Page 29 of 209

Sinyal

Deretan pertanyaan dari Teh Lili ini aku jawab sambil rehat di workshop panjang di Sukabumi, minggu lalu. Topiknya utama tentang Pendidikan di Bidang Telekomunikasi. Tetapi yang ditanyakan lebih banyak tentang sejarah (di mana, mengapa, tepatkah), baru kemudian opini :). Hari ini Tabloid Sinyal yang memuat wawancara jarak jauh ini mulai tersebar di jalan-jalan.

sinyal.jpg

Ini bagian yang terpotong oleh editing Tabloid :). Kuliah S1 bidang telekomunikasi sendiri dulu diawali dengan memperdalam kalkulus dan sains yang mendukung bidang telekomunikasi: fisika, fisika modern, teori medan, teori elektrik, elektronika; kemudian memperdalam teknologi telekomunikasi, termasuk transmisi, switching, kontrol, mikroprosesor. Hal lain yang juga dipelajari adalah ekonomi teknik, dan hal-hal lain yang berkait dengan dunia bisnis. S2 memperdalam kembali dari sisi sains, kemudian satu per satu elemen telekomunikasi, terutama network dan lebih fokus ke broadband network. Juga pengelolaan proyek, pengembangan bisnis, regulasi, de el el. Lepas dari kuliah, bisnis telekomunikasi dipelajari melalui experience, peering, dan tentu melalui asosiasi. Buat aku, IEEE pas untuk ini.

Apakah telekomunikasi masih menarik? Masih donk. Konvergensi telah terjadi (antara profesi resmi — telekomunikasi — dan hobby resmi — computing). Ini bukan hanya memperkaya, tetapi merombak arsitektur telekomunikasi. NGN mengubah jaringan telepon sepenuhnya menjadi infrastruktur informatika yang cerdas. Versi mobilenya pun, NGMN (next generation mobile network), sedang dalam finalisasi rancangan. Lepas tahun 2010 kita akan mulai menyaksikan transformasi yang menarik ini: NGN di Telkom dan NGMN di operator mobile. Kita memerlukan banyak tenaga baru dengan visi baru abad 21, biar yang visinya kuno2 itu bisa disingkirkan (OK, kalimat ini perlu diperhalus).

Apa yang harus disiapkan buat para siswa peminat telekomunikasi? Mulai mengasyiki matematika dan sains, tentu. Bahasa Inggris hingga saat ini masih mutlak diperlukan. Dan yang juga penting adalah kemauan dan kemampuan untuk problem solving, bukan sekedar menanti disuapi ilmu. Good luck :).

Scitopia

Scitopia, mesin pencari yang dikhususkan untuk dokumen riset sains dan teknologi, yang diterbitkan lembaga2 tertentu. Beralamat pada domain scitopia.org, benda ini diharapkan dapat mempermudah pencarian hasil riset (artikel di jurnal yang bersifat peer-reviewed, paper di konferensi teknis, paten, dll) tanpa terganggu derau Internet. Haha, derau :). Google punya prakarsa sejenis, sebenarnya. Tetapi Scitopia yang baru dimulai ini diharapkan memiliki keketatan pemilihan materi yang lebih tinggi. Ada plus dan minusnya dibanding prakarsa2 lain yang sejenis.

Aku sendiri lebih suka memanfaatkan mesin ini sebagai gerbang IEEE. Desain Scitopia nan simpel dan elegan memudahkan mencari artikel2 IEEE secara lebih mudah daripada kalau kita mencari di IEEE Explore atau mesin IEEE lainnya. Juga ada nilai tambah yang luar biasa bahwa dia menampilkan juga artikel non IEEE yang berkaitan.

Scitopia dirancang oleh Deep Web Technologies. Mereka memberi judul mesin ini mesin cari federasi. Jadi mesin ini membaca data dari database setiap organisasi yang berfederasi, bukan meroboti setiap artikel satu demi satu. Kadang dengan cara ini Scitopia justru bisa menampilkan artikel yang formatnya tidak dikenal oleh robot, atau yang terletak di gudang yang tak dapat dimasuki robot. Scitopia tetap menjanjikan bahwa artikel segera dapat dicari dalam waktu yang tak lama setelah diterbitkan.

Selain IEEE, terdapat 14 organisasi lain yang berfederasi mendukung Scitopia. Jumlah dokumen baru mencapai 3 juta, termasuk yang sudah berusia 150 tahun.

AsiaBlogging

Tanggal 6 Juni ini, AsiaBlogging resmi dibuka untuk diakses publik. Ini adalah jaringan blog (sekitar 70 blog, menurut siaran pers mereka) yang dipasang pada belasan domain, tetapi tetap di bawah satu payung. Tahap awal jaringan ini dimaksudkan sebagai network blog dari Indonesia untuk Asia. Sejumlah blogger telah memulai menulis sejak April atau Mei tahun ini. Sebagian besar dalam bahasa Inggris, dan sisanya dalam Bahasa Indonesia. Topik tersebar dari sains, teknologi, olahraga, hingga gaya hidup, kesehatan, dan musik.

Budi Putra, sebagai CEO dan capo de capi dari AsiaBlogging telah mengajak juga penulis seperti Wimar Witoelar, Jenny S. Bev, Ong Hok Chuan, dan Andreas Harsono sebagai blogger tamu.

Tentu, para blogger itu akan dibayar. Tetapi, kata Budi Putra, poinnya bukan hanya soal uang. «Kami memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk ngeblog sesuai minat sehingga mereka ngeblog dengan antusias dan penuh cinta. Jadi, mereka tidak perlu pusing soal domain atau hosting blog, mereka cukup menulis atau bikin posting saja.» Ia yakin, blog akan menjadi bacaan alternatif bagi masyarakat. «AsiaBlogging mencoba mewadahi kebutuhan masyarakat terhadap bacaan alternatif dengan cara menghadirkan topik-topik yang niche (spesifik) untuk setiap blog dalam jaringan ini.»

AsiaBlogging didukung sejumlah anggota mafia, semisal tokoh berinisial KW, HS, IA, FF, RM, dan TAS.

Link2:

Babak Baru Komunikasi Kuantum

Asia Blogging melaporkan: teleportasi kuantum telah berhasil dicoba pada jarak 144 km. Teleportasi macam ini menggunakan dua partikel pada kondisi kuantum yang berpasangan. Pada saat kedua partikel dipisahkan, secara kuantum mereka masih berpasangan. Jika salah satu partikel kondisi kuantumnya diubah, secara ajaib kondisi kuantum partikel pasangannya berubah, dimanapun ia berada. Teorinya seperti itu, dan hal semacam ini amat tak disukai Einstein dan banyak ilmuwan lainnya. spooky interaction, kata mereka. Tetapi ternyata untuk jarak dekat, interaksi ini berhasil teramati. Dan kini berhasil juga pada jarak 144 km.

Aku pikir pernah menulis soal ini di sini, tapi ternyata cuman di mail group kantor — huh. Itu pun baru menyebut bahwa partikelnya berupa pasangan elektron (yang tergolong dalam fermion dan tentu mengikuti prinsip Pauli sehingga mau berpasangan), dan kondisi kuantumnya adalah spin. Tapi ternyata banyak yang sudah berkembang lebih dari itu :).

Riset 144 km itu membentuk pasangan foton (foton termasuk keluarga boson, bukan fermion) yang berpisah, lalu menembak salah satu foton. Hasilnya adalah perubahan kondisi pada kedua foton, yang artinya telah terjadi teleportasi informasi satu bit kuantum (one qubit — quantum bit).

Eksperimen bertempat di Ruoque de los Muchachos di pulau La Palma di kepulauan Canary milik Spanyol. Satu foton tetap berada di La Palma, dan satu lagi ditembakkan melalui FSO (seluran optik ruang terbuka) ke Tenerife yang jauhnya 144 km, tempat sebuah Stasium Optik milik European Space Agency berfungsi sebagai penerima. Diharapkan, proses berikutnya adalah percobaan pengiriman pesan rahasia melalui jaringan satelit.

Forum BHTV Sesi Mei

Malam tadi, sekali lagi dilakukan pertemuan BHTV, dengan host Mr Ikhlas di SDDN. BHTV, Bandung High-Tech Valley, adalah visi bersama untuk mengembangkan ekonomi wilayah Bandung dan sekitarnya, dengan dukungan penuh dari riset dan industri teknologi informasi (IT). Biarpun udah in touch bahkan sebelum 2001 (haha), baru sekali ini aku bisa hadir. Yang lalu2, Mr BR selalu menyusun waktu yang pas sehingga aku nggak bisa hadir. Malam tadi, justru Mr BR yang nggak bisa hadir :).

Yang menarik dalam pertemuan malam ini adalah penegasan, oleh Mr Armein, bahwa arah BHTV bukanlah seperti model Bangalore atau pusat industri IT oursource semacamnya. Yang divisikan justru dapat dibangunnya sebuah platform cerdas (yang dalam ini akan didorong oleh komponen pengaktif BHTV), yang mampu membantu masyarakat dalam skala yang lebih luas untuk mampu merancang, membuat, dan memasarkan produk-produk IT secara lebih mudah berbasiskan platform tersebut. Diharapkan, yang bangkit bukan segelintir industri IT yang besar dan mungkin akan menyerap tenaga kerja (tapi mungkin tidak), tetapi bangkitnya juga banyak industri kecil dan menengah, yang membuat Bandung menjadi kota yang sangat dinamis secara IT.

Mampukah? Prakarsa BHTV sendiri bukanlah prakarsa baru. Kajian-kajian telah dilakukan selama beberapa tahun, untuk mencari pendekatan yang paling realistis namun efektif untuk mencapai visi yang diharapkan. Tapi tentu masih perlu kerja keras, dan kerja yang lebih keras, untuk benar-benar menciptakan Bandung baru sebagai wilayah cerdas dari zone khatulistiwa.

Seruan Anti Rokok

Kepada: Pengelola Bisnis dan Layanan Umum

Penelitian ilmiah tentang bahaya perokok pasif telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun. Tidak ada keraguan bahwa merokok secara pasif sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, menyebabkan kanker dan banyak penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada anak-anak serta orang dewasa, dan tidak jarang mempercepat kematian.

World No Tobacco Day 2007Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkesimpulan bahwa asap rokok, sekecil apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya. Rekomendasi WHO tentang hal ini mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok adalah dengan memberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok bagi tempat-tempat umum.

Hak untuk mendapatkan udara bersih, bebas dari asap rokok adalah hak umat manusia.

Dengan demikian, kami meminta anda untuk melindungi kesehatan pegawai, pekerja, dan masyarakat umum dengan cara menerapkan peraturan yang 100% melarang rokok di tempat-tempat umum. Kami percaya, langkah ini adalah langkah yang sangat penting untuk melindungi kesehatan kita dan anak-anak kita semua.

Tertanda,

Koen

Siborong Borong

Buku The Starbucks Experience itu akhirnya bisa aku baca juga, versi Bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Esensi (Erlangga Group). Bukunya sendiri dalam banyak hal menggambarkan yang harus aku namai sebagai my Starbucks experience: prinsip yang merupakan gabungan dari persahabatan, surprise, dan hal2 lain yang memungkinkan sebuah industri tumbuh sambil tetap menjaga kehangatan hati. Yang menarik a.l. adalah bagaimana perusahaan ini harus menghadapi kritik atas kesalahan2 yang memang dilakukan perusahaan, tanpa harus berkelit atau semacamnya. Hm, sungguh menarik :).

Surprise ala Starbucks dikenakan baik pada customer setia maupun pengunjung baru :). Ke aku sendiri, wow, ada terlalu banyak surprise. Misalnya, ada mini mug berlogo Starbucks hijau, tempat kita menuang espresso. Itu tidak dijual. Tetapi sekarang dia terpajang rapi di rumah hijauku :). Sayangnya aku terikat janji untuk tidak menuliskan kisahnya :). Juga ada black apron Zambia Terranova yang belum resmi dijual di Indonesia, sudah tersimpan rapi di bawah meja.

Black Apron Exclusives, aku beberapa kali bercerita di sini, adalah edisi sangat khusus (karena memang ada edisi khusus yang biasa) berisi sampel unik dari satu tempat satu waktu dan satu kisah saja. Edisi pertama baru ada tahun 2004. Black apron pertama yang aku bahas di sini adalah Kopi Kampung dari Sapan dan Minanga, Sulawesi. Sejauh ini, kopi terkemas dalam warna tema hijau ini masih jadi kopi terenak yang pernah aku cicipi. Kemudian ada Ethiopia Gemadro, dan Zambia Terranova. Dan selajutnya akan dari Indonesia lagi: Sumatra Siborong-borong.

Danau Toba adalah danau vulkano-teknonik terbesar di dunia, terletak di Sumatra (pulau terbesar yang seluruhnya merupakan bagian dari Indonesia). Di pesisir selatannya terdapat kebun tempat kopi Sumatra terbaik ditanam. Di sana terdapat kota Siborong-borong, pada ketinggian di atas 1200m dpl. Para penduduk menanam kopi di halaman masing2. Setiap pagi para perempuan memetik biji kopi yang siap dipanen, dan langsung dijual pagi itu juga ke pasar setempat untuk mencegah kerusakan saat penyimpanan. Kopi unik dan langka ini konon memiliki keasaman rendah, namun rasa yang intens.

siborongborong.jpg

Konon? Iya — kan belum dicoba. Tapi ada satu cerita lagi tentang Starbucks. Kunjungan terakhir sebelum malam ini adalah sekitar 3 minggu lalu. Aku lagi down berat kena gejala awal asthma (yang dalam 2 minggu berikutnya bikin aku sempat bolos beberapa hari). Teh Chai di rumah habis, dan aku harus belanja sendiri ke Starbucks. Sang barrista, melihat aku yang kurang fit, menawari minum. Aku iyakan, tapi aku minta dia yang memilih. Aku lupa bagaimana rinciannya, tetapi akhirnya mereka membentuk semacam rapat kilat, diikuti 4 atau 5 orang, termasuk managernya. Dan akhirnya diputuskan aku harus minum teh peppermint :). Wow, itu membuatku bertahan hidup malam itu (haha). Sebetulnya hidup memang penuh surprise. Starbucks sekedar memperbanyaknya :).

I Am A Strange Loop

Douglas Hofstadter pernah memenangkan Pulitzer untuk buku sebelumnya: Gödel, Escher, Bach: An Eternal Golden Braid, yang bisa2nya mengaitkan teorema esoterik Gödel, lukisan paradox Escher, dan komposisi multilayer ala Bach, dalam satu tema. Ide menarik itu dibawanya ke bukunya yang baru ini: I am a Strange Loop. Strange loop? Apa tuh? Carilah di Wikipedia :).

Strange loop memiliki sifat menarik. Mereka beroperasi serentak pada beberapa level abstraksi. Misalnya, pada versi matematika, strange loop dapat dilihat pada level mikro sebagai permainan angka dan operator; sementara pada level makro dapat dilihat sebagai permainan teorema dan pembuktian2. Untuk komputer, kita bisa bicara tentang relasi elektronik antara transistor, kapasitor, resistor; atau bisa tentang subrutin software yang menginstruksikan CPU mengubah angka pada storage. Pada network? Ah, pasti kita kenal.

Karakteristik lain adalah bahwa pada level abstraksi tertentu, ia bisa dianggap sebagai sistem yang bekerja dengan simbol pada obyek dan konsep. Menariknya, strange loop dengan demikian bisa bekerja mensimbolkan dirinya sendiri. Terjadi mekanisme feedback, yang kemudian membuat tak mungkin lagi dilacak apakah perilaku loop ini mula2 ditentukan pada aktivitas level mikro sebagai penyusun loop ini, atau pada level makro yang bermain pada abstraksi simbolis. Lalu, Hofstadter pun menyatakan bahwa bentuk feedback macam inilah yang menjadi asal muasal adanya kesadaran. Adanya ‘aku’ :).

Sorry, kalau ini tidak menarik buat Anda. Tapi mencari asal-usul rasa ‘aku’ adalah salah satu pencarianku sejak balita. Dan buku ini jadi menarik karena akhirnya membahas soal ini. Tapi kita kembali dulu ke buku ini, yang sekarang kita tahu kenapa judulnya “I am a Stranger Loop.”

Hofstadter beranjak lebih jauh. Setiap sistem yang mampu merepresentasikan simbol dalam jumlah besar akan mengembangkan kesadaran diri, katanya, tak peduli apakah sistem itu dibentuk oleh neuron atau transistor. Namun tak semua komputer, dan tak semua otak, mampu mengelola simbol yang sekaya itu. Nyamuk dianggapnya tidak punya kesadaran. Juga semua komputer masa kini. Juga, kata dia, bayi yang baru lahir sampai usia tertentu.

Tapi kita sedang bermain dengan simbol, jadi cerita berlanjut. Sistem otak kita, lanjutnya, tidak terbatas hanya merumahi satu strange loop saja. Biarpun, normalnya, ‘si aku’ tetap menjadi pribadi dominan. Bisa saja otak ini dalam level yang lebih rendah, merumahi abstraksi, dan dengan kata lain pikiran, dari manusia atau sesuatu yang lain. Manusia yang memiliki kedekatan, ide-ide personal yang terasa lekat, akan membentuk semacam salinan kesadaran di otak kita. Ada semacam ‘you, me, and us’ yang melekatkan relasi manusia.

Jelas, ide2 dalam buku ini sangat menarik. Tak heran, begitu terbit dia langsung menembus ranking di Amazon. Untuk ide yang juga menarik tentang asal usul pikiran manusia, sila baca juga buku Roger Penrose yang judulnya … dicari dulu sebentar. Salah satunya The Large, the Small and the Human Mind. Tapi ada yang lain juga. OK, ini dulu deh.

Font Pemicu Kreativitas Kognitif

Spectrum edisi bulan ini dibawa Pak Pos dengan menembus deras hujan siang tadi. “Bacaan berat,” kata Priyadi, sorenya. “Seberat Pak Pos yang bawanya sambil kehujanan,” kataku. Spectrum tetap lebih ringan dari versi yang sama tahun2 lalu, tetapi memiliki tingkat keterbacaan lebih tinggi. Edisi bulan ini, apalagi. Hampir semua artikelnya menarik. Contohnya, yang selalu jadi perhatianku dari zaman mulai bisa nulis: font.

Sebuah eksperimen: benarkah tipografi yang baik dapat meningkatkan performansi, dan kreativitas kognitif? Sebuah artikel dari The New Yorker ditayangkan dalam dua versi di layar, dan ditunjukkan ke dua kelompok uji. Kelompok pertama menerima tampilan berkualitas tinggi dengan teknologi render ClearType dari Microsoft, termasuk dengan perataan dan tanda baca yang baik. Kelompok kedua menerima tampilan dengan font Courier bitmap, dengan dua spasi antar kata. Ternyata kedua kelompok menyatakan menikmati bacaan mereka. The New Yorker gitu lho.

Namun kemudian eksperimen diteruskan denga uji bernama Tugas Lilin, temuan Karl Duncker tahun 1945. Setiap peserta memperoleh sebuah lilin, korek api, dan sekotak paku payung. Tugasnya adalah menempelkan lilin ke sebuah papan yang dipasang tegak, kemudian menyalakan lilin, tanpa membiarkan lilin menetes ke lantai. Ternyata, sebagian besar anggota kelompok pertama mampu memecahkan ujian ini; jauh melebihi proporsi sukses pada kelompok kedua.

Font yang baik, display yang baik, dianggap pikiran kita sebagai penghargaan yang mampu memicu kreativitas kognitif.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑