Page 74 of 210

IEEE, Integrasi, TPE

It’s time to renew IEEE membership. Sebelum dan sesudah era Coventry, memang IEEE nyaris jadi satu-satunya sumber info mutakhir atas dunia infokom. Dimulai dari zaman-zaman awal konvergensi, waktu orang masih sibuk berdebat apakah dunia telekomunikasi akan mencaplok informatika atau sebaliknya, kemudian era federasi, dan sampai era konvergensi yang sesungguhnya. Mungkin kalau aku udah lebih lama lagi, aku sempat menikmati diskusi zaman ‘integrasi’ masih in, i.e. zaman ISDN, ATM, sampai IntServ.

BTW, di masa-masa mendatang kita akan mulai menikmati zaman ubiquitous infocom era. Lebih beruntunglah orang yang mulai masuk dunia infokom masa kini. Melesat!

BTW, ada seminar TELKOM Techno Pre-Eminence besok di Grand Hyatt (Jakarta). Kalau lihat content-nya sih, aku lihat bahannya nggak terlalu pre-eminent. Mudah-mudahan aku salah. Peduli amat aku salah apa bener — yang penting aku coba menikmatinya dua hari besok.

Alpher Bethe Gamow Delter

Kalau pernah (beruntung) baca buku Pustaka Alam, kita pasti pernah baca kisah George Gamow, ilmuwan Rusia yang bermigrasi ke Rusia, dan menjadi salah satu pionir dalam ilmu kosmologi yang menelaah asal usul alam semesta. Dalam kisah itu, Alfred Alpher menulis makalah tentang kondisi awal alam semesta, atas bimbingan Gamow. Waktu hendak dipublikasikan, Gamow punya ide jahil. Dia menculik nama fisikawan Hans Bethe, yang juga sibuk dengan partikel-partikel dan gaya-gaya elementer, sebagai penulis. Maka jadilah buku itu ditulis oleh Alpher-Bethe-Gamow, sebagai alfa-beta-gamma terciptanya alam semesta.

Yang di Pustaka Alam tidak disebutkan adalah bahwa Gamow juga mendekati ilmuwan Robert Herman, memintanya bergabung, dengan syarat mengganti dulu namanya menjadi Delter. Syukurlah Herman menolak. Kali lain, Gamow, Alpher, dan Herman (masih dengan nama aslinya) melakukan penelitian bersama mengukur suhu teoretis sisa radiasi penciptaan alam, yang menghasilkan angka 2.7K itu.

Discount Buku2 C++

Discount 50%: Buku2 C++ Terbaik di amazon.co.uk. Ini semacam deja-vu, atau memang acara tahunan? Kalau sedang tergila2 C++, it’s the time, guys!

Nggak doyan C++? Well, nobody’s perfect. In that case, gimana kalau kita serbu aja buku networking, atau web development, atau web design, atau …

Eh, belum berminat juga? It’s OK, nobody’s perfect.

Chen Ning Yang

Institute of Advanced Study di Princeton, 1966. Ruang kerja Andrew Lenard bersebelahan dengan Chen Ning Yang, si pemenang Nobel tahun 1957. Suatu hari Yang masuk ruang Lenard, berbasa-basi, “Lagi ngapain nih?”

Lenard menceritakan keisengannya hari itu. Atom kan sebagian besar terdiri dari ruang hampa. Kenapa materi yang tersusun dari atom itu bisa membentuk struktur yang kuat? Yang ternyata tertarik juga. Bikin penasaran, katanya. Ada dua kemungkinan tentang masalah ini: ini masalah yang sangat sederhana, atau justru sangat sulit.

Jadi Yang balik ke ruangnya. Dan mulai terdengar ketukan-ketukan, tanda Yang mulai asik mencorat-coret di papan tulisnya, menghapus-hapus, mencoret-coret lagi.

Tapi tiba-tiba suara ketukan berhenti. Sepi seketika. Pingsan kali.

Tapi ternyata bukan pingsan. Nggak lama, Yang kembali ke ruang Lenard. “Yang betul yang kedua,” kata Yang: “Sangat sulit.”

Lalu menghilanglah si pemenang Nobel itu.

Amex

Baca kisah perkembangan bisnis kartu kredit (CC) American Express. Aku bukan customer Amex yang setia sebenernya. Dulu juga apply kartu Amex cuman gara2 dia bikin co-branding dengan Telkom yang terkenal itu (hush).

Apa sih yang menarik dari Amex? Ternyata dia tidak visioner. Dalam arti, kemajuan yang ada sekarang tidak terbentuk secara ideal dari pembentukan so-called visi yang baik, strategi yang matang, dan menumbuhkan hasil yang terencana. Dia lebih benyak melalukan kesalahan langkah, terus mengoreksi langkah, melalukan coba-coba, dan seterusnya. Dan ternyata yang kayak gini pun berjalan baik, di tengah iklim kompetisi.

Waktu Diners mulai memasarkan CC dengan sukses, Amex bertahan pada bisnis perjalanan. Dan traveller cheque (TC). Lengkap dengan CEO yang tukang jalan2 dengan heboh. Waktu makin banyak agen2 di luar negeri yang berteriak bahwa makin banyak wisatawan yang memilih bawa CC (Diners) daripaca TC, si CEO dipecat dan digantikan CEO baru, yang tidak pernah terdidik membangun ekonomi berbasis hutang. Dimulailah petualangan merebut pasar dari Diners. Annual fee ditetapkan lebih mahal, dengan alasan prestise dan keluasan pelayanan (lebih dari Diners). Tapi publik menerima. Mulailah Amex mengalahkan Diners.

Di tahap berikutnya, yang dihadapi adalah Bank Americard (kemudian disebut Visa) dan Master Charge (MasterCard). Visa memiliki cara yang berbeda. Dia memberikan lisensi penerbitan dan pengelolaan CC kepada bank2, bukan dikelola sendiri. Versi awalnya tidak memiliki annual fee, tapi ada bunga untuk keterlambatan. Kelihatannya akhirnya Amex menganut cara ini juga, jadi dia punya versi credit card yang annual fee-nya ringan tapi tagihan bisa berbunga, dan versi charge card yang annual fee-nya tinggi dan tagihannya harus dilunasi setiap bulan.

Cut. Tuh kan. Tuh kan. Aku bukan mau cerita CC tadinya. Aku cuman mau cerita bahwa asal dikelola baik, perusahaan bisa berkembang baik, biarpun tadinya memilih visi/misi yang salah, dan strategi yang salah. Koreksi dimungkinkan terjadi setiap saat. Dan asalkan koreksi dilakukan secara fair, perusahaan justru maju dan berkembang pesat. Itu aja. Satu lagi, peniruan produk itu sah-sah aja. Itu bukan saja tidak tercela, tapi betul-betul dianjurkan, buat kompetisi yang sehat.

Berdoa, Please

Pada berdoa buat si makhluk manis ya. Kemaren jatuh di kamar mandi, dan langsung dihadiahi dokter dengan lima jahitan di atas alis. Sekarang masih pusing2 terus.

Thamrin

Jumat kemaren aku sempat jalan ke Jakarta. Visit beberapa tempat, trus mengakhiri hari di QB-World Thamrin lagi. Kayaknya nggak terlalu banyak yang pingin aku samber kali ini. Kali aku seharusnya ke Aksara aja. Belum tau tempatnya sih. Biar deh, abis juga satu jam lebih di sana.

Dari Thamrin, aku menggelantung di bis kecil ke WTC. Senemunya aja, lurus ini. Dan jadi satu-satunya penumpang yang berdiri. Berdua sama kondektur. Sempat ngobrol juga di tengah suara berisik kayak gitu. Anak kecil naik, baca puisi, terus mulai ngumpulin koin, terus turun. Dua pengamen lari menghadang bis mau ikut jadi kolektor koin. Aku mundur dari pintu, ngasih jalan. Tapi kok nggak pada masuk. Padahal bis malah berhenti. Aku keluar pintu lagi. Loh, satu udah terkapar di jalan. Aku turun. Waduh, nggak ada tanda2 kesadaran. Berdua si tukang ngamen satunya, aku angkat dia ke pinggir jalan, sementara seisi bis nonton. “Tinggal aja,” kata si pengamen satunya. Aku tinggal aja. Ya Allâh, beratnya si hamba-Mu itu hidup sekedar jadi kolektor koin di Jakarta aja.

Bis melaju lagi. Nggak lama logo HSBC di gedung WTC keliatan. Aku setengah lompat dari bis, ngasih salam perpisahan ke kondektur. Nyeberang di jalur lambat. Trus … kok jadi pingin kopi yach.

Borland Enterprise Studio for C++

Launched on Monday: Borland Enterprise Studio for C++, includes the C++ BuilderX IDE and the new Together Edition for the IDE. Together provides design and modeling tools for C++ developers. C++BuilderX includes tools for building applications for mobile and embedded computing, as well as support for widely used standards-based C++ compilers, including GCC, Intel, Metrowerks, Microsoft Visual C++ and Sun Forte C++.

Enterprise Studio of C++ sells for $5,000, with a mobile edition selling for $6,999. The C++ BuilderX IDE alone comes in three editions: enterprise for $2,500, developer for $1,000 and personal, which is available at no charge.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑