Page 43 of 210

Kopi dan Inovasi

Pencurian content mah, sekali dilakukan, gampang jadi kebiasaan. So, kita teruskan acara pembahasan kopi. Nggak dink, ini sebenernya pembahasan inovasi.

hasil-inovasi.jpg

Sekaligus menjawab ke seorang rekan di kantor yang suka nanya: kenapa kopi di Starbucks mahal, tapi tetap laku. Pun kopi di Starbucks sebenernya bukanlah yang terenak. (Yang jelas, Starbucks masih terenak dibandingkan kopi instan yang mana pun. Dan coba deh, kuli2 macam aku gini kapan sempat cari kopi enak beneran, haha.)

Baca buku The Blue Ocean Strategy yang lagi ngetrend itu. Dan sebenernya ringkasannya cukup satu kata aja: inovasi. Inovasilah yang menggeser soal jual beli kopi ini dari sekedar urusan komoditi menjadi urusan pengalaman. Dan pengalaman tentulah sifatnya priceless. Dihargai berapa pun, customer akan tetap merasa beruntung. Soalnya, tentu, adalah pengelolaan inovasi secara serius. Ini yang sebenarnya tidak mudah. Buku Blue Ocean Strategy pun hanya main2 di tepian. Lihat contoh kasus seperti Google barangkali lebih berguna. Atau industri-industri perbankan.

Decaf Tak Ramah Jantung

Doyan kopi, tapi mau menghemat jantung? Decaf saja! Masa? Weblog ini pernah menyangkal soal itu. Nah, majalah Science&Vie bulan Januari lalu mengulang hal yang sama. Kopi decaf tidak membantu menghemat jantung buat para pecandu narkopi.

decaf-jantung.jpg

Jadi, buat yang sayang jantung, sementara ini kopi memang harus dihindari. Pelihara aja umur, sampai suatu hari kita bisa meramu kopi yang ramah jantung, perut, dan kantong. Eh.

Tapi memang sih, buat sebagian orang … buat apa umur panjang, kalau nggak boleh ngopi? Sebagai pecinta (tapi bukan pecandu) kopi, komentar aku sih ini aja: DUH!

You May Be Right

Dalam kisah Karamazov bersaudara, Dostoyevsky bercerita tentang zaman Inkuisisi di Sevilla. Aku cuplik versi Coelho aja dari cerita itu.

Di Sevilla saat itu, siapa pun yang tak setuju dengan Gereja (dengan G besar) akan dihukum, disiksa, bahkan dibunuh. Saat itu terdengar bahwa Isa kembali turun ke bumi.

Sang Inkuisitor Agung memerintahkan Isa untuk ditangkap, lalu ia menemuinya di tahanan.

“Tuan,” kata Inkuisitor Agung, “Anda hanya mempersulit. Kami memahami ajaran Tuan. Sesungguhnya yang kami lakukan tak lain hanya mencoba mewujudkan semua ajaran Tuan itu. Situasinya sungguh sulit. Sedang ada kekacauan di mana-mana. Hati tak dapat hidup dalam damai. Memang Tuan ada mengatakan bahwa manusia itu sama, dan beroleh cahaya Ilahi dalam hatinya. Namun pun ada waswas di hati manusia, dan mereka perlu pemandu. Jangan mempersulit kami, Tuan. Kembalilah.”

Isa memeluk Inkuisitor Agung, seraya berbisik: “You may be right. But my love is stronger.”

Wanted: Wall 2nd Ed

Dari Abad XX, satu buku ini masih aku cari: edisi asli (non bajakan) dari Larry Wall Programming Perl, 2nd Edition. Harus 2nd Ed, terbitan kira2 tahun 1996. Aku udah pernah membajak 1st Ed, dan udah aku musnahkan bersama semua buku bajakan lain dari rumah ini. Dan aku nggak terlalu tertarik dengan 3rd Ed ke atas. Buat yang bisa bantu … please.

StarOne

Kereta api menembus rembang malam. Gerbong kami kosong. Perempuan berambut oranye berselonjor di kursiku. Aku memilih duduk di belakangnya, dan belajar berselonjor juga. Nggak terlalu nyaman, soalnya nggak biasa. Dipaksain aja. Trus baca2 mail dan web2 dengan Nokia 6235 ber-Flexi, sampai sinyalnya dibatasi regulasi di daerah Karawang. Sejujurnya, sebagian besar mail dibaca dengan cara kayak gini, di kereta, di taksi, di angkot, di kasur. Dan dijawabnya nunggu ketemu komputer, soalnya ngetik jawaban serius dengan HP imut gini sungguh melelahkan. Mendingan mikirin mekanisme lompatan tupai, misalnya.
Di seberang, seorang lelaki berwajah ramah, utak-atik Nokia 9500. Hmm, kapan terakhir kali aku lihat orang baca buku di kereta? Semuanya baca di HP atau PDA. Dekat Bandung, dia menyapa, dan memperkenalkan diri. Mahasiswa S2 dari Hamburg. Cerita tentang lingkungan kampus, suasana Jerman, keharusan belajar bahasa Jerman dan Portugis, dll. Dia tanya di mana aku sekolah dan dapat beasiswa dari mana, dan entah kenapa dia bertepuk tangan (beneran) waktu aku jawab soal Chevening. Dan cerita perlu akses Internet flat rate dari Bandung. Aku cerita tentang Speedy yang 1 April ini bakal diluncurkan (soft launching). Tapi dia cerita belum punya line telefon. Trus dia tanya tentang StarOne. Dan kaget waktu sadar bahwa StarOne belum ada di Bandung. Aku kenalin ke Flexi, tapi tentu saja Flexi belum ada feature Internet flat rate-nya.

Akhirnya kami bertukar kontak. Dengan pesan minta dihubungi kalau StarOne udah dipasarkan di Bandung. OK :). Sahabat adalah sahabat, biarpun artinya seorang profesional di Product Management di Telkom harus punya fungsi marketing communication bagi kompetitornya: Indosat, StarOne. The show must go on :).

Optio

Pentax Optio S6Ternyata aku lupa cerita bahwa Olympus-ku menghilang dalam tugas. Ngasih training di Gegerkalong, rehat batin di masjid, dan lenyap gitu aja si Olympus. Lupa nama masjidnya, tapi aku nggak bercita2 menamainya Masjid Olympus. Itu beberapa hari y.l. Tapi ternyata aku juga lupa nggak pernah cerita punya teman bernama Jeffrey. Nah, Jeffrey malam ini bertelepon. Rumahnya baru kebobolan. Notebook hilang. Plus satu set kamera Panasonic. Dan brankas. Ini namanya bukan berlomba dalam kebaikan, Jeff.

Tapi yang hilang biarlah tidak lagi disebut2. Ini cuman hal duniawi, bukan urusan hati. Jadi aku mulai lirik2 lagi nih. Hmmm, Optio S6, cukup elegan nggak, untuk pemakaian sehari2?

Amazon menceritakan dengan ringkas: “Dans la lignée des appareils bijoux, ll Pentax Optio S6 tient ses promesses. Doté d’un capteur 6,0 Mégapixels, d’un zoom optique 3x rétractable, d’un écran 2,5″ opérationnel même en plein soleil, il répondra à tous vos besoins photographiques. Ajoutez à cela une vidéo illimitée au format DivX, une interface USB 2.0 High Speed, il sera votre compagnon idéal pour des photos de qualité.” Heh, barangkali seharusnya aku ke Amazon negara lain :). Tapi fitur intinya udah ditulis di situ.

Well, abis pernah punya Fuji, Canon, dan Olympus (plus pernah minjem Nikon dalam waktu cukup lama), kayaknya layak deh mencobai Pentax. Wish me luck :).

Ganti Logo

Udah lama nggak melakukan hal2 yang bersentuhan sama kampus, hari ini aku sedikit dikagetkan oleh datangnya Focus-news. Ini adalah jurnal untuk alumni dan associate Coventry University. Yang bikin kaget bukan jurnalnya, tapi logo universitas tampak tercetak terbalik. Di depan dan di belakang. Penasaran, aku ke website kampus: coventry.ac.uk, dan memang ternyata ada rebranding (duh istilahnya). Logo baru jadi kayak gini:

Rada canggung sih :). Sama canggungnya waktu aku jalan2 ke Sarinah dan lihat souvenir perak Garuda dengan wajah menghadap kiri (barangkali kalau menghadap ke depan malah keren). Tapi, dengan adaptasi beberapa menit, udah ok lagi. Dan malah asyik berkelana ke web kampus. Tentu sambil cari2 cerita: kenapa logo harus diganti.

Pasti aku pernah cerita di weblog ini, kenapa Coventry memilih logo burung Phoenix. Burung dari mitologi Arab ini menginspirasi kaum yang hancur, haha :). Burung phoenix, sekian waktu sekali, akan terbakar, menjadi abu, dan dari abunya akan tercipta phoenix baru yang segar dan perkasa. Kehancuran tak pernah jadi akhir cerita, melainkan menjadi titik tolak penting dan kritis untuk menjadi kita yang baru, yang jauh lebih baik.

OK, blogging bersambung. Surfing berlanjut.

Cerita Teknologi

Dari zaman di Network, di Sisfo, jadi Analis Teknologi, sampai sekarang di Product Management, salah satu job yang aku harus sering lakukan adalah bercerita tentang teknologi. Audiencenya sering tapi tidak selalu dari kalangan tech-aware. Yang menarik, tentu, justru kalangan di luar itu. Boss Telkom punya spektrum dari techno-geek sampai PHB, lengkap, plus para underling-nya. Customer, kadang. Forum2. Dan kadang frontliner juga.

Susahkah cerita teknologi ke frontliner? Nggak. Pernah cerita  kenapa langit berwarna biru secara ilmiah ke anak berusia 5 tahun? Aku pernah. Tapi mulainya nggak gampang. Cerita ke frontliner pasti lebih mudah. Bahkan nggak sesulit menceritakan perbedaan operator * dan & ke C-newbie.

Misalnya, kita ingin menceritakan ke seorang frontliner, bedanya produk (Telkom) VPN Gold, Silver, dll, yang perbedaan utamanya adalah bahwa satu menggunakan LC, satu Frame Relay, dan satunya MPLS. Pertama, yakinkan ke mereka bahwa mereka nggak perlu tahu kepanjangan semua istilah. IP, MPLS, FR, ATM, ISDN, CDMA, DID, DFI, DLU, dll, itu adalah kumpulan nama, kumpulan konsep, bukan singkatan yang ada kepanjangannya. Modem dan Laser bisa hidup tanpa kita harus tahu kepanjangannya. Kedua, teknologi sejenis bisa dicarikan analogi semacam. Bandingkan misalnya teknologi network dengan transportasi kereta. LC itu mirip kita menyewa rel untuk kita sendiri, FR mirip menyewa satu rangkaian kereta untuk kita sendiri tetapi di atas rel yang dipakai bersama kereta lain, dan VPN-IP tentu mirip mengirimkan paket via kereta yang tidak perlu kita sewa. Konsep layer OSI sudah masuk di sini. Konsep QoS bisa masuk menjelaskan paket yang pakai reservasi berlangganan dan yang tidak, paket ukuran seragam atau paket berbagai ukuran, dll. Dan ketiga, berharaplah bahwa di akhir cerita, mereka masih ingat bahwa kita bercerita tentang PT Telkom, bukan PT KAI.

Menakjubkan melihat rekan2 frontliner jadi lebih mudah memahami. Kita bisa meneruskan membahas, misalnya, kenapa VoIP lebih murah daripada telepon biasa, tapi kenapa ada delaynya. Bagaimana CDMA berbeda dengan TDMA. Bagaimana teknologi ADSL bekerja. Apa yang dimaksud dengan redaman 65 dB dan SNR 25 dB. Asyik deh.

Aesthetic/Functional

Aku ikut tes Personality-DNA. Dan ini hasilnya: you are a benevolent inventor. Apa tuh artinya? Ntah.

Tapi yang jelas aku selalu keki kalau disuruh memilih antara fungsi dan tampilan. Benda. Aplikasi. Dan diri sendiri. Aku nggak tau bedanya. Web yang indah adalah yang komunikatif sesuai segmen yang dituju. Teks lurus tidak komunikatif buat anak2, sehingga tidak indah jadi web pendidikan anak kecil. Teks penuh warna bikin pusing untuk orang yang habis bekerja seharian, jadi tidak indah, dan artinya tidak berfungsi. Jam tangan yang baik, tapi tak mengena di hati, akhirnya jadi membosankan pemakai, dan ditinggalkan. Tak fungsional karena tak estetik. Zaman dulu, rekomendasi dari aku dinomorduakan di bawah expert asing. Aku khawatirnya soalnya kita print pakai printer dot di atas kertas printer bolong2, sementara si expert asing rekomendasinya bergrafis bagus, tercetak dengan laser. Lebih komunikatif. Asosiasi terus mengalir, lekat, tak terpisahkan. Sesuatu kita bilang jorok karena tak sesuai kebutuhan kita.

Bahkan — aku jadi nulis ini sekali lagi — waktu melihat keindahan bulan, aku selalu bilang bahwa bulan itu indah sekali karena ia berfungsi baik memberi dukungan untuk hidup kita. Jupiter yang kaya warna. Supernova sisa ledakan bintang. Dengan demikian, kita juga boleh bilang: jiwamu cantik. Hatimu indah. Beautiful mind.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑