Page 160 of 210
Ngebahas soal call centre, jadi inget kota Solo, di jaman sebelum aku jadi capeg Telkom. Ada teman ngundang kawinan di Solo. Aku sih berangkat aja, naik coach, eh bis. Sampai Solo aku baru sadar bahwa itu bukan kota kecil kayak Jenggrik (di mana tuh coba). Orang Solo ramah-ramah, tapi pada nggak tau nama jalan yang aku cari. Kesel-kesel, telepon 108 aja. Hehe :). Bukannya nanya nomor telepon, aku malah nanya arah jalan. Ibu-ibu di ujung sana rada kaget, tapi terus dengan ramah menjelaskan di mana jalan itu, dan naik apa aku ke sana. Kapan ya call centre yang smart itu dibikin bisa ngasih info aneka ragam kaya gitu :).
Rektor Universitas Syiah Kuala ditembak di Banda Aceh. Ulangan kejadian tahun lalu waktu rektor IAIN ditembak juga. Kepolisian Indonesia menuduh pelaku penembakan dari kalangan GAM. Sebaliknya GAM justru menuduh bahwa pelaku dari aparat RI sendiri. Mas Arief Mulya yang nggak pernah berhenti menyayangi orang itu pun jadi marah, menggugat nurani kita. Apa kita masih punya ? Kalau kita sudah tidak punya, bukankah kita sudah lebih tidak berharga lagi dibandingkan mereka yang meninggalkan kita ?
Seorang ilmuwan berkisah tentang ikan. Katanya, tidak mungkin ikan mampu menelan manusia hidup-hidup, karena walaupun badannya bisa besar, tetapi kerongkongannya sangat kecil. Secara sembrono ilmuwan itu mengatakan bahwa kisah Nabi Yunus pastilah bohong.
Seorang pendengar marah, lalu ia berkata, “Nanti saya tanyai Nabi Yunus di sorga.”
Si ilmuwan menggoda, “Bagaimana kalau si Yunus masuk neraka gara-gara berbohong?”
Si pendengar diam. Lalu akhirnya menjawab, “Kalau itu sampai terjadi, Anda saja lah yang menanyainya.”
Selamat datang ke dunia virtual, Brice. Jadi manusia yang cerdas kayak papa-nya dan jail kayak mama-nya ya. Juga jadilah pejuang yang kokoh di jalan Allâh. Semoga kasih Allâh selalu mewarnai hidupmu.
Di luar angin dingin sekali. Tapi abis ngeliat langit lewat webcam, aku baru sadar bahwa angin kencang sekali. Awan kayak berlarian aja.
Orang-orang Afghan juga lagi ditolak di mana-mana, termasuk di negerinya sendiri. Melarikan diri ke Australia, ditolak, dan terpaksa terkatung-katung di laut sampai berminggu-minggu. Pemerintah Inggris sok suci juga, ikutan mengecam pemerintah Australia. Tapi minggu ini kena batunya juga, begitu ada pengungsi Afghan mau menyusup masuk dari Perancis. Mereka panik juga. Kapan orang Afghan boleh bahagia?
Di Durban, akhirnya delegasi Amerika Serikat betul-betul melarikan diri dari konferensi anti rasialis. Malu tuh.

Yang menarik sebenarnya adalah proses untuk terus berinteraksi dan bekerja sama dengan melupakan perbedaan-perbedaan. Perbedaan tidak harus disatukan. Memang nggak semua orang percaya bahwa “kalau dua pendapat berlawanan, bisa jadi keduanya benar”. Bisa jadi yang nggak percaya itu juga benar :). Jadi buat yang nggak percaya, anggap saja membiarkan perbedaan itu adalah mengajarkan pendapat kita dengan strategi yang lebih cerdik dalam interaksi yang bersifat saling menghargai.
Jadi aku bisa menjawab soal “duluan telur atau ayam” dengan teori evolusi di depan Mas Medy Satria yang anti teori evolusi. Juga Mas Aris masih bebas merokok di sebelah makhluk anti rokok kayak aku. Kita udah tahu posisi masing-masing kok. Dan itu justru mempererat persahabatan, soalnya kita bisa saling menerima tanpa syarat :).
Diem-diem, counter tersembunyi kita mencatat angka 100282. Wah, siapa tuh yang dapat 100000 yah :) :) :). Thanks buat yang meluangkan waktu mengunjungi site ini. Biarlah angka berlalu sebagai angka di pojok statistika sejarah. Tapi persahabatan itu abadi.
Orang Yahudi memang luar biasa. Sebelum PD II, di Eropa diperkirakan hidup antara 3 hingga 4.5
juta orang Yahudi. Diperkirakan 6 juta diantaranya dibunuh di kamp-kamp konsentrasi
atas perintah Hitler. Sisanya yang tinggal sedikit itu, cacat, disakiti, lumpuh, hancur
lahir batin. Sampai tahun 1990-an, masih ada sekitar 200 ribu saksi mata kebiadaban
kamp konsentrasi Jerman. Yahudi memang luar biasa. Mereka bisa menciptakan sistem
matematika yang sulit dimengerti.
Seseorang yang tidak mengerti matematika Yahudi menyimpulkan: barangkali memang
kamp-kamp konsentrasi itu cuman dongeng saja. Pendapat yang patut ditertawai.
Masa sih orang Yahudi, pemerintah sekutu, dan pemerintah komunis bersekutu membuat
cerita buat menjatuhkan rakyat Jerman dan mendukung zionist ? Mereka kan sumber
sejarah yang selalu bisa dipercaya.