skema2 ini pun sudah cukup mengurangi waktu bobo, dan membuat kopi jadi menu utama :). Gambar di bawah ini adalah salah satu yang aku pikir cukup pas untuk dunia kita

Pertama, aplikasi dibagi tiga dulu. Aplikasi2 yang selama ini sudah ada di dalam network (komunikasi telefon, message, dll), yang secara tradisional telah menghasilkan revenue tinggi dan harus dipertahankan, dan dioperasikan langsung oleh network operator, dapat memiliki link langsung ke seluruh resource network. Pragmatis. Agak2 bersifat hardwired. Aplikasi semacam ini dapat langsung dihubungkan ke dalam IMS, atau network-centric part. Aplikasi lain, yang bersifat inovatif, mudah diciptakan dan dimodifikasi oleh tim pengembang atau oleh komunitas di luar; ditempatkan mengikuti arsitektur SOA (dalam IT-centric part), dan dapat memiliki akses ke network, enabler (pengelolaan konteks), maupun sumberdaya lain. Aplikasi jenis ketiga, dari dunia Web 2.0 dengan berbagai mashup-nya, yang bersifat long tail (kecil namun potensial), dapat memiliki akses melalui widget2 dan melalui aplikasi built-in yang menghubungkannya dengan sumberdaya di dalam SDP.

Ini tentu adalah diskusi awal yang memerlukan eksplorasi yang panjang. Deksripsi semacam ini pun agak tak masuk akal disajikan dalam sebuah entry blog dengan panjang kurang dari 10 paragraf semacam ini. Mestinya melalui Twitter, haha.

Weekend ini aku mau ke Malang untuk mendiskusikan soal ini. Ada yang berminat bergabung? Sila hubungi Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya.

Service Delivery Platform

Konvergensi bahkan telah menjadi kata kunci sejak akhir abad lalu. Namun hingga kini, belum seluruh aspek komunikasi (network, service, content) terkonvergensi. Diharapkan sih, saat kita memasuki deployment 4G pada 2012-2015, seluruh aspek telah terpadukan, termasuk personalisasi layanan dan pervasiveness. Bertahap, dalam sesi2. Tantangan pada sesi ini adalah SDP: service delivery platform (tapi memang, ada banyak kepanjangan SDP di network engineering — huh).

IMS memberikan arsitektur yang lengkap, dari level transport data, kontrol, persinyalan, hingga service dan aplikasi. Ini adalah platform untuk next generation (mobile) network, sebagai penerus jaringan telekomunikasi masa kini. Namun di sisi lain, bersama dengan mulai diimplementasikannya IMS ini, telah tumbuh juga layanan2 Internet dengan dinamikanya sendiri: Web 2.0, multimedia streaming, IPTV. Yang terasa misalnya bahwa pembicaraan tentang 3G-mobile jadi lebih sering berfokus pada bandwidth dan resource terkait, yang bisa jalan dengan atau tanpa IMS. Terbentuk arsitektur terpadu tersendiri dalam penyampaian layanan Internet ke user. Ini kadang disebut sebagai IT-based SDP. Seolah ada dua kutub: IMS dan IT-based SDP.

Beberapa risalah di IEEE mengkaji praktek2 terbaik dari kedua macam network, termasuk percobaan untuk meramu IMS-based SDP. Hey, jangan lupa, next-generation IMS juga mendukung RTSP dan HTTP loh :). Di bawah ini salah satu arsitektur yang disarankan, untuk menyediakan SDP yang efektif untuk IT services masa kini, sekaligus comply terhadap IMS.

Layer-layer pada arsitektur SDP ini dapat dipetakan pada plane-plane IMS. Bukan hanya untuk menjamin keterpaduan layanan-layanan Internet dan NG(M)N; tetapi juga untuk memastikan bahwa deployment IMS nantinya akan langsung menapak tepat pada aplikasi yang aktif dan dinamis digunakan user saat ini, tanpa mengharuskan migrasi skala besar.

Tapi tentu, network engineering itu ilmu dan sekaligus seni. Penataan arsitektur network tak dapat diringkas dengan sebuah buku resep, setebal apa pun bukunya. Komunikasi adalah tools bagi user, dan mencerminkan dinamika user yang beraneka ragam. OK, saatnya merancang SDP untuk network & lifestyle kita sendiri :)

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑